"Lihatlah dirimu! Kamu tidak pantas menjadi saudara kami. Ih, jauh-jauh dariku," ucapku di depan cermin yang ada di lemariku ini.
Dalam drama kali ini, aku memerankan Klenting Merah dalam dongeng Ande Ande Lumut. Kami selalu menampilkan drama dari dongeng-dongeng Nusantara. Tetapi dialog, karakter, dan faktor-faktor minor lainnya, semua kami yang mengaturnya. Cukup alur utama saja yang tidak berubah dari sumber aslinya.
Karakter Klenting Merah dibuat hampir mirip denganku, dia benci dengan sesuatu yang kotor dan aku pun harus bersikap judes setiap bertemu Klenting Kuning. Ini sebenarnya tidak terlalu sulit. Klenting Merah iri dengan kecantikan Klenting Kuning, sama saja aku iri dengan Dista yang memerankan karakter itu. Dista hampir selalu menjadi pemeran utama untuk pertunjukan teater kami. Aku sekali pun tak pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi sorotan utama.
Bel apartemenku berbunyi. Aku sudah tahu siapa yang datang, dia pasti tukang laundry. Ini adalah perkembangan, segala kekhawatiranku tentang kebersihan baju mulai bisa kupercayakan pada orang lain. Dulu, aku mencuci seluruh pakaianku sendiri. Sangat menyusahkan, aku menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk memastikan seluruh bajuku bersih. Bahkan, saat menjemur di balkon, aku mengkhawatirkan ada debu-debu yang beterbangan ke baju hingga aku tidak fokus melakukan aktivitas sehari-hari.
Sekarang, aku hanya mencuci dalaman saja. Saat menjemur aku melapisi jemuran dengan plastik transparan agar tidak ada debu yang mengenainya.
Aku berjalan untuk mengambil plastik besar di keranjang pakaian kotor di dekat tembok. Aku sudah melipat pakaian-pakaian kotorku, sesuai warna dan tingkat bau kecutnya, jadi sudah tidak perlu khawatir. Aku membawa plastik berisi pakaian kotor ini sembari membuka pintu apartemen. Di sana, sudah ada seorang ibu bertubuh tambun yang menatapku dengan pandangan sinis dan kejam seperti antagonis di sinetron.
"Non, saya sudah menunggu di sini lima belas menit," jawab dia dengan ekspresi tidak senang.
"Maaf ya, Bu. Saya harus berjalan perlahan, saya tidak mau menginjak perbatasan ubin selagi membawa plastik besar seperti ini," jawabku mengakui.
"Ini pakaian Nona, sudah sesuai dengan permintaan. Baju merah harus wangi mawar, putih wangi melati, kuning wangi bunga matahari, hijau wangi daun pandan, ungu wangi anggur, hitam wangi zaitun, oranye wangi jeruk, merah muda wangi jambu, warna lain menyesuaikan," jabarnya membuatku mengangguk sembari menerima pakaianku yang sudah dicuci. Aku pun memberikannya pakaian kotorku.
"Untuk yang itu, tolong yang tumpukan sebelah kiri karena tingkat kekecutannya tinggi, detergennya lebih banyak ya, Bu," pintaku. "Buat pewanginya sesuai yang biasa saja," tambahku dengan tersenyum.
Aku masuk kembali, mengunci pintu sebanyak tiga kali, menuju kamar, dan langsung mengecek satu per satu pakaian yang baru saja diantar. Aku tidak mau ada yang salah wangi, salah jumlah, ada yang berkerut, warnanya ada yang luntur, semuanya harus sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peka Banget! 「END」
RomanceKetika Cantika dan Karlita-dua cewek pengidap kesehatan mental-bertemu dengan sosok cowok yang peka banget. Merasa diri mereka berubah menjadi lebih baik karena dukungan dari cowok itu, apakah Cantika dan Karlita bisa sembuh? *** Cantika mengidap Ob...
Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi