Bagian 6

1.9K 167 3
                                    

Hari pertama bekerja, Alex tidak merasa bahwa pekerjaannya terlalu sulit. Berbeda dengan Alfred yang harus membersihkan toilet di setiap lantai bangunan itu sesuai dengan jatah yang sudah dibagikan, Alex dan tim pembersih kaca punya target harian. Kalau target terselesaikan, maka mereka sudah boleh pulang. Alex bahkan masih sempat menunggui Alfred yang hari ini kebagian membersihkan toilet di lantai satu hingga lantai tiga.

"Loh? Lu uda selesai?" Keluar dari ruangan tempat berganti pakaian, Alfred cukup terkejut melihat Alex sudah berdiri di samping pintu keluar, wajahnya sedikit ditekuk.

"Lama amat lu."

"Iya... Hari ini si Eko gak masuk, istrinya melahirkan, anak pertama, jadi yah... Jatah pekerjaan Eko kita juga yang ngerjain deh. Makanya hari ini agak lama. Lu nungguin?"

Alex hanya menjawabnya dengan memutar bola matanya.

"Gimana kerjaan lu? Berat?"

"Gak terlalu buruk."

"Serius? Gue pernah nyoba, baru naik sampe lantai empat aja kaki gue asli gemetaran ampe gue gak bisa berdiri. Akhirnya gue diturunin, dari pada gangguin mereka kerja."

"Hmm... " Alex melirik Alfred yang lagi-lagi bergidik ngeri setiap kali membicarakan pekerjaan yang harus dijalani Alex.

"Lu jangan lupa selalu periksa tali pengamannya. Jangan gegabah. Itu bahaya banget, anginnya pasti kenceng banget."

"Iya."

"Betewe, kita dibayar perminggu, hari Minggu libur, jadi besok kita uda gajian."

"Gue baru mulai hari ini, besok juga uda gajian?" Tanya Alex tak yakin.

"Yup! Tentunya gak full donk, sesuai dengan jumlah hari lu kerja. Lagian lu kan masi baru, jadi mungkin yah, tidak terlalu banyak, tapi lumayanlah dari pada gak sama sekali." Ocehan panjang Alfred hanya ditanggapi dengan anggukan sekilas oleh Alex. Sudah terbiasa dengan reaksi Alex yang dingin, Alfred hanya tersenyum.

------

Hari-hari mereka yang seperti itu tanpa terasa telah mereka jalani selama sebulan lebih.

Walau awalnya terus menerus mengomel karena harus berbagi ruang sempit tempat tidur, lambat laun Alfred jadi terbiasa juga.

Di pagi hari, jika kebetulan Alfred mendapat giliran tugas pagi, mereka akan berangkat kerja bersama dan saling menunggu jika salah satu lebih cepat selesai. Saat Alfred mendapat jadwal kerja di siang hari, Alex yang akan membelikan makanan untuk mereka. Alfred masih rutin keluar di malam hari lengkap dengan segala perlengkapan yang membuat penampilannya terlihat bagai eksekutif muda dan pulang di saat hari menjelang pagi. Pernah Alex melihat bekas-bekas seperti bekas pukulan di punggung Alfred, tapi saat ditanyakan, Alfred hanya menjawabnya dengan tawa sambil lalu dan sama sekali tidak mau menjelaskan.

Tentunya Alex bukan orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Alex tahu persis bagaimana luka seperti itu didapat, ---ditambah lagi luka lecet memar tak wajar di sekitar pergelangan tangan Alfred. Mungkin karena mereka sudah cukup lama bersama, Alex yang awalnya tidak terlalu peduli dengan hidup Alfred, perlahan-lahan mulai tumbuh rasa pedulinya. Walau terlihat seperti enggan, tapi diam-diam Alex mengoleskan balsem penghilang luka di sekitar luka yang didapat Alfred.

Seperti halnya Alfred yang sudah terbiasa berbagi tempat di ranjang kecil itu, Alex juga diam-diam merasa nyaman saat tidur sambil memeluk tubuh lelah Alfred. ---Dengan risiko terbangun karena didorong dengan kasar oleh Alfred yang selalu bangun tepat waktu. Untuk yang satu ini, Alfred tetap sewot dan pasti marah-marah. Entah atas alasan apa, yang pasti Alfred sangat tidak suka jika mendapati dirinya tidur nyenyak di pelukan Alex.

Rainy Night Encounter : Alex and AlfredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang