IY-11

275 10 3
                                    

"Rindu ini tidak sopan, seenaknya datang tanpa meminta izin pada pemilik hati."

👀

Entah rasa apa yang sedang dirasakan Sabita sekarang.

Ponselnya hilang.

SIM Card yang baru ia beli hilang.

"Ta, kamu inget-inget tadi kamu taruh dimana?" Tanya Kevin.

Kevin memilih untuk beberapa hari di Amsterdam untuk menemani Sabita.

Sabita dan Kevin tinggal di salah satu Apartemen yang cukup mewah, memiliki banyak kamar, tapi hanya ditempati Sabita dan Kevin saja.

Dua bulan telah berlalu, berlalu dengan mulus, berlalu tanpa ada nya sedikit masalah diantara Sabita dan Andra. Tapi sekarang masalahnya adalah Handphone dan SIM Card Sabita hilang, entah kemana dua benda itu hilang.

"Aku tuh tadi taruh di nakas sini Bang." Jawab Sabita sambil menunjuk nakas disampingnya.

"Bang, gimana aku ngabarin temen-temen yang ada di Indonesia kalo gini?" Tanya Sabita, ia mulai kelelahan karna ia tak kunjung mendapatkan benda yang hilang itu.

Karna yang Sabita pikirkan adalah bagaimana ia menghubungi Andra? Karna nomor Andra ia simpan di SIM Card barunya, dan tidak ada di handphone Kevin.

***

"Ternyata menunggu itu gak enak ya." Kata Andra setelah selesai memetik senar gitar nya dibalkon kamarnya.

"Aku tau, langit yang aku sama kamu lihat itu sama, tapi kenapa rasanya kita udah beda langit aja, jauh banget rasanya." Gumam Andra.

Ia termenung, ia merindukan gadisnya, gadis yang sudah membuat hari-harinya dipenuhi warna. Kapan gadisnya kembali?

Gadisnya tak pernah menghubunginya lagi setelah 6 bulan ini. Itu tandanya Andra tak tahu bagaimana ia bisa tau kabar gadisnya disana.

"Bengong aja." Bunda mengagetkan Andra dari belakang.

"Bunda, ngagetin aja."

Lalu Bunda dan Andra tertawa renyah.

"Kenapa? Mikirin Sabita lagi?" Tebak Bunda.

Andra mengangguk.
"Iya Bun, Andra gak bisa hubungin dia 6 bulan belakangan ini."

Bunda pun tersenyum lalu duduk di kursi kosong sebelah Andra.

"Sabar, kamu harus nunggu sekitar dua tahun lagi. Dan kamu harus percaya kalo Sabita juga disana kangen sama kamu." Kata Bunda.

"Ternyata ngelawan rindu itu susah ya, rindu datang tanpa diundang." Kata Andra.

"Yaudah, Bunda mau kekamar dulu ya. Selamat tidur." Kata Bunda, sebelum pergi meninggalkan Andra, Bunda mengecup singkat kening Andra.

"Sabar, Ndra. 2 tahun lagi." Lalu Andra menghembuskan nafasnya, sejenak ia memberi semangat pada jati dirinya, seolah melawan rindu.

"Kalo bisa nanti kalo Sabita udah pulang, langsung nikahin." Andra terkekeh saat sadar apa yang sudah ia katakan, memangnya menikah itu bisa seenaknya?

***

"Wuih, keren lo bro! Lo bisa mencuri hati seorang pengusaha besar yang bakal kerja sama, sama perusahaan ini."

Suara Bio membuat Andra mengalihkan perhatiaannya dari berkas-berkas yang baru saja ia selesai tanda tangani.

"Iya dong, jangan sebut gue Andra kalo gak bisa." Kata Andra dengan bangganya.

"Iya, gue akuin lo kece." Ucap Bio dengan suara yang meremehkan, padahal ia baru saja mengatakan kece.

"Dih, bilang gue kece-nya gak ikhlas. Padahal nih ya, gua baru aja mau nambahin gaji lo 3kali lipat supaya lo bisa beli mobil yang lo pengen." Kata Andra.

Ya, memang selama ini Andra lebih memilih Bio menjadi sekretaris pribadinya, karna Andra lebih percaya Bio daripada yang lain.

Perkataan Andra sukses membuat Bio terperangah setengah mati.

"Serius?" Kata Bio, Bio menatap Andra, mencari kebohongan.

"Lo gak usah natap gue kayak gitu! Nanti suka tau rasa!" Kata Andra sambil menampangkan wajah jijik nya.

"Yeee! Yakali!" Bio pun mendekati Andra lalu duduk di kursi dihadapan Andra.

"Seriusan? Waaaahhh, makasih lho! Lo emang Bos paling kece didunia ini! The best emang!" Kata Bio dengan berlebihan.

"Lagian emang selama ini, kita kerja bareng-bareng, pengusaha itu juga bisa mau kerja sama, itu kan juga hasil dari kerja keras kita. Jadi, gak ada salahnya dong." Kata Andra.

"Gak ada yang salah! Sama sekali gak ada, bahkan ini bener banget. Duuuhh, gue jadi gak sabar mau bawa mobil idaman gue! Pantat gue udah gatel mau duduk dikursi mobil yang mulusnya kayak pantat bayi!" Kata Bio dengan wajah sumringahnya.

"Yaudah sana, balik ke meja lo." Kata Andra.

"Siap Bos!"

Bio pun kembali ke meja kerjanya, kebetulan diruangan Andra memang sengaja ditaruh dua meja kerja, karna Andra lebih memilih Bio bekerja dengannya satu ruangan.

"Ndra." Panggil Bio.

"Hmmm." Balas Andra.

"Kenapa lo gak susul Sabita ke Amsterdam aja? Lo kan banyak duit." Kata Bio.

"Ya gak bisa gitu lah, dia kan disana juga kerja, kalo gue kesana, yang urus perusahaan ini siapa?" Ucap Andra.

"Emangnya salah ya kalo misalnya lo kesana terus temuin Sabita? Gua rasa itu gak bakal ganggu pekerjaan dia, lagian emang dia kerja disana seharian?."

"Dan lo gak usah mikir pusing buat urus ini perusahaan? Lo masih ngeraguin kemampuan gue?" Kata Bio.

Andra berfikir, benar juga. Lagian ia ingin bertemu dengan Sabita.

"Nanti gue fikirin lagi deh." Balas Andra.

"Kelamaan, jangan nahan rindu, nanti ujungnya sakit."

###

(a/n) : maaf gantung, sekarang aku sadar kalo kalian bukan jemuran😳

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang