IY-10

216 19 8
                                    

Jujur, chapter kali ini aku berkali-kali rombak, soalnya gak sejalan sama hati:"v. Happy Reading gaess.

***

"Pergi?" Gumam Andra.

Otak Andra terus berfikir keras untuk memecahkan fikiran yang sedari tadi memenuhi otaknya. Demi apapun! Ia tak bisa berfikir sekarang.

Sabita sudah pulang dari rumahnya sekitar 15 menit yang lalu, kata terakhir yang Sabita ucapkan adalah.

Pergi

Tadi, Sabita menyuruhnya untuk berjanji, katanya Sabita akan pergi

Andra benar-benar tidak mengerti sekarang, gadisnya akan pergi kemana? Dari intonasi berbicara Sabita tadi, Sabita terlihat serius. Tapi Andra malah membercandainya. Ada penyesalan dalam hati Andra.

Perasaan Andra benar-benar tidak tenang sekarang. Andra bingung harus melakukan apa sekarang. Andra benar-benar merasa akan kehilangan Sabita. Tapi ia sendiri pun tidak tahu.

Ceklek....

"Andra?" Bunda menyembulkan kepalanya masuk kedalam kamar Andra.

Andra menoleh.

"Masuk Bun." Kata Andra.

Bunda masuk kedalam kamarnya lalu bertanya. "Apa yang Sabita bilang sama kamu?" Tanya Bunda.
"....Bunda tau kamu pasti bakalan ngerasa kehilangan." Bunda berkata seolah mengerti perasaan Andra saat ini.

"Ini titipan buat kamu." Bunda menyodorkan sesuatu, sebuah casette mini.

"Dari siapa Bun?" Tanya Andra.

"Dari Sabita, Bunda juga gak tau isinya apa."

Terdengar dari bawah telefon rumah berbunyi.

"Bunda angkat telfon dulu, sekarang kamu setel casette nya." Ucap Bunda lalu beranjak bangun.

".....sebelum kamu kehilangan." Gumam Bunda lalu pergi kebawah. Namun Andra masih bisa mendengar gumaman Bundanya.

Belum sempat Andra memulai video yang ada di casette, handphone nya berbunyi tanda ada SMS masuk.

From : Bio
Cepetan ke bandara sekarang! Sabita mau pergi!

Andra tertegun. Gadisnya memang ingin pergi, tapi kemana? Apa Andra melakukan hal yang terlalu fatal? Sehingga tak bisa dimaafkan?

Tanpa babibu lagi, Andra langsung mengambil kunci mobil nya di atas nakas.

"Bunda." Panggil Andra saat ia sudah turun kebawah lalu melihat Bundanya yang termenung di teras depan rumah.

"Bunda." Panggil Andra lagi.

Bunda sama sekali tidak menjawab panggilan Andra, bahkan menoleh juga tidak.

"Bun, Andra nyesel banget, Andra tadi nanggepin Sabita mau pergi itu bercanda." Ucap Andra menyesal lalu memegang kedua telapak tangan Bunda nya.

"Andra bahkan gak tau Sabita mau pergi kemana."

Bunda menoleh.

"Bunda gak mau kamu terlambat, cepat sana pergi." Kata Bunda.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang