Bagian 11

4.6K 265 3
                                    

Sebelumnya, aku ngucapin terimakasih banget buat yang sudah vote cerita ini,  vote kalian buat aku lebih semangat buat nge-'segerakan' end cerita. #LAH

terima kasih sekali lagi ya:))) xoox


Reza menghentikan mobilnya di depan rumah Sofie. Ternyata mereka sudah sampai tapi tunggu kenapa laki-laki itu bisa tahu letak rumahnya, Sofie tidak pernah diantar olehnya bahkan ia sama sekali tak membuka mulut di mobil setelah kejadian di café tadi.

"Kok tau rumahku?" tanyanya

"Bos yang baik harus tau alamat bawahannya" ucapnya asal, dan membuat Sofie tersenyum. Wanita itu pun membuka knop mobil, berniat turun dari mobil itu. "Tunggu" tangan Reza menahan gerakan Sofie.

"Ada apa?"

"Hah?"

"Ada apa dengan matamu yang tiba-tiba mengecil, wajahmu yang tiba-tiba muram?" ucap Reza sambil menunjuk kelopak kedua matanya dan mengusap pipi Sofie. Yang ditanya menggeleng, "Gak ada ah" tepisnya.

"Gak mungkin, walau aku belum kenal kamu bertahun-tahun bahkan belum 1 bulan, aku tau ada berbeda dari kamu" Sofie menunduk, ingatannya kembali pada perkataan-perkataan Indah tadi. Ia langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menangis deras.

"Orang yang me..njadi suamiku, ia..menyakiti hatiku" ucapnya sambil terisak-isak. Reza menatapnya iba, ditariknya gadis itu ke dalam pelukannya dan ia pun mengelus-ngelus kepalanya. "Kamu sudah cantik, kenapa ia bisa berbuat jahat padamu Sofie"

Sofie menggeleng keras, tangisannya menjadi-jadi, sampai nafasnya ikut tersengal-sengal. Lalu tiba-tiba ia sadar, yang memeluknya sekarang bukanlah suaminya, segera ia melepas dirinya dari Reza, "Maaf membuat baju..mu basah, terima kasih Reza"

Perempuan itu pun menutup pintu mobil dan masuk ke dalam rumah. Reza menatapnya melalui kaca mobil, seandainya ia melihat gadis itu duluan, ia kenal gadis itu terlebih dahulu sebelum perempuan itu menikah, pasti ia akan tertawa-tawa bersamanya sekarang bukan menangis karena orang lain.

óó

Ini sudah hari ke-3 Arkan berada di Singapore dan ia belum sama sekali mengabarkan istrinya, Sofie sampai saat ini. Arkan melirik handphone, lagi-lagi tidak ada koneksi disini. Ingin meminjan handphone Valen, ia takut Sofie mencurigainya kalau ternyata ia tidak dinas melainkan membantu Valen mengurus aset perusahaan milik perempuan itu. Dan sekarang mereka sedang dalam perjalanan bertemu pengusaha yang akan berkerja sama dengan Valen juga Arkan, awalnya hanya bekerja sama dengan Valen tetapi tiba-tiba perempuan itu juga ikut melibatkan Arkan dalam kerjasama mereka.

"Jadi kamu sama Sofie beneran menikah ya? Kok bisa?"

"Ya begitulah"

"Munafik ya dia, dulu sok dekat sama aku tapi sekarang malah dia yang jadi istri kamu, bukan aku" ucap Valen tanpa rasa bersalah sedikit pun, Arkan hanya diam tak member respon. "Aku tahu kamu masih sayang sama aku, mantan-mantan kamu setelah aku hanya pelampiasan kamu sajakan? Sofie juga kan? Buktinya kamu bela-belain datang ke sini untuk bantu aku, makasih ya" Valen mengakhirinya dengan memberi ciuman di pipi Arkan, dan laki-laki itu hanya tersenyum pada Valen.

Setelah makan malam dengan rekan kerja mereka. Arkan pun memutuskan akan kembali ke Indonesia 4 hari lagi, ia akan kembali ke Indonesia bersama Valen dan rekan kerja mereka, ada acara yang harus mereka datangi bersama. Walau tugas Arkan sudah selesai di Singapore, ia tentu saja bisa pulang esok, tetapi Valen membujuknya agar lebih lama dan mereka bisa liburan bersama, lagi-lagi Arkan mengiyakan permintaan perempuan itu.

óó

"Sofie, kamu bisa temenin aku gak besok malam?"

"Kemana?"

"Mau ketemu para pengusahawan, mana tau bisa ngejalin kerjasama, aku di undang soalnya" ucap Reza sambil menaik-naikkan kedua alisnya mencoba membuat gadis itu tertawa.

"Oke bos" jawabnya sambil tersenyum

Tari berulang kali menggedor pintu rumah Arkan dan Sofie, harus ada yang ia klarisifikasi tentang Arkan dan Sofie, dari 3 hari yang lalu sampai tadi malam mamanya menghubungi Arkan namun telephonenya tidak pernah aktif, sengaja memang tidak menelpon Sofie karena Layla iseng ingin menanyakan apa yang sudah Arkan lakukan dengan Sofie selama hubungan suami-istri mereka tapi nyatanya Arkan yang di hubungi tidak pernah menjawab.

"Woi Sofie!!" teriak Tari karena kaget Sofie yang berada di belakangnya, "Bikin kaget aja anjing" lalu perkataan itu disambut tawa oleh Sofie. Gadis itu pun membuka pintu dan mempersilahkan Tari masuk, ia pun duduk santai di atas Sofa "Sof, mas Arkan kok gak bisa di hubungin terus ya? Kemana dia emangnya?"

"Ke Singapore, ada urusan"

"Kapan?"

"Katanya 4 hari aja, tapi ini udah seminggu" jawabnya lesu, Tari tertawa mendengar nada lesu Sofie yang di anggapnya lucu "Hahaha, hubungin dong suamilu!" serunya bersemangat.

"Gak bisa.." jawab Sofie kembali, gerakan tangannya mengaduk sirup melambat. Wajahnya berubah menjadi mendung, dan matanya mulai berkaca-kaca. Tari kali ini tidak menganggap itu candaan, ia segera mendekati sahabatnya lalu merangkulnya "Ada apa Sofie? Kenapa dengan wajahmu? Ada masalah apa?"

"Aku takut Tari.."

"Kenapa? Ada apa?!" Sofie pun menarik tangan sahabatnya menuju kamar Arkan, Tari yang ditarik menurut walau terheran-heran apa maksud Sofie menarik dirinya ke kamar Sofie dan Arkan. Mereka pun berhenti di depan tirai yang Indah bicarakan sebelumnya dengan Sofie.

"Coba tarik tirainya Tar"

"Ih aku kok jadi takut ya Sof, ada apa dibalik tirai ini?" Tari mulai merinding memikir yang tidak-tidak, "Buka aja" Tari pun menarik perlahan-lahan tirai itu, dan ketika tirai itu jatuh terpampang foto kedua pasangan dengan senyuman bahagia diwajahnya, sedang berpose si laki-laki yang berpakaian jas menggendong perempuan yang memakai baju pengantin . Sofie menundukkan tatapannya, Indah tak berbohong, perempuan itu benar. Dan Sofie pun terduduk lemas sambil menangis, Tari menatap tak percaya, ia berbalik menghadap Sofie yang sudah terduduk lemas.

"Kenapa kamu gak bilang sama aku Sofie?! Kenap baru sekarang kamu tunjukkin ini ke aku!" teriaknya

"Ini semua aku tahu dari kak Indah.." Berulang kali ia mengusap air matanya yang kian berjatuhan, "Indah?" Sofie mengangguk mengiyakan. "Udah lama kamu tahunya?"

"5 hari yang lalu"

"Arkan anjing! Kenapa baru bilang sih Sof!!"

"Tari, aku sengaja gak bilang sama kamu, coba lihat emosi kamu. Aku takut Arkan sama kamu berantam.." Tari terdiam, ia dengan segala emosinya yang tak terkontrol bisa menghancurkan rumah tangga milik sahabat dan abangnya sendiri dan karena itu Sofie malah menyembunyikan masalahnya agar dirinya tidak menjadi emosi. Ia merangkuh Sofie, memeluknya erat.

"Maafkan aku Sofie"

Setelah Tari membongkar-bongkar lemari milik Arkan sendirian karena Sofie sekarang hanya terduduk lemas di Sofa. Ia menemukan barang-barang yang bersangkut paut dengan Valen, mulai cincin couple mereka saat pertama pacaran, foto-foto lama yang dicetak Arkan entah berapa tahun lalu tapi yang terpampang jelas dan membuat orang-orang bahwa laki-laki itu masih mencintai Valen adalah foto yang terpaku di kamarnya.

"Tar, jangan bilang mama ya" pinta Sofie

"Sof.." Tari menatapnya iba, ia tidak bisa melihat Sofie sedih sendirian dan tidak ada yang membela dirinya, ia tidak bisa gadis itu dibuat sedih oleh abangnya sendiri.

"Nanti kalau mama tau ini, penyakitnya bisa kambuh. Jangan bilangnya" Terpaksa Tari pun mengiyakan.

Beautiful AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang