Dengan langkah yang tergesa-gesa. Sabita, Bio dan juga Jihan melewati koridor rumah sakit. Khawatir, sedih, tidak tega pun bercampur aduk di hati mereka masing-masing.
Ternyata tadi pagi saat Andra berangkat menuju kampus, Andra membawa mobilnya dengan kencang dikarenakan ia sudah telat 10 menit jam pelajaran pertama, namun saat diperempatan, dari arah yang berlawanan, sebuah truk yang ugal-ugalan menabrak mobil Andra. Sehingga mobil yang ditumpangi Andra sampai terguling-guling, dan terbakar. Untung saja Andra lebih dulu loncat dari mobilnya sebelum mobil itu meledak dan terbakar. Tapi kondisi Andra sekarang tidak memungkinkan, setelah lompat, kepala Andra terbentur benda keras, sepertinya batu, namun batu besar. Sehingga darah segar banyak mengalir dari kepalanya.
Sabita, Bio dan Jihan kini sudah didepan UGD. Ternyata belum ada Devi disini.
"Bio, gue gak kuat liat dia kaya gitu, Bi"Sabita berkata namun dengan air mata yang berlomba-lomba.
"Sabar, Ta. Andra pasti baik-baik aja kok,"Bio memberi perhatian pada sahabatnya itu. Kemudian Bio mengusap-usap punggung Sabita memberikan ketenangan untuknya.
"Kak, yang sabar, Bang Andra pasti bakalan sembuh"kemudian Jihan berkata. Sabita pun mengangguk.
Bio pun membawa Sabita ke bangku yang tak jauh dari mereka, Sabita pun duduk dengan bahu yang bergetar.
"Tuhan gak adil! Kenapa sih, gue gak pernah dikasih kebahagiaan!"Sabita berkata sedikit keras.
"Lo gak boleh ngomong gitu! Tuhan adil! Sangat! Bahkan sekarang tuhan lagi siapin kebahagiaan yang besar buat lo!"Bio berkata.
"Lo gak pernah tau sekarang Tuhan lagi ngapain, lo gak pernah tau gimana cara tuhan buat temuin lo sama jodoh lo! Dan lo harus yakin kalo tuhan gak pernah kasih cobaan yang kayak gini buat lo tanpa Tuhan yang bakal ngasih kebahagiaan yang besar buat lo! Lo kuat! Lo temen gue!"Sambung Bio.
Ya, Bio benar, tidak seharusnya ia berkata seperti itu.
"Lo bener"Kini suara Sabita mulai melemah. Bio tersenyum kearah Sabita.
"Kakak tenangin diri kakak dulu, kita berfikir positif aja, Bang Andra pasti balik kayak dulu kok!"Jihan berkata dengan semangat.
Tiba-tiba wanita paruh baya dengan tergesa-gesa datang dengan seorang perempuan dan langsung berdiri didepan ruangan.
Siapa lagi kalau bukan Bunda Devi dan Vineas?
Mungkin mereka tidak sadar dengan keberadaan Bio, Sabita dan Jihan.
"Mending kita pergi selagi mereka gak lihat, nanti omongan pedes yang kayak boncabe level 10 keluar, yuk!"Bio berbisik, namun Sabita menggeleng.
"Gue mau nunggu Andra sampe Andra sadar"kata Sabita.
Dokter pun keluar dari ruangan UGD...
"Dok bagaimana dengan keadaan anak saya?"tanya Devi dengan tergesa-gesa. Sabita, Bio dan Jihan pun berdiri tapi tidak beranjak dari tempatnya.
"Alhamdulillah, Andra bisa terselamatkan, ibu bisa ikut sama saya keruangan saya, dan sebentar lagi Andra akan dibawa ke kamar rawat"jelas Dokter.
Dokter dan Devi pun pergi berlalu meninggalkan Vineas yang masih berdiri disana.
Sabita, Jihan dan Bio pun menghampiri Vineas.
"Lho? Ada kalian?"tanya Vineas.
"Liatnya?"balas Bio sinis.
Vineas berjalan menuju Sabita dan memeluknya.
"Aku tau, kamu sayang banget sama Andra, kamu masih cinta sama Andra. Jangan pernah tinggalin dia, kalo kamu sayang sama Andra, kejar dia lagi!"Vineas berkata seperti itu. Bio pun diam tak bergeming mendengar penuturan Vineas.