6
Pagi-pagi sekali, saat matahari baru menampakkan diri di ufuk Timur, aku sudah duduk di sofa ruang tengah, di depan televisi. Bukan untuk sarapan sambil nonton acara kegemaranku, melainkan untuk disidang oleh Ayah.
Menyebabkan kaca jendela lantai dua pecah semua, meledakkan kamarku sendiri, menyimpan mayat manusia serigala di halaman. Segala tuduhan tertuju kepadaku tanpa dapat kubantah.
Sidang berakhir dengan sebuah hukuman, karena aku mengakui kesalahan maka aku hanya dihukum memberi makan ayam sebelum berangkat ke sekolah setiap hari dalam sebulan.
Hanya memberi makan ayam? Padahal aku berharap Ayah akan memberi hukuman yang lebih menantang. Sungguh, itu mengecewakan.
Ketika aku melangkah keluar rumah dengan kecewa, kakakku melewatiku dengan tubuh berkucuran keringat. T-shirt putih yang dikenakannya basah―lengket di kulitnya hingga menampakkan bentuk tubuhnya yang atletis, dan celana jeans-nya juga kotor oleh tanah. Sepertinya dia baru saja menyelesaikan pekerjaan paginya di peternakan.
Kakak laki-lakiku lumayan tampan dan punya tubuh yang bagus. Tapi karena kesibukannya pada dunianya sendiri, hingga detik ini ia sama sekali tidak punya pacar. Aku pikir, di masa depan mungkin ia akan menikahi mumi, mengingat kesukaannya mengoleksi barang antik dan pekerjaanya sebagai Kurator di museum.
“Ambilkan jam tanganku yang tertinggal di lumbung!” perintahnya. “Jangan mengurusi yang lainnya kecuali ayam!” tambahnya lagi sembari melangkah memasuki rumah.
Aku mengkerucutkan bibir dan menggembungkan pipi. Kesal.
Ayah dan Ares memang tidak pernah mempercayaiku dalam segala hal. Mereka selalu berpikir kalau aku adalah sumber kekacauan dunia seolah semua yang kulakukan akan berakhir menggemparkan. Yah, memang seringnya begitu―aku sering menyebabkan kekacauan, tapi aku selalu bisa mengatasinya, koq.
Aku berlari-lari kecil melintasi jalan setapak berkelok yang diapit pepohonan, menuju lumbung yang letaknya tiga ratus meter di seberang rumah kami.
Di ujung jalan setapak ada sebuah lumbung tua yang sangat besar dikelilingi pepohonan, berdinding kayu dengan kincir besar di atap yang tak berfungsi lagi. Di lumbung ini Ayah menyimpan berbagai macam makanan ternak kami.
Aku melangkah memasuki lumbung dan segera tercium aroma menyengat yang campur aduk. Suasana di dalam lumbung sepi, hanya gesekan sandalku dengan lantai yang terdengar berdetap-detap.
Di mana Ayah menyimpan pakan ayam? Dan di mana jam tangan Ares? Aku menoleh ke kiri dan kanan. Beberapa rak berderetan di sebelah kanan dengan kotak-kotak kayu besar di setiap barisnya terjejer rapi, lengkap dengan beberapa kartu yang terselip di setiap kotak bertuliskan nama pakan di dalam kotak beserta jumlahnya secara rinci. Sementara di sebelah kiri ada jerami yang ditumpuk tinggi-tinggi dan ember-ember besar tertutup rapat yang diberi nama-nama.
Ketika kuhampiri salah satu ember besar yang bertulis pakan ayam, aku melihat sesuatu berjalan keluar dari belakang tumpukan jerami. Sosok berlidah panjang dengan ujung lidah menyerupai ular, mendesis menatapku dengan sepasang mata merah menyala. Deret gigi runcing yang panjang dan besar tampak ketika ia membuka mulutnya. Ia nyaris serupa kangguru dengan kaki belakang lebih panjang dari kaki depan, berekor, berkulit kasar dengan duri-duri panjang seperti kipas di sepanjang tulang belakang, dan dia berbau belerang.
Aku mundur perlahan, lalu berbalik lari keluar lumbung sekencang-kencangnya. “AREEEEESSSS!!! CHUPACABRA ITU LEPAS DARI KANDANG!” Aku berteriak lantang.
Dalam sekali lompat, makhluk itu telah muncul di depanku. Membuatku terkejut hingga terjengkang. Dan sebelum aku sempat menghindar darinya, Chupacabra itu bergerak menerkam.
Ini adalah alasan lain mengapa Ayah dan Ares tak membiarkanku mengurus peternakan kecuali bagian kandang ayam. Terlalu berbahaya. Kami tak hanya punya satu Chupacabra, kami punya banyak yang seperti dia. Kami juga punya yang lainnya, enam ekor Unicorn, seekor Grifin, empat ekor Naga dan seekor Chimaera. Semuanya dibiarkan tetap pada naluri aslinya yang liar.
Tak asing semua itu di peternakan kami, para pemburu makhluk mitologi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gi
FantasySeorang cewek remaja bernama Gi dari keluarga Pemburu Makhluk Fantasi yang juga keturunan Cenayang Kerajaan Korea. Kehidupan remajanya yang penuh petualangan berubah saat sebuah surat datang kepada keluarganya, bahwa ia akan diambil oleh Keluarga Ce...