Bagian 10

3.2K 248 51
                                    

"Jadi, Saudara Alfred Gunawan, selamat bergabung di perusahaan ini. Meski baru dibangun tiga tahun yang lalu, perusahaan kami sudah termasuk dalam jajaran perusahaan besar."

"Terima kasih Pak." Alfred tersenyum sambil menyalami pria bertubuh lumayan gemuk yang merupakan salah anggota HRD yang bertugas menjelaskan tentang perusahaan mereka kepada pegawai baru.

Pria itu meminta salah seorang office boy untuk membawa Alfred menuju ke ruang kerjanya di bagian dokumen. Kepala Bagian divisi dokumen adalah seorang wanita berwajah tegas. Dengan ringkas dia menjelaskan tentang sistem kerja di bagian dokumen dan memerintahkan seorang pegawai pria yang sebaya dengan Alfred untuk membantu Alfred menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.

Ya. Kali ini Alfred sudah tak lagi bekerja sebagai pembersih toilet.

Lima tahun sudah berlalu sejak saat itu. Sejak saat kedoknya terbongkar dan harapannya untuk hidup nyaman tanpa perlu bekerja keras hancur, Alfred memutuskan menjalankan rencana cadangannya. Dengan uang tabungan yang sudah terkumpul, Alfred pindah ke kota lain, mengambil S1 di perguruan tinggi yang murah hanya demi gelar dan mulai mencari pekerjaan yang lebih layak.

Dengan modal ijazah S1 pun sulit sekali bagi Alfred mendapatkan pekerjaan, berkali-kali dia mencoba, hingga akhirnya nasib menuntunnya kembali ke kota ini. Perusahaan yang baru berkembang membuka lowongan pekerjaan besar-besaran, dan Alfred beruntung bisa mendapatkan salah satu posisi. Gaji yang ditawarkan juga terbilang lumayan untuk Alfred yang sama sekali tidak mempunyai pengalaman bekerja di perusahaan.

Tapi baru seminggu dia bekerja, tiba-tiba dia dipanggil oleh bagian personalia. Entah kesalahan apa yang dilakukannya.

"Ikut saya." Tanpa banyak bicara, kepala personalia langsung menyuruh Alfred mengikutinya.

Alfred dibawa ke lantai paling atas, ke sebuah ruangan yang sangat mewah, kemungkinan besar ruangan direktur utama. Sebuah ruangan dengan meja kosong terdapat di depan pintu yang kelihatannya terbuat dari kayu bermutu tinggi.

"Bos baru saja memecat sekretarisnya." Kepala Personalia itu menjawab pertanyaan yang tak terucapkan dari Alfred.

Dua kali ketukan, "Pak, saya sudah membawanya. Alfred Gunawan."

"Persilakan masuk."

Kepala Personalia membukakan pintu untuk Alfred, tapi dia sama sekali tidak masuk, hanya mempersilakan Alfred masuk, sedangkan dia kembali ke ruangannya di lantai bawah.

Dengan ragu-ragu Alfred melangkah masuk. Di meja kayu besar, sesosok pria muda berkaca mata sedang menunduk memperhatikan berkas-berkas yang ada di hadapannya.

"Selamat siang Pak."

"Duduk." Tanpa mengangkat kepalanya, pria muda yang sepertinya pimpinan perusahaan ini memerintahkan Alfred untuk duduk.

Jantung Alfred berdebar kencang. Suara yang memerintahkannya untuk duduk itu terdengar tak asing baginya. Tapi yang ada di hadapannya ini adalah Direktur Utama perusahaan, Alfred hanya bisa dengan pasrah mematuhinya.

Setelah menunggu selama lima menit yang terasa seperti bertahun-tahun, akhirnya sang Direktur selesai juga dengan dokumen yang ada di hadapannya. Saat kepalanya terangkat, hampir saja Alfred terjatuh dari kursinya saking terkejutnya.

Belum sempat Alfred bersuara, sebuah senyum mengejek tersungging di bibir sang Direktur.

"Alfred Gunawan. Baru hari ini gue tau nama lengkap lu."

Alfred tidak menjawabnya. Wajahnya memucat dengan cepat.

"Kenapa? Uda lupa sama gue?" Wajah tampan Alex yang makin terlihat dewasa menatap lurus ke wajah putih Alfred.

Rainy Night Encounter : Alex and AlfredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang