Chapter 9

51 6 0
                                    

Hari ini aku menjadi sangat gugup, aku tidak berani keluar dari kelasku.

Jika kalian lupa apa yang menyebabkan aku menjadi seperti ini, mari aku ingatkan lagi. Kemarin, Vavel dan Rio mengatakan akan ada yang terjadi pada hari Senin.

Dan sekarang hari Senin.

Sudah lebih dari dua jam aku tidak memperhatikan apa yang dijelaskan guru di depan kelas, walaupun aku tau dia guru killer. Masih belum terjadi apa-apa sampai sekarang, aman.

"Abey, tadi artinya etimologi tu apa?" Suara Ellen menyadarkanku dari lamunanku.

"Hah? Gatau, sorry." Biarlah Allen kesal sendiri dengan jawabanku.

"Laper nih, istirahat berapa menit lagi?" Tanya Ellen lagi kepadaku, aku tidak menggubrisnya.

"Masih 20 menit lagi ya!" Ujar Ellen,aneh ini orang. Dia kembali konsentrasi dengan apa yang Pak Dimas terangkan.

"Eh, nanti kalo kamu mau jajan, aku nitip aja ya?" Ujarku kepada Ellen.

"Tumben, biasanya semangat kalo jajan. Emangnya kenapa?" Tanya Ellen balik.

"Ya cuma males aja, gapapa kan?" Aku berusaha menutupi perasaan cemasku yang semakin lama semakin meningkat.

Aku melihat Lea melambaikan tangannya di depan pintu kelasku, wajahnya terlihat cemas. Dia memberikan isyarat jika aku harus keluar kelas, tapi tentu saja aku tidak bisa melakukannya, guru killer sedang mengajar.

Aku menggelengkan kepalaku sebagai tanda kalau aku tidak bisa. Raut muka Lea semakin cemas, membuatku juga semakin takut akan apa yang sedang terjadi.

Aku berjalan menuju Pak Dimas dan berkata, "Pak, ijin kebelakang ya pak!" Guru tua itu hanya mengangguk tanpa melihatku. Aku berlari keluar kelas dan menghampiri Lea yang sedang duduk di kursi luar kelas.

"Gimana Le?"

"Vavel, si vavel nungguin kamu di kelasnya. Katanya mau ngomong sesuatu dan dia ngumpulin semua temen-temen sekelasnya!" Ujar Lea terengah-engah.

"Pada ga pelajaran?" Tanyaku

"Jamkos katanya."

"Ada Zac?"

"Adaaaa..." kata Lea histeris, membuatku semakin panik. Dia lalu menarikku menuju kelas Vavel dan bisa kulihat Zac sedang mengobrol dengan teman-temannya.

"Eh Abey.." ucap Vavel. Aku mematung, Zac menatapku dan aku bisa mendengar detak jantungku sekarang.

"Aku ngapain dibawa kesini?" Tanyaku.

"Oke karna Abey udah dateng jadi kita mulai aja ya.." ucap Vavel membuka pembicaraan. "Cepet Zac!!"

"Emm.. gini, jadi aku sama Grace udah jadian." Perkataan Zac membuat orang-orang yang mengelilinginya bersorak bahagia dan memberikan ucapan selamat.

"Trus kenapa aku harus ada di sini?" Tanyaku, menahan air mata.

"Ya kamu temennya Zac waktu kelas delapan kan? Jadi Abey juga harus tau kabar bahagia ini." Ujar Vavel sambil merangkul pundak Zac.

"Aku gatau bey kenapa kamu harus ada di sini dan tau hal ini. Bukan aku yang minta kamu buat ke sini." Kata Zac dengan ekspresi bersalahnya.

"Makasih infonya." Aku berlari menuju kelasku dan sebelum masuk aku menghapus air mata yang terlanjur membasahi pipiku.

GoneWhere stories live. Discover now