Jealous #6

473 43 2
                                    

"Aku tidak cemburu!"

Sinar mentari dengan nakalnya masuk ke celah kamar pasangan muda ini. Dapat dilihat Luhan masih terlelap bersama dengan istri tercinta, tampak tangan Luhan memeluk tubuh Hyerim. Dan Hyerim juga memeluk balik Luhan sembari sebagian wajahnya tenggelam didada bidang suaminya. Suara alrm pun terdengar masuk ke gendang telinga, mau tak mau Hyerim pun ditarik untuk bangun dan menguap lebar. Sementara Luhan masih setia dalam tidurnya. Lelaki ini benar-benar...

"Lu! Bangunnnnnnnnn!!" seru Hyerim sambil mencubit hidung Luhan. Yang dicubit pun akhirnya membuka kelopak matanya.

"Ish! Aku masih ngantuk, apalagi tadi malam kamu ini sangat..-"

"Stop! Jangan bahas prihal tadi malam! Kamu tadi malam benar-benar pedofil kelas atas," potong Hyerim yang lalu mulai menyibakkan selimutnya dan berusaha turun dari ranjang.

Luhan hanya mengangkat sebelah alisnya melihat Hyerim yang mulai menata langkah menuju kamar mandi. "Aku? Pedofil? Lebih parah dirimu yang mau bercinta dengan seorang ahjussi, bukan begitu?"

"LUHAN! CUKUP DIAM!" teriak Hyerim yang sudah membanting pintu kamar mandi dengan kerasnya, sementara Luhan hanya terkekeh melihat tingkah istrinya tersebut.

**

Matahari sudah tepat berada di atas kepala, Hyerim pun akhirnya menyelesaikan mata kuliahnya hari ini. Bersama Yura, keduanya berjalan beriringan keluar kelas sambil bercengkrama.

"Kamu tidak dijemput Luhan hari ini?" tanya Yura karena tidak seperti biasanya Hyerim naik bus saat bubaran kuliah. Gadis bersurai hitam panjang tersebut menggeleng.

"Luhan banyak pekerjaan hari ini, ya jadi tidak menjemputku dan aku akan ke kantornya sekarang." jawab Hyerim yang mendapatkan respon anggukan dari Yura.

Akhirnya decitan antara roda bus dan aspal pun terdengar membuat bus berhenti. Kedua sahabat itu pun berpamitan disusul Hyerim turun dari bus sambil bersenandung ria. Rajutan langkahnya pun memasuki perusahaan milik Luhan tanpa harus bertanya-tanya lagi, gadis yang berstatus sebagai istri Luhan tersebut berjalan ke ruangan kerja Luhan. Diraihnya kenop pintu berwarna putih gading tersebut. Saat pintu itu terbuka, tampak Luhan sedang berfoto bersama dengan 2 orang wanita. Tangan kedua wanita tersebut melingkar sempurna dikedua tangan Luhan dan salah satu dari keduanya menaruh kepalanya dipundak Luhan.

Oh... Hyerim sudah merasakan darahnya naik ke ubun-ubun, moodnya yang semula baik langsung turun drastis menjadi badmood. Luhan yang menyadari kehadiran Hyerim pun langsung memalingkan wajahnya melihat si istri yang sedang mati-matian untuk tidak berteriak sekon itu.

"Hyerim..." panggil Luhan tapi hanya dijawab oleh balikan badan Hyerim yang berjalan pergi dari sana.

**

Hyerim hanya memandang bete Luhan yang sedang berbincang-bincang dengan anak perempuan yang sebaya dengan Luhan. Keduanya tampak tertawa dan berbicara dengan asyiknya, melupakan anak perempuan 7 tahun yang sedang bermain ayunan dan merasakan sebuah kesepian.

"Lu, ayo kita berselca dulu. Kapan lagi aku main ke rumahmu bila tidak ada kerja kelompok?" ucap Park Jieun sambil mengambil ponselnya. Dan Luhan mengiyakannya. Keduanya berpose ceria dalam berbagai foto.

"Ini foto yang terakhir," ucap Jieun yang lalu main menaruh kepalanya dibahu Luhan. Sontak membuat Luhan terkejut. Dirinya tidak pernah bersentuhan dengan perempuan kecuali ibunya dan Hyerim.

Hyerim yang melihatnya hanya memandang datar apalagi saat Jieun tersenyum lebar dan Luhan pun demikian. Jieun pun akhirnya berdiri dari duduknya dan berpamitan, lagi-lagi Jieun main memeluk dan mengecup pipi kanan Luhan, membuat lelaki tersebut mati kutu sekaligus Hyerim badmood parah. Sekon berlalu, Luhan pun tersadar dan tersenyum menghampiri Hyerim.

"Maaf ya, oppa tadi mengerjakan tugas dulu bersama Jieun.." Luhan pun berjongkok di hadapan Hyerim yang cemberut dan membuang muka darinya. "Hye.." Luhan memanggil Hyerim sambil mencubit pipi gadis cilik tersebut.

Yang Luhan dapatkan adalah sebuah tepisan kasar dari tangan mungil Hyerim, lantas membuat lelaki berumur 14 tahun tersebut membulatkan matanya terkejut. "Sana! Oppa sana saja dengan perempuan tadi, dicium pipinya saja dengan perempuan tadi! Aku tidak mau mencium oppa lagi!" seru Hyerim yang masih belum mau memalingkan wajah kearah Luhan, dan hal tersebut membuat Luhan menyunggingkan senyum lebar saat mengerti apa yang terjadi pada Hyerim.

"Oh begitu ya.." Luhan pun mengangguk-angguk dengan tampang setuju. "Sepertinya benar apa kata teman sekelas oppa bahwa Jieun menyukai oppa. Lebih baik minta cium lagi ya kepadanya," ucap Luhan dan Hyerim tambah memberengut kesal.

"Sana!" Hyerim pun menendang-nendang Luhan dengan kaki mungilnya, membuat Luhan tersenyum menahan tawa dan tiba-tiba saja Luhan menggendong tubuh mungil Hyerim. "Huaa!!!! Oppa turunkan aku sekarang! Huaa!" jerit Hyerim sambil memukul-mukul bahu Luhan.

Luhan hanya tersenyum dan detik berikutnya jeritan gadis cilik tersebut terhenti oleh kecupan hangat berkali-kali dikedua pipinya yang diberikan Luhan. Hyerim hanya menatap Luhan dengan dua kelereng bermanik polosnya.

"Jangan cemburu lagi, Hyerimku sayang. Karena yang oppa sayang kan kamu," ucap Luhan dengan senyumannya dan mencium pipi Hyerim lagi, membuat gadis 7 tahun tersebut bergelayut manja dibahunya.

**

Luhan menghela napasnya, tangannya sudah berada di kenop pintu sedaritadi. Tapi belum ada keberanian untuk membuka pintu tersebut. Akhirnya diberanikan oleh Luhan untuk membuka pintu tersebut. Di dalam kamar pribadinya dengan Hyerim, dapat dilihat oleh Luhan bahwa Hyerim sedang bermersaan dengan ranjang king size di tengah kamar tersebut. Dilangkahkan oleh Luhan kedua kakinya mendekat kearah istrinya tersebut dan duduk di sisi ranjang.

"Hye..." panggil Luhan, yang dipanggil hanya memunggunginya membuat Luhan menghela napas. "Dua wanita tadi rekan kerjaku, mereka hanya meminta foto bersama.." Luhan mendekat pada Hyerim dan menyentuh pundak gadis tersebut.

"Hmmm..." hanya itu respon dari Hyerim. Luhan pun membaringkan tubuhnya menyamping menghadap Hyerim yang masih setia memunggunginya. Kemudian Luhan memeluk pingang Hyerim, membuat gadis tersebut mendelik kesal. "Bisa tidak lepaskan pelukanmu huh?"

Hyerim berucap sinis, sementara Luhan menjawabnya dengan gelengan dan menenggelamkan kepalanya dipunggung Hyerim. "Jangan cemburu lagi, Hye. Karena yang aku cintai kan kamu."

Hyerim yang mendengar hal tersebut langsung membalikan badan menghadap Luhan. "Siapa juga yang cemburu?" seru Hyerim membuat Luhan mengangkat sebelah alisnya.

"Kamu..." Luhan mencubit hidung Hyerim membuat gadis Kim tersebut memajukan bibirnya "Jangan mengelak,"

"Aku tidak cemburu!" Hyerim bersikeras mengelak.

"Oh begitu..." Luhan mengangguk-anggukan kepalanya dan detik berikutnya mencium bibir Hyerim. "Apa cemburunya sudah reda?" tanya Luhan disertai senyuman jahilnya, membuat Hyerim meneguk ludahnya sendiri atas apa yang dilakukan Luhan. Disaat lelaki itu kembali ingin menciumnya, Hyerim pun bersuara.

"Ya, baiklah aku cemburu!" Hyerim pun akhirnya memilih mengaku daripada harus dikerjai Luhan terus-menerus. Suaminya itu sudah tersenyum penuh arti.

"Dasar pencemburu!" ucap Luhan yang kemudian mencium bibir Hyerim lagi.

Hallo I'm back with this story. Ciee Mba Hyerim jeles wkwkwk, sabar ya punya suami kek Luhan emang urut dada mulu buakakakaka. Vote sama commentnya jan lupa gaes ^^

Series - Diary of Childhood Memories [Luhan Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang