Zachary Furhman...
Aku tidak bisa berhenti menatapnya. Senyuman yang terukir di wajahnya membuat siapa saja ikut bahagia saat melihatnya. Pekikan tawanya terasa seperti nada merdu di telingaku.
Andai saja akulah alasan dibalik tawa bahagia itu,andai saja aku bisa membuat lelucon yang lucu untuknya setiap hari,andai saja aku yang selalu berada di dekatnya. Tapi itu tidak akan terjadi,karena aku hanya teman untuknya,tidak lebih.
Aku hanya rekan satu sekolahnya yang tidak sekalipun pernah dekat dengannya. Menghampiri mejanya saja aku tidak berani.
Setiap hari aku memandanginya bermain basket di lapangan sekolah,sudah seperti orang gila yang tersenyum-senyum sendiri. Dia akan berlarian merebut bola dari kawannya,yang sampai saat ini tidak ada salah satupun dari mereka yang mengetahui jika aku menyukai Zac.Bahkan hanya satu sampai dua temanku saja yang mengetahui perkara ini,karena aku tidak tahan memendamnya sendiri. Dan semoga saja,Zac tidak tahu jika aku mengincarnya.
Aku ingin,suatu saat nanti jika dia memasukan bola itu kedalam ring,dia akan menoleh kepadaku dan berkata "Abey,itu buat kamu!"
Aku pasti sudah gila dengan berkhayal setinggi itu,walaupun memang tidak ada salahnya. Siapa tahu dewi keberuntungan akan menjadikan hal itu nyata.
"Abey!" Suara familiar itu memanggil namaku."Apaan?" Jawabku malas. Tentu saja,karena dia telah mengganggu waktu berkhayalku.
"Yaelah,ngeliatin Zac lagi? Sana mending gabung team basket biar bisa deket sama dia." Ujar Eva dengan santainya. Eva adalah salah satu temanku yang mengetahui jika aku menyukai Zac.
"Gila aja aku ngikut,yang ada malah dibully kali." Walaupun sering bermimpi yang ketinggian ini,tapi aku masih punya kesadaran diri jika fisikku tidak mendukung untuk gabung ke team basket.
"Ya gak apalah,coba aja dulu. Masih inget si Cheryl kan? Dia dulu sebelum gabung mereka kan gemuk banget,sekarang liat dia,dah seksi macam artis Hollywood." Kata Eva.
"Itu kan Cheryl,belum tentu aku bisa kurus kayak gitu. Cheryl udah niat dari awal,lah aku? Gak tambah gendut aja dah Hamdallah." Bantahku. Tetapi sebenarnya aku memang ingin punya badan langsing macam Cheryl itu.
"Yaelah,belum nyoba aja dah pesimis duluan. Pantes ga bisa dapetin Zac."
"Eh apaan,ga bisa dapetin Zac bukan karena dah pesimis duluan,tapi emang dianya aja yang ga pernah buka hatinya." Ujarku.
"Bukan gitu,Ab. Masalahnya kamu itu ga bisa nunjukin diri kamu ke dia,kamu malah sering ngehindar kalo dia dateng. Bukan dianya yang ga buka hati,tapi kamu yang kurang usaha." Kata Eva menasehatiku."Yaudahlah ya,kita juga masih SMP ngapain mikirin hal kayak gini. Lagian aku kan cewek,masa cewek yang usaha sendirian." Aku mulai malas dengan perbincangan tiada akhir ini.
"Lah,gimana sih? Kan kamu dulu pernah bilang kalo mau perjuangin Zac sampe dapet,waktu aku bilang jangan usaha berlebih kamu malah ngebantah. Maunya apa sih?!"
"Itukan dulu,semenjak aku tau kalo dia dah punya gebetan ya udah,ancur semuanya!" Aku meninggalkan Eva sendirian sementara aku kembali ke kelas.
Sesampainya aku di kelas,aku melihat Ellen yaitu teman sebangkuku sedang membolak-balik bukunya. Pemandangan yang sangat lazim aku lihat karena dialah si pintar yang selalu menjadi juara kelas,berbanding terbalik denganku yang jika guru sedang menerangkan akan masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
"Ngapain El?" Tanyaku sembari duduk di sebelahnya.
"Belajarlah Ab,habis istirahat selesai kan ada ulangan harian fisika." Aku hanya bisa melongo mendengar jawabannya,seperti guntur menggelegar di telingaku.