"Kamu gapapa bey?" Lea membalik kebelakang dan berjalan cepat ke arahku saat mendengar ringisanku.
njirr sakit...
Entah aku telah tersandung oleh apa sampai aku jatuh tersungkur seperti ini. Selesai menyalami Zac tiba-tiba kakiku tersandung sesuatu dan aku mendapati diriku yang telah jatuh menunduk. Lea segera menolongku begitu juga orang-orang lain.
"Eh bey, kok bisa jatuh?" Tanya Cody sambil ikut menolongku seperti Lea. Aku hanya menggelengkan kepalaku karena aku benar-benar tidak mengetahui benda apa yang menyandungku. Dengan agak kesakitan aku mencoba berdiri dibantu juga oleh Lea dan Cody yang menopangku. Ellen, Eva, Zac, dan yang lain menatapku dengan heran.
Lalu aku berusaha duduk dan memegangi pergelangan kaki kananku yang nyeri, untung tidak membiru. Ellen dan Eva lalu duduk di sebelahku sambil meringis melihat kakiku.
"Sakit banget bey?" Tanya Ellen, dia lalu mengelus-elus kakiku.
"Gakpapa, dah mendingan. Pulang yuk!" Aku lalu menyincing tas milikku yang aku taruh di atas paha tadi.
"Yakin kamu gapapa bey? Kayaknya masih sakit nih, mau di bawa ke rumah sakit ga?" Tanya Cody sambil berkacak pinggang. Ya lord ini orang kayak petugas jasa raharja aja.
"Lebay ah, gausah Cod. Mau cabut aja aku." Ellen, Eva, dan Lea menyetujui perkataanku. Lalu kami akhirnya berjalan menuju pintu keluar, jalanku agak terpincang karena masih sedikit nyeri. Sesampainya di gerbang gor, kami masih harus berjalan menuju halte yang berbeda dari halte sebelumnya, yang berada di seberang jalan karna jurusan kami ada di halte itu. Kami pun menunggu bis sambil bercerita tentang pertandingan tadi. I'm kinda not in the mood for it.
"Oiya, tadi kesandung apa kamu bey kok sampe jatuh gitu?" Tanya Eva.
"Ah elah, dah dibilangin gatau. Mungkin ga sengaja kesandung kaki orang." Jawabku asal.
"Kesandung kaki orang? Siapa? Kamu jatuh pas habis salaman sama Zac kan? Ga mungkin kalo Zac, berartii..." Eva membulatkan matanya.
"Siapa? Grace?" Tanya Ellen. Kalau dipikir secara logika memang mungkin, karena di dekat Zac ada Grace. Tapi rasanya tidak mungkin dia pelakunya, Grace itu orang baik dan --katanya-- perilakunya lembut.
"Ah, enggak mungkin. Grace tu orangnya baik kok." Ujarku.
"Tau darimana? Dah kenal emang?" Tanya Ellen. "Orang yang biasanya dibilang baik bisa aja dalam hatinya punya niat buruk."
"Positif aja mikirnya, El. Dari mukanya juga bisa diliat dia itu baik." Kataku membelanya.
"Jadi orang jangan terlalu baik, Bey. Nanti cuma bisa dimanfaatin. " Ujar Lea.
Bis tujuan kami datang dan kami segera memasukinya lalu aku duduk di antara Lea dan Eva, sementara Ellen ada di sebelah Eva. Kami terus berbincang sampai tak terasa kalau bis ini sudah sampai di halte sekolah, tempat yang sudah kami setujui agar kami di jemput di sana, lebih tepatnya di sekolah. Ternyata Eva dan Ellen telah di tunggu orangtuanya masing-masing. Sementara aku dan Lea menunggu jemputan sambil duduk di emperan depan sekolah, lebih mirip gelandangan sebenarnya.
"Lea, tadi siapa ya yang nyandungin aku?" Tanyaku sambil menatap ke langit biru.
"Yaelah masih dibahas, mungkin cuma orang yang ga sengaja. Udah, gausah dipikir kenceng, kalo emang ada orang yang sengaja pasti dapet balesannya nanti." Lea mengetik sesuatu di hpnya, entah dia sedang chat dengan siapa.
"Siapa tuh?" Tanyaku.
"Mana?" Lea malah melihat ke sekelilingnya.
"Pe'a, tuh kamu lagi chattingan sama siapa?"