Aku terbangun, kerongkonganku terasa kering, haus sekali. Dengan langkah sempoyongan, aku ke kamar mandi, menuju wastafel dan meminum air dari sana. Aku lihat wajahku di cermin, ada plester di dahi. Ini pasti karena jatuh tadi sore. Raut mukaku masih saja pucat, masih terlihat seperti tidak terurus.
Kacau. Aku benar-benar kacau. Mengapa aku bisa menjadi seperti ini? Mengapa aku mudah sekali bersedih? Apa karena Ares? Orang tuaku yang lebih bangga dengan Kak Rita atau aku sendiri yang menyedihkan? Aku yang tidak punya arti apa-apa lagi untuk hidup orang lain.
Langsung saja tebersit sebuah ide yang akan menyelesaikan masalahku. Benar, aku harus bunuh diri! Ini hal terbaik yang bisa aku lakukan, membunuh diriku sendiri, menghilangkan eksistensiku di muka bumi ini. Jika hidupku tak berguna, setidaknya matiku akan berguna bagi cacing dan bakteri di liang kubur.
Pisau, mana pisau? Aku segera mencari pisau ke dapur dan mengambilnya. Aku sudah tidak mau hidup, aku harus mati. Aku kemudian duduk di kursi ruang makan. Aku mengatur napas bersiap memutuskan urat nadi dengan pisau ini.
Aku memejamkan mata. "Selamat tinggal dunia yang kejam, aku tidak sanggup lagi," ucapku sembari menggoreskan pisau ke nadi tangan kiriku. Setelah beberapa detik aku merasakan keanehan. Kok tidak terasa apa-apa? Apa yang terjadi?
Kini aku membuka mata dan ternyata pisaunya terbalik. Sepertinya aku harus mencari cara lain, aku ingin mati dengan cepat. Pistol, aku kemarin menemukan pistol di rumah ini! Mana dia, mana! Aku mencari-carinya di ruang tengah dan aku temukan pistol di kotak kardus.
Aku berdiri mengatur napas, lalu menempelkan ujung pistol ke samping kepalaku. "Selamat tinggal semesta, aku akan menuju keabadian di alam yang berbeda," ucapku sembari menekan pelatuknya. Aku langsung merasa ada sesuatu yang basah di ujung pistol ini, pasti darahku. Ternyata bukan, ini pistol mainan milik Bona anaknya Bibi Lela. Aku baru ingat beberapa waktu lalu aku bermain menggunakan pistol air ini.
Sepertinya aku harus menghentikan diriku dari niat buruk untuk bunuh diri. Aku lempar pistol kembali ke kardus mainan dan kemudian melangkah untuk kembali ke kamar. Sialan! Aku terpeleset dan jatuh. Ini gara-gara air dari pistol mainan itu! Aku terbaring di lantai, malas untuk berdiri, akhirnya aku memilih untuk tidur di sini, biarlah aku merasakan jadi gelandangan yang tidur di atas ubin yang dingin.
***
Perasaanku masih sama, begitu sedih, frustrasi, dan tidak semangat. Namun, aku harus tetap pergi. Aku pun berangkat mengendarai mobil dengan malas, tidak memerdulikan pengendara-pengendara lain yang membunyikan klakson mereka. Aku menuju ke sebuah tempat praktik psikiater ternama, Dokter Adam.
Tempat ini seperti klinik pada umumnya, ada resepsionis yang menangangi pendaftaran dan juga ruang tunggu. Akan tetapi, perbedaan mendasar klinik ini dengan yang lain adalah dekorasinya. Banyak sekali bunga-bunga yang digantung, tumbuhan di pot, dan kolam yang dikelilingi tanaman bambu. Dekorasinya membuat klinik ini tampak hijau dan rindang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peka Banget! 「END」
RomanceKetika Cantika dan Karlita-dua cewek pengidap kesehatan mental-bertemu dengan sosok cowok yang peka banget. Merasa diri mereka berubah menjadi lebih baik karena dukungan dari cowok itu, apakah Cantika dan Karlita bisa sembuh? *** Cantika mengidap Ob...
Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir