Bagian 4

5.9K 332 1
                                    


Selesai sudah acara resepsi mereka hari ini. Setelah acara resepsi keluarga Arkan mengadakan pesta perayaan kembali yang dihadiri hanya orang-orang terdekat. Pesta itu diadakan di kebun milik keluarga Arkan, dekorasinya sangat bertema kebun, nyaman, simple tapi indah. Sofie sampai tidak berkedip-kedip saat pertama kali melihat kebun yang awalnya biasa-biasa saja namun berubah menjadi hal yang begitu disukainya.

"Ya, dari pihak-pihak keluarga maupun teman-teman kita, ada yang ingin menyampaikan pesan-pesan untuk kedua pasangan kita yang berbahagia hari ini?" tanya si MC, yang merupakan om dari Arkan dan Tari.

"Tari mau ngasih pesan buat abangnya?" tanya Genta—om Tari. Tari berfikir-fikir lalu mengangguk. Ia menarik nafasnya panjang-panjang "Em..jadi selamat buat abangku mas Arkan dan salah satu sahabat terbaikku Sofie, enggak salah satu deh, dia gak ada duanya hahaha—" senyum mengembang di wajah Sofie, "Semoga kalian jadi keluarga dunia sampai akhirat, saling mengerti, membantu, menyayangi satu sama lain. Kalau bicarain tentang mas Arkan, masku yang satu ini orangnya agak keras kepala Sof, barang yang dia mau harus didapetin sama dia, kalau soal setia ya gimana ya hehehe, dia orang yang mau dingertiin aja terkadang, kadang gak mau ngertiin orang. Orangnya kalau marah ngeri banget yakan ma? Kalau diminta tolongin harus ada imbalannya hahaha, tapi yang aku lihat dari mas Arkan ini, sekali ia mencintai seseorang ia akan terus mengejar orang itu sampai dapat." Tak sengaja Sofie menatap laki-laki di sampingnya, bagaimana kalau ia masih mencintai kak Indah? Apa ia akan mengejar wanita itu kembali? Ketika ia terlarut dalam fikiran itu, Arkan balas menatapnya. Sofie segera menundukkan kepalanya.

"Kalau Sofie itu, dia orangnya selalu mengalah, asal aku keras kepala dia selalu nasehatin aku dengan lembut, seumur aku kenal sama dia, aku bisa hitung berapa kali dia marah yang benar-benar marah, kalau gak salah cuman 1 kali—" terdengar suara decak tak percaya orang-orang yang berada di acara itu.

"Dia selalu mengalah, pemikirannya gak sempit. Tapi ya karna dia selalu mengalah terkadang dia dianggap remeh sama cowok-cowok yang pernah ngejalanin hubungan sama dia. Sahabatku ini orangnya mandiri semenjak kedua orangtua dia meninggal akibat kecelakaan, walau di awal-awal dia frustasi tapi seiring waktu ia bisa tegar. Pokoknya dia sahabat terbaik aku, dia orang yang bisa harapkan kapanpun, orang yang bisa mengangkat telfon jam 2 pagi. Aku..harap kamu mendapatkan kebahagiaan sejati..mu Sofie" kata-kata yang disampaikan Tari mulai sedikit tersendat-sendat akibat dirinya yang sedang mencoba menahan tangisannya.

"Jangan mau seperti dulu lagi, lupa..kan semuanya, mulai yan..g baru lagi, Mas Arkan tolong ja...ga sahabatku..kalau dia nangis, aku bakal mukul kamu mas" Tari menatap Sofie yang sudah menyeka matanya berulang kali, Tari tahu gadis itu akan menangis ketika ia menceritakan bagaimana Sofie di matanya. Tari pun juga sudah berapa kali menyeka air matanya, ia merasa tenang karena ia berada di tangan Arkan, karena jika Arkan macam-macam pada Sofie ia tidak akan segan-segan untuk membabi buta Arkan dengan cerocohan mulutnya. Kemudian tepuk tangan berbunyi yang diarahkan kepada Tari.

"Wah, Sofie namanya ya..Arkan jaga sahabat Tari ya Arkan" ulang Genta pada kalimat Tari yang dianggukan oleh laki-laki itu. "Ada lagi? Ada lagi? Kak Layla mau?" Layla mengambil mic dari Genta, mengadahkan mic itu tepat depan mulutnya.

"Anakku Arkan, semoga pernikahan kalian langgeng sampai dunia akhirat. Jadilah laki-laki yang selalu melindungi istrinya, kamu..su..dah besar saja padahal dulu masih kecil..masih manja sama mama papanya, sekarang..sudah ber..istri dan akan segera mempunyai kehidupan sendiri dan..berpisah ru..mah dengan mama. Dulu yang satu atap..sekarang tidak la..gi.." Layla mengambil tisu yang ada di meja. Beginilah perasaan para ibu ketika anaknya hendak menikah, senang karena anak itu sudah dewasa, mempunyai pasangan, membina kehidupan sendiri namun sedih juga karena akan merasa kehilangan.

"Mama gak sedih, mama bahagia kamu menikah dengan wanita baik dan cantik seperti Sofie. Untuk Sofie yang udah mama anggap seperti anak mama sendiri, terimakasih sudah mau menjadi istri Arkan, mama harap kamu bisa melayani suami kamu, menemaninya, dan menghomartinya sebagai pemimpin dalam rumah tangga kalian. Mama sayang sama kalian berdua" Pilu, itulah yang dirasakan Sofie sekarang. Walau ibu dan ayahnya tak hadir di hari pernikahannya namun, rasa hangat seorang ibu dapat dirasakan oleh Sofie melalui Layla.

ô

"Arkan kalian tidur aja di sini" ucap Layla. Acara berakhir pukul 12 malam, tentu semuanya lelah apalagi Sofie, matanya sudah terlalu berat untuk dibuka kembali dan Arkan tahu itu "Iya ma, kami tidur disini"

"Hah?" tanya Sofie, kalau tidur disini tentu akan satu kamar dan..satu ranjang. "Kita sekamar?" tanyanya lagi, "Iya, kamu tidur di kasur, nanti mas tidur di lantai aja"

Lantai?

"Jangan!" Arkan menatapnya, Sofie menggit bibirnya berpikir keras bagaimana cara Arkan tidak tidur di lantai yang dingin. "Kamu keberatan kalau mas tidur di lantai?" Refleks, Sofie mengangguk dan Arkan tersenyum melihatnya. Sofie pun salah tingkah.

"Yaudah aku tidur di kasur, tapi kamu juga ya?" ini yang lebih membahayakan, "Tenang, mas akan langsung tidur" apa bisa dipercaya? Tapi teserahlah, ia sudah terlalu lelah untuk memikirkan hal-hal yang tidak di inginkan, yang ia butuhkan sekarang adalah tidur.

Pukul 06.00 pagi, Sofie terbangun dari tidurnya. Namun ketika gadis itu hendak bangun, satu tangan kekar malah menahannya. Merinding, itulah yang dirasakan Sofie, ia pelan-pelan menatap laki-laki yang di sebelahnya, laki-laki itu masih berada di alam mimpinya dengan pulas. Hati-hati Sofie memindahkan tangan itu dari tubuhnya, lalu ia segera keluar dari kamar, mengambil wudhu dan segera sholat.

"Kamu kok gak banguni mas?" Bahunya terangkat spontan, suara bass milik Arkan membuatnya kaget, terbuyar dari lamunannya. Sofie menoleh ke belakang, wajah Arkan selalu tampan seperti biasa "Ee..Sofie pikir mas udah sholat"

"Belum, mas bangun jam setengah tujuh gara-gara gak dibangunin" Kalimat itu membuat Sofie menyesal, ia memainkan jari-jarinya sambil menunduk "Lain kali bangunin ya" bisik Arkan, bibirnya sedikit mengecup telinganya dan itu membuat Sofie geli sekaligus gugup. Kemudian Arkan tertawa kencang, ya laki-laki itu senang sekali mengusili Sofie.

Lalu setelah tawa itu sirna, suasana pun menjadi hening, sedikit canggung. Ini bukanlah mereka yang dulu, Dulu tak ada kecanggungan di antara mereka, jika saat mereka berdua saja, Arkan selalu mengawali obrolan, membuat suasana nyaman dan hangat. Namun sekarang malah kecanggungan dan suasana dingin yang mengelilingi mereka.

"Mas, bagaimana jika kak Indah muncul dan masih mencintai mas?" pertanyaan bodoh itu muncul dari mulut Sofie, niatnya ingin mengawali obrolan tapi ia rasa itu adalah pertanyaan konyol sebagai awal dari obrolan. Sofie mendecak, bodoh.

"Kamu gak keberatan aku sama dia lagi? Setelah nikahi kamu?" keberatan tidak ya? "En.enggak. Aku akan kasih mas kebebasan, karena aku yang membuat kita jadi seperti ini. Jadi jika mas ingin kembali ke kak Indah, Sofie tidak akan masalah"

"Lalu predikat janda yang kamu sandang, bagaimana?" Arkan benar, bagaimana predikat janda yang akan Sofie sandang. Bukankah itu terlalu mengenaskan sudah janda pada umur 21 tahun? "Tidak..tidak apa-apa." Ucap Sofie pahit, Arkan hanya mengangguk.

"Baik kalau begitu, jika aku bertemu dengan Indah lagi, dan aku ingin kembali padanya maka aku akan, tapi jika Indah tidak akan pernah kembali..."

"Dia pasti akan kembali" Siapa Sofie berhak tahu jika Indah akan kembali atau tidak? Arkan menjawabnya dengan dingin "Ya, pasti ia akan"

ô

Sekarang Sofie dan Arkan sedang berada di perjalanan menuju rumah milik Arkan yang sudah ia bangun perlahan-lahan dari 3 tahun yang lalu dan baru selesai 8 bulan yang lalu. Awalnya rumah ini untuk mantan calon istrinya yang tidak lain adalah Indah dan dirinya, tapi sepertinya akan Sofie yang menjadi pemilik bersama dirinya. Sofie turun dari mobil, ia memandang sekeliling rumah, rumah itu sangat luas, halamannya di isi oleh rerumputan hijau dan bunga-bunga indah di sekelilingnya. Interior dalam rumah juga sangat mengesankan, cat bewarna biru yang bisa mengartikan 2 arti, jika tidak dingin maka lembut. Arkan, pribadi yang dingin dan Indah pribadi yang lembut, Apa seperti itu? Entahlah pikiran Sofie mulai mengacau.

Jangan lupa hayo, vote - comment - follow aku! janga jadi sider:(. Thankyou xoxo

Beautiful AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang