Chapter 4

490 42 7
                                    

Aku menengok kebelakang untuk melihat siapa yang memanggilku. Ternyata dia adalah...

Lea.

Sahabatku yang paling da best. Dari beberapa temanku dialah yang paling mengerti aku dan sangat jarang membullyku. Mungkin karena nasib kami selalu sama dan sering mengalami sesuatu yang mirip.

Aku dan Lea saat kelas 2 SMP pernah satu kelas karena kebijakan dari sekolah untuk mengacak kelasnya. Tapi saat kelas 3 SMP kami kemudian pisah karena dikembalikan di kelas awal kami. Saat kelas 2 SMP itulah akupun satu kelas dengan Zac,dan mulai saat itu aku mengenalnya dan tertarik padanya.

"Eh Lea,aku kira siapa." Kataku. "Ngapain?"

"Dikira siapa hayo? Zac ya?" Lea juga mengetahui kalau aku menyukai Zac,bahkan dia orang pertama yang mengetahuinya.

"Apaan sih? Udah ah,mau ngapain?"

"Besok kemis tim basket kita tanding kan?" Tanya Lea. "Liat yuk! Sekalian modusin doi." Dia mengedipkan sebelah matanya dengan centilnya.

"Aku pikir-pikir dulu ya,kalau dibolehin atau enggaknya sama Ibu aku sih ya pasti boleh tapi kesananya naik apa?"

Lea sedang berpikir sejenak. "Naik bis aja gimana? Di gornya ada halte kan? Yaudah naik bis aja."

"Setuju deh,tapi pulangnya? Kayaknya aku ga ada yang jemput. Apalagi dah malem." Aku melipat tanganku di depan dada dan berfikir kembali,sayangnya otak sedang tidak bekerja dengan baik.

Lea kemudian mengangkat bahunya sebagai pertanda dia juga tidak tahu jawabannya. Aku hanya memutar bola mataku.

"Yaudah nanti dibahas lagi di chat. Duluan ya,aku mau balik lagi ke kelas gajadi jajan." Ujarku. Lea mengangguk dan kembali ke kelasnya begitu juga aku.

Di kelas aku sudah melihat Ellen dan Eva sedang memakan jajanan mereka. Sepertinya sih enak,tapi aku lagi ga mood buat makan.

"Ga jajan Ab?" Tanya Eva sambil melahap cirengnya. Astaga.. cireng adalah jajanan kesukaanku.

"Enggak,lagi ga minat." Jawabku. "Beli cireng ya?"

"Iya,napa? Pengen pasti nih." Goda Eva. Dia berpura-pura meniup cirengnya yang masih panas,dia ingin membuatku tergiur dengan jajanannya.

"Nggak tuh,eh btw besok mau lihat basket kaga?" Tanyaku berharap mereka juga mau ikut.

"Oalah itu,pengen sih Ab.." jawab Ellen. "Transportnya gimana?"

"Bis,aku sama Lea juga mau liat berangkatnya naik bis. Tapi kalo pulangnya belum tau." Jawabku. Ellen dan Eva menghela nafas panjang.

"Abey mah kalo udah modus mau naik sepeda aja pasti diturutin. Mau ngelapin keringetnya Zac juga ga pas dia selesai maen besok?" Kata Ellen.

"Kok diem Ab,laper?" Tanya Eva. "Ups.. laper apa baper mikirin Zac?"

"Udah ah napa sih ngomongin Zac mulu?! Nyesel jadinya dah cerita ke kalian tentang Zac." Jawabku cuek. Aku lalu melipat tanganku dan menidurkan kepalaku di meja.

Setelah itu sama sekali tidak ada suara,senyap. Tiba-tiba ada Zac di depanku,dia menatap dalam mataku. Aku tidak bisa bergerak,dan hanya memandangi matanya. Aku tidak sanggup terus bertatapan dengannya,aku akan grogi dan kikuk. Jantungku berdebar sangat kencang,ada apa ini?

"Hey,my judgemental Abey.." ucap Zac sambil tersenyum miring. Apa maksudnya dengan menyebutku jugdemental?

"Hah? What the-"

"Diamlah,kau tidak perlu berkata apapun. Semua yang ada di dalam dirimu itu hanya sampah tidak berguna." Kata Zac dengan tatapan tajamnya. Kemudian datanglah Grace yang disambut rangkulan hangat Zac. "Grace adalah satu-satunya untukku,kau tidak perlu berusaha keras untuk mendapatkan diriku. Aku sudah mempunyai Grace,enyahlah!!"

GUBRAKK!!!

"Ini waktunya pelajaran,bukan tidur!" Suara pukulan meja dan teriakan seseorang membangunkanku.

"Eh anjir apaan sih-" mataku membelalak melihat Bu Lisa yang sudah di hadapanku dengan membawa penggaris besar di sampingnya. "Maaf bu..."

Tertidur di kelas lagi.

Seisi kelas menertawaiku termasuk Ellen dan Eva. Bu Lisa lalu kembali ke depan kelas,masih dengan wajah memerah penuh amarahnya.

"Kelakuan Abey ini tidak untuk ditiru. Saat di sekolah ya seharusnya belajar,bukannya melakukan kegiatan yang harusnya dilakukan di rumah. Kan kemarin malam sudah diberi waktu untuk tidur,ya dimanfaatkan dong untuk tidur. Kejadian tadi tidak sepatutnya terjadi,apalagi Abey melakukannya saat jam pelajaran saya,matematika. Coba Abey,kamu terangkan apa yang sudah saja tulis di papan ini!" Ujar Bu Lisa.

"Hah? Saya tidak bisa bu,saya minta maaf." Jawabku sambil menunduk.

"Nah loh,sudah tidak bisa menguasai matematika,tertidur di kelas pula. Dasar malas!"

Bangsat lu!

# # #

"Bisnya masih lama nih?" Ujar Eva mengeluh. Aku,Lea,Eva,dan Ellen sudah 30 menit menunggu bis di halte tapi seperti biasanya,selalu lama datangnya.

"Kalo telat gimana nih?" Ellen bertanya sambil melipat tangannya. Aku dan Lea hanya saling pandang-pandangan.

Aku sebenarnya ingin balik ke kelas 2 SMP lagi. Ingin mengulangi masa-masa indah itu kembali,ingin berada di satu kelas yang sama dengan Zac. Memandanginya saat dia sedang memperhatikan guru ataupun tertawa dengan teman-temannya,apalagi kacamata yang selalu ia pakai saat pelajaran,pesonanya tidak ada yang bisa menyaingi. Aku juga masih ingat saat aku ada di satu kelompok yang sama dengan Zac,tidak ada kata lain yang bisa aku ungkapkan kecuali "Happiness Overload".

Tidak sabar rasanya untuk segera sampai ke gedung olahraga yang megah tersebut. Bukan hanya karena pertandingan basket yang selalu dinanti,tetapi lebih dari semua itu. Yaitu Zac yang hari ini ikut bermain,niatku menyanggupi permintaan Lea untuk menonton ini agar aku bisa melihat Zac berlarian merebut bola dan memasukannya ke ring. Walaupun fisiknya tidak terlalu tinggi tetapi kegesitannya menjadi suatu kendala bagi lawannya.

Bis yang kami nanti akhirnya datang juga,kami segera naik dan duduk bersebelahan. Ellen dan Eva sibuk dengan media sosialnya masing-masing sementara aku dan Lea sedang curhat membicarakan masalah yang hanya bisa aku ceritakan ke Lea dan begitupun sebaliknya.

Lima belas menit berlalu,bis lalu berhenti di sebuah halte persis di sebelah gerbang masuk gor. Kami turun dari bis dan memasuki gor. Di pintu masuk seorang wanita sedang mengeceki tiket masuk orang-orang. Untung saja Lea sudah memesan tiketnya kemarin,setelah di cek kami pun meminta di cap agar kami leluasa keluar masuk gor. Aku meminta agar di cap di bagian pergelangan tangan kanan.

Kami lalu memilih duduk di daerah rombongan anak SMP kami,SMP Bina Putra. Ternyata banyak juga yang mendukung SMP kami. Team basket putra dan putri yang duduk di barisan depan sedang merapikan tas mereka pertanda kalau mereka sedang bersiap-siap untuk berganti pakaian dan segera tampil.

Saat mereka baru saja berdiri tiba-tiba terdengar sorakan meriah dari team basket putra.

#  #  #  #  #

Me again with the butterflies in my chest!!!

Hope y'all like my story,im working so hard for this;(

Pls vote and give some comment;;)

Next?

GoneWhere stories live. Discover now