Bagian 17

6.3K 257 5
                                    

Yang pada bingung "Part 16-nya mana?" itu aku PRIVATE ya, kenapa? soalnya ada unsur 17+ ya walaupun enggak terlalu di jelaskan tapi aku antisipasi saja, hehehe.

Jangan lupa votee comment dan follow! big thanks!:)

Seperti apa yang dikatakan Arkan, suaminya. Ia benar-benar tidak bekerja hari ini, tinggal di rumah dengan sejuta pemikirannya tentang Reza.

Apa sebaiknya ku telpon saja? Oo tidak-tidak, bagaimana kalau SMS saja?

Tapi bukannya meminta maaf harus lewat telpon supaya lebih bagus?

Setelah perdebatan hati dan otaknya yang panjang, ia menekan kontak milik Reza  dan menuju nada panggilan dan Reza pun mengangkatnya tetapi tidak ada suara dari sana.

"As..assalamualaikum Reza?" Sapanya dengan ragu, ia menggigit bibir takut jika Reza marah padanya. "Waalaikumsalam Sofie" jawab Reza dengan nada yang lemas.

"Apa kamu baik-baik saja?"

"Hanya lebam di pipi"

"Ya ampun, maafkan aku Reza...sungguh aku minta maaf mewakili Arkan, sangat-sangat minta maaf, Aku tahu pasti kau merasa sangat marah padanya" sesalnya dari balik telefon. Raut wajahnya benar-benar sangat menyesal.

"Gak, ini gak salah kamu, aku yang memang mau mengatakan itu.."

"Tapi—"

"Aku memang suka padamu, aku sudah tahu kalau suamimu adalah Arkan, arsitek yang terkenal itu setelah pertama kali bertemu denganmu. Walau kau sudah menikah, tapi entah kenapa ada perasaanku yang harus mendapatkanmu. Jadi, disini aku yang akan minta maaf. Maaf karena ke egoisanku" Sofie tak menjawab, ia menahan nafasnya karena sekarang ia malah merasa semakin bersalah.

"Maafkan aku Reza"

"Tidak apa-apa, tapi aku dengar kau...keluar dari perusahaan?"

"Hmm...ya begitulah. Dia menyuruhku resign setelah kejadian kemarin" ada nada sedih dalam kalimatnya, karena walaupun baru 1 tahun bekerja tetapi teman-teman di sana sudah ia anggap seperti keluarganya, karena jika ia dalam masalah. Teman-teman lainnya siap membantunya kapan saja, apalagi Viranda. Gadis itu adalah sahabat terbaik keduanya setelah Tari yang selalu menduduki peringkat pertama.

"Kalau begitu..aku jadi jarang melihatmu..apa aku harus pindah rumah ke depan rumahmu? Hahaha"

"Hahahah, aneh-aneh saja. Tenang, kita pasti akan tetap bertemu." Hibur Sofie walaupun sepertinya itu sangat tidak mudah, tetapi tetap saja ia harus menghibur Reza.

"Sofie.."

"Ya?"

"Aku mencintaimu" nada panggilan terputus. Sofie menghela nafasnya, ini bukan masalah yang mudah untuk ia abaikan begitu saja.

ó

Arkan menatap 100 bunga mawar yang ia beli untuk Sofie yang menunggu di rumah. Setelah ia mengkaji ulang kejadian-kejadian yang telah berlalu, ia merasa bahwa dirinya sangat jahat. Ia telah melukai hati Sofie, membuat gadis itu menangis walaupun sebenarnya ia tidak tahu tapi pasti wanita itu akan menangis.

Ia membuka pintu rumah dengan berhati-hati, jangan sampai Sofie mengetahui bahwa dirinya  telah berada di rumah. Ia berjinjit-jinjit menaiki tangga setelah tahu bahwa gadis itu tidak ada di ruang bawah. Ia membuka kamar Sofie, dan di situlah ia melihat gadis itu tengah mengikat rambutnya. Dari kacanya ia melihat Arkan masuk sambil membawa bunga.

"Mas Arkan? Apa ini?" wajahnya secerah matahari, karena senyumannya yang mengembang begitu melihat boquet bunga mawar.

"Sofie, aku minta maaf atas semua kesalahanku, perlakuanku yang seolah-olah tak menganggap kamu istri aku. Maafin aku yang suka marah-marah tapi kemarin itu aku tidak akan minta maaf, karena aku benar-benar marah.." Senyum Sofie mengembang, "Dan aku harap kamu mau maafin aku, please forgive me" Arkan menekuk lututnya dan mengangkat bunga itu kea rah Sofie. Mata gadis itu berkaca-kaca.

"Ya walaupun aku tahu, ini semua gak cukup untuk mengobati hati kamu dan permintaan maafku tapi terima ya bunganya" Sofie mengangguk dan mengambil bunga itu, di tangkupnya wajah Arkan dan menciumi wajahnya kecuali bibirnya. "Makasih mass" ucapnya manja, ia pun mengambil handphone-nya dan memotret bunga tersebut.

"Sofie, kamu gak jadi minta cerai kan?" tanya Arkan sambil mengelus rambut milik Sofie, gadis itu menatapnya dengan bingung.

"Hah?!"

"Dulu pas kita berantem, kamu bilang mau ke rumah mama dan meminta cerai..kamu gak beneran kan?" Sofie tersenyum, "Sofie bahkan udah lupa dengan itu, mas" Arkan menghela nafasnya lega, di tariknya gadis itu dalam pelukannya membiarkan waktu berjalan dan menikmati hangatnya tubuh Sofie dalam dekapannya.

ó

Sudah 2 bulan berlalu, dan selama 2 bulan itu juga hari-hari Sofie selalu penuh dengan kebahagiaan. Arkan juga mulai berubah, secara tiba-tiba ia memutuskan kerjasama antara Valen dan Max juga Reza. Sehingga membuat Valen tidak jadi sekantor dengannya, pada awalnya tentu saja gadis itu menolah mentah-mentah jika Arkan mengundurkan diri dari kerjasama itu tetapi bukan Arkan jika sesuatu yang ia mau tidak ia dapatkan. Dan sekarang Valen menghilang kembali, Arkan menduga jika gadis itu kembali ke Singapore, begitu juga Sofie. Namun di tengah kebahagiaannya, rasa rindunya dengan Reza selalu ada di setiap harinya. Ia tak pernah mengatakan bila ia pernah jatuh hati pada Reza, hanya saja dengan segala kelakuannya yang mulai dari menjengkelkan, lucu sampai gombalannya begitu di rindukan Sofie. Terkadang Reza me-SMSnya pada malam hari, kalimat yang sama setiap malamnya, "Semoga esoknya kamu menjadi milikku" dan Sofie hanya bisa membalas dengan kalimat tertawa yang tidak lain hanya "Hahaha" atau "Ada-ada saja kamu Reza, wkwkw".

Ingin bertemu? Tentu saja. Viranda bahkan sudah membujuk Arkan untuk membiarkan Sofie dan Reza bertemu hanya sekedar bersilahturahim, ditemani oleh Viranda juga Tari namun hanya di respon oleh gelengan Arkan. Tapi ya bagaimana, Arkan adalah suaminya, ia harus patuh padanya. Jika suaminya mengatakan tidak maka tidak, boleh ya boleh.

Dan rencana di hari ulang tahun Sofie, yaitu tanggal 6 April. Arkan akan mengajak gadis itu liburan ke Bali yang tentunya langsung dianggukkan oleh Sofie. Malam sebelum keberangkatannya, Sofie sibuk mengemas baju-baju yang ia ingin bawa.

"Bikini bawa gak ya?" goda Sofie, sambil melirik Arkan yang tengah menonton-ni gadis itu berkemas pakaian.

"Boleh"

"Beneran? Tapi aku kan pakai jilbab mas"

"Nah itu tau, masih nanya" jawab Arkan sambil mencolok perut Sofie dengan jari telunjuknya. "Ih mas!" jerit Sofie karena kegelian, Arkan tertawa keras karena berhasil membuat gadis itu kesal.

"ululu cayang"

ó

Pak Amin, yang merupakan sopir pribadi keluarga Handoyo-- keluarga Arkan mengantarkan mereka menuju bandara. Pukul 06.00 pagi mereka tiba di bandara. Semua koper dan ransel di turunkan oleh pak Amin dan Arkan dari bagasi mobil, dan Sofie mengambil trolly barang. Setelah check-in mereka masuk ke ruangan tunggu.

"Aku gak sabar sampe ke Bali.. gak sabar" oceh Sofie, Arkan mengacak jilbabnya gemas "Sst, aku ada telfon ni" Gadis itu pun diam, mengerti apa maksud Arkan.

"Halo? Ya? Ini siapa? Apa?! Serius?!" mendengar nada Arkan yang kaget, Sofie menatap suaminya itu dengan khawatir dan penasaran. Apakah ini soal mama Arkan?

"Kenapa-kenapa mas?" tanyanya sambil menggoyang-goyang bahu Arkan, laki-laki itu menatap Sofie dengan tatapan kosong, membuatnya takut setengah mati. "Sofie.."

"Ya? ya? kenapa?!"

"Aku harus ke Singapore sekarang juga, papa Valen nelpon aku, ngasih tau kalau dia sakit dan koma" Jantung Sofie seakan berhenti berdetak, apa yang di duga-duganya ternyata salah. Ternyata itu Valen lagi, dan perempuan itu kembali muncul dalam kehidupan mereka setelah semuanya berlalu. Sofie duduk terdiam, Arkan berdiri menatap gadis itu memohon pengertiannya.

"Sof?" tanyanya memaksa agar Sofie mengatakan apa pun itu, tidak hanya diam.

"Yasudah, pergilah" ucap Sofie sambil tersenyum dibalik hatinya yang sudah hancur.

Beautiful AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang