Test Pack #5

361 43 8
                                    

“Oppa, test packnya sudah aku coba. Tapi garisnya tetap satu. Hiks…”

.

.

.

.

Siang yang terik di Seoul National Unniversity lantaran sang surya dengan angkuhnya menyelimuti bumi dengan panas yang dimilikinya. Tapi, meskipun demikian, seorang Kim Hyerim tidak kehilangan selera makannya. Im Yura, sahabat dari gadis remaja yang sudah menikah muda itu hanya bisa cengo lantaran sifat rakus Hyerim hari ini. Bayangkan, Hyerim sudah menyantap 2 mangkuk ramen ditambah 5 kue beras sekaligus.

“Kamu ini kenapa huh?” tanya Yura, membuat Hyerim yang sedang menyantap cemilan menatapnya. “Kamu makan banyak sekali hari ini, jangan-jangan Luhan sudah melakukan ‘sesuatu’ padamu.”

Lipatan bingung pun tercipta dikening Hyerim. “Sesuatu apanya?”

Yura menatap datar sahabatnya itu, “Kamu sudah menikah masa tidak tahu?” ucap Yura dan melanjutkan kembali. “Jangan-jangan kamu makan banyak karena ada janin diperutmu,”

‘BYURR!!’                                                                                        

Sebuah air mancur dadakan keluar dari mulut Hyerim lantaran ucapan Yura sekon yang lalu. Membuat gadis remaja berstatus istri seorang Luhan itu menyemburkan isi air mineral yang ditampung dimulutnya tadi. Janin? Hamil? Yang benar saja? Hyerim hanya terpaku kala memikirkan hal tersebut.

**

Gadis cilik berkepang dua itu hanya menatap bingung ibunya yang tengah mengeluarkan isi perutnya di wastafel kamar mandi. Gejolak penuh dari perutnya pun akhirnya habis keluar lewat muntahannya barusan. Nyonya Kim mencuci mulutnya dan membasuh wajahnya.

“Omoni kenapa?” pertanyaan lolos dari mulut Luhan yang kebetulan sedang main ke rumah Hyerim.

Hyerim menggeleng tak tahu. “Mollayo oppa, umma muntah-muntah terus.”

Luhan menatapi punggung ramping Ibu Hyerim dari pintu masuk kamar mandi. Nyonya Kim lagi-lagi mengeluarkan isi perutnya yang terus memaksa untuk didorong keluar.

“Jangan-jangan ibumu hamil, Hyerim.” bisik Luhan membuat gadis 7 tahun itu membulatkan mata menatap Luhan.

“Hamil? Aku akan punya adik dong?” ucap Hyerim sedikit antusias, keantusiasan itu bertambah kala kepala lelaki 14 tahun di sebelahnya mengangguk. “Yeayy! Aku tidak jadi anak tunggal lagi kalau begitu.” pekik Hyerim girang membuat Luhan terkekeh dan mencubit pipi Hyerim gemas.

“Tapi biasanya, bila mau tahu pasti kamu akan punya adik atau tidak. Harus diperiksa dengan test pack,” informasi yang diberitahukan oleh Luhan tersebut membuat Hyerim mengerjap-ngerjap polos menatap Luhan kala otaknya mencerna informasi tersebut.

“Test pack bisa membuatku tahu pasti akan punya adik atau tidak?” Luhan mengangguk dan tersenyum pada Hyerim lalu disusul oleh belaian lembut di surai hitam milik gadis cilik tersebut. “Cara memakai test pack memangnya bagaimana?” dan tanpa pikir panjang, Luhan memberitahukannya pada Hyerim dari apa yang ia ketahui.

Keesokannya, suara tangisan gadis cilik terdengar memekikan telinga di depan rumah keluarga Lu. Saat lelaki berumur 14 tahun yang merupakan anak sulung keluarga Lu menarik sang pembatas antara dunia luar dengan rumahnya, netranya mendapati Hyerim tengah duduk terkapar sembari menangis tersedu-sedu. Luhan yang sedikit panik dan didominasi perasaan khawatir pun, berjongkok di hadapan Hyerim dan lantas bertanya dengan suara lembutnya.

“Ada apa Hyerimku sayang? Kenapa menangis hmm? Apa ada yang meganggumu?” Hyerim mendongkak dengan kristal bening tersisa disisi kelopak matanya, sekon itu pun Hyerim dapat merasakan belaian penuh kasih sayang Luhan di mahkota hitam panjangnya. Mengelus rambutnya lembut.

 

Hyerim menggeleng dan berucap. “Oppa, test packnya sudah aku coba. Tapi garisnya tetap satu. Hiks. Berarti aku tidak jadi punya adik,” Hyerim kembali mengeluarkan air matanya dan menangis. Sementara Luhan hanya bengong dengan mulut terbuka. Oh ingatkan Luhan bahwa dirinya sedang menghadapi bocah 7 tahun dibawahnya yang sangat polos ini.


**

Hyerim menatap terkejut benda yang ada ditangannya kini. Bebarapa sekon lalu, Hyerim muntah-muntah disertai mual. Karena gadis tersebut teringat ucapan Yura, akhirnya dirinya memberanikan diri memakai test pack, dan setelah memakainya terdapat lah 2 garis. Apa berarti ini… Ya! Dirinya hamil. Ya Tuhan! Rasanya Hyerim ingin memekik sangking girangnya. Langsung saja gertakan kakinya terdengar berlari menuju kamarnya dan Luhan. Dapat didapati oleh Hyerim bahwa suaminya itu sedang berkulat dengan laptopnya.

“LUHANNN!!!!!!” pekik Hyerim yang langsung lari dan memeluk Luhan, akan tetapi hal tersebut berakibat fatal karena Luhan langsung terjungkir dari duduknya.

Luhan yang jatuh tertidur dengan ditindih Hyerim yang masih setia memeluknya, hanya memasang wajah bingung, “Yak! Kamu ini kenapa bocah?!” seru Luhan tapi Hyerim malah menciumi pipi kanannya dengan ekpresi girang.

“LU HYERIM!” pekik Luhan akhirnya dan berhasil membuat Hyerim melepaskan pelukan serta mengubah posisinya jadi duduk di lantai. Luhan pun akhirnya bisa bangun dan juga duduk di atas lantai kamar keduanya. “Kamu ini kenapa sih?” Tanya Luhan seraya menatap istri kekanak-kanakannya itu.

Hyerim menatapnya dengan tatapan senangnya yang tertahan. Lalu, dirinya mendekatkan diri kearah Luhan, membuat suaminya itu mendekatkan telinganya kepada Hyerim. “Aku hamil, Lu. Sudah aku cek di test pack tadi,” bisik Hyerim yang lalu tersenyum riang. Sementara Luhan hanya cengo sedikit tak percaya.

“Akhirnya kita akan punya anak, yuhuuuu~,” seru Hyerim yang sudah loncat-loncat tidak jelas. Lalu, gadis 19 tahun tersebut loncat ke atas kasur dan berguling-guling di sana.

Luhan masih bergeming mencoba mencerna sesuatu, dirinya jadi ingat kejadian 12 tahun lalu, saat Hyerim mencoba test pack yang harusnya dipakai oleh ibunya bukan dirinya. Gadis itu masih sangat polos kala itu, Luhan sangat tahu. Tapi, entah kenapa ada keraguan dalam dirinya saat ini. Langsung saja rajutan langkah Luhan yang terburu-buru menuju kamar mandi. Hyerim masih setia berguling-guling di ranjang king size miliknya serta Luhan. Dirinya baru berhenti saat teriakan Luhan terdengar menerobos masuk ketelinganya.

“Hye! Test packmu rusak, bodoh! Aku mencoba memakainya dan garisnya juga 2. Hal gila macam apa ini? Memangnya aku bisa hamil anak kita huh?”

Hyerim langsung membuka-tutup mulutnya beberapa kali, posisinya sudah duduk di atas ranjang. Tampang wajahnya semakin bodoh saat Luhan berdiri sambil menyender di sisi pintu masuk kamar mandi dengan menatapnya sambil menahan tawa.

“Oh.. mungkin aku kebanyakan makan tadi siang, jadi muntah dan mual-mual.” ucap Hyerim diiringi desahan kecewanya. Luhan hanya tersenyum tipis dan berjalan mendekati Hyerim lalu langsung saja duduk di sebelah istrinya tersebut. Tangannya terulur menyentuh pundak Hyerim, membuat si istri menatapnya.

“Bagaimana bila kita mencoba untuk membuat anak sekarang hmm?” tanya Luhan disertai smirknya

.

.

.

.

Hola! I'm back with this failed comedy fic and absurd couple Luhan-Hyerim XD 

dan sumpah ya ampun fic ini kayaknya yang paling gak jelas ;_; aku punyya 3 ide buat lanjutannya dan aku kepikiran mateng nulis yang test pack ini walau jadinya absurd-absurd juga -_- Dan ya keknya mereka berdua mesti berusaha lagi LMAO, maafkan aku yang memberikan Luhan istri banyak tingkah sama ceroboh begini XD
Last, jangan lupa komen dan votenya ya <3


Series - Diary of Childhood Memories [Luhan Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang