Aku mengganti baju di ruang ganti yang berada di dekat parkiran belakang–aku tidak mau ganti baju di toilet yang ada di gedung fakultas. Di toilet gedung itu banyak orang, cewek-cewek sering mengobrol di dalam toilet atau lebih menjengkelkan lagi, mereka selfie di depan cermin wastafel. Aku yang butuh waktu untuk mengganti baju dan merapikan pakaianku di tas, tidak akan betah berada di toilet sana. Di sini sedang sepi, biasanya ruang ganti ini hanya dipakai oleh cewek-cewek yang mau olahraga saja.
Keluar dari ruang ganti aku terkejut bukan main. Payungku! Sebagian dari payung hitamku yang terbuka itu masuk ke selokan. Siapa yang melakukan ini? Payung seharga 127 ribu itu kotor sekarang. Bagaimana bisa aku kembali ke gedung fakultas menggunakan payung yang sudah kotor? Aku tidak bisa ke sana tanpa payung. Matahari sangat menyengat! Bencana, sungguh ini malapetaka! Aku hanya bisa mondar-mandir, sambil menunggu awan menutupi mentari agar aku bisa berjalan tanpa sengatan sinar.
Dalam kepanikanku yang tidak kunjung reda, aku melihat dia. Cowok yang mengendarai motor besar berwarna hitam. Aku tidak tahu merek motor itu. Bagaimana ini? Tidak masalah, Tika! Itu tidak terlalu penting. Dia tidak menggunakan helm, hanya jaket hitam. Aku amati saja sampai dia memarkirkan motornya di parkiran yang jaraknya sekitar dua puluh meter dari tempatku berdiri. Dia datang dengan tas gendong yang ada wajah tengkoraknya. Sekarang, dia tengah melangkah ke arahku. Bagaimana ini?
Aku ingin mengambil cermin kecil di dalam tas, tetapi aku mengurungkannya. Jangan melihat dirimu di cermin, kamu bisa cemas, Tika! Percaya saja bahwa dirimu sudah sempurna. Iya, aku sudah sempurna, tidak perlu mengecek lagi. Aku pun segera mengatur napas dan kemudian berlagak tidak melihatnya. Padahal aku memperhatikannya melalui sisi mataku. Aku tahu dia sedang mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah kotak yang kira-kira berukuran 8x20 senti. Apa itu hadiah untukku?
"Cuaca sangat panas ya, Neng," suara beratnya terdengar di dekatku.
Berhenti pura-pura cuek, aku menoleh dan memperhatikannya. Dia melengkungkan bibirnya, tersenyum padaku. Astaga! Sangat manis. Dia adalah Bayu Aji Saputra, dia anak Fakultas Hukum, dia punya rambut yang acak-acakan, kulit kecokelatan, tubuh kurus dan tinggi. Belakangan ini, dia sering datang mendekatiku. Setiap ada dia, entah kenapa ada debaran yang berbeda di dadaku.
"Ini untuk Neng Tika," kata dia menyodorkan kotak hitam itu.
"Dalam rangka apa?" tanyaku yang bermaksud untuk basa-basi dulu sebelum menerimanya. Aku malu kalau langsung terima. Lagi pula, cewek harus sedikit jual mahal.
"Buka saja," suruhnya seraya mendekatkan kotak itu ke tanganku.
Aku buru-buru mengambil sarung tangan di saku celanaku dan memakainya, menerima kotak itu, lalu kugerakkan perlahan untuk menebak apa isinya. Seperti yang dia suruh, aku membukanya dan aku cukup terkejut karena isinya payung. Sebuah payung lipat dengan motif bunga-bunga.
Aku pun segera mengeluarkan payung dari bungkus plastik transparannya, lalu membuka payung itu. Wah bagus! Aku menghitung jumlah bunga di payung ini dan kemudian memutar-mutar payung dengan senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peka Banget! 「END」
RomanceKetika Cantika dan Karlita-dua cewek pengidap kesehatan mental-bertemu dengan sosok cowok yang peka banget. Merasa diri mereka berubah menjadi lebih baik karena dukungan dari cowok itu, apakah Cantika dan Karlita bisa sembuh? *** Cantika mengidap Ob...
Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi