IY-5

256 21 2
                                    

Bio kaget bukan main dengan perkataan Andra tadi. Calon istri? Lho? Pacaran aja masih dilarang oleh bunda, apalagi istri?

"Apa, Ndra? Calon istri? Gak salah denger gue?".

Andra menggeleng.

"Eh, Bi. Sini deh gue bisikin"

Lalu Andra membisikan sesuatu. Bio pun mengangguk setuju.

"Oke juga! Tapi lo gak kasian apa sama anak orang?! Udah nunggu 4 tahun, masih aja disuruh nunggu lagi"setelahnya Bio terkekeh.

***

"Bun, ya bun yaa"

"Bunda"

Bunda Devi pun masih terdiam

"Bun, aih! Si bunda, anaknya ngomong dikacangin"

"Bun 'iya' bun ya?"

Andra sedang merengek seperti anak kecil yang minta dibelikan permen. Kini Andra sudah kembali kerumah setelah 4 hari dirawat dirumah sakit. Andra pun sudah sepenuhnya sembuh dari penyakitnya. Vineas telah cerita semua apa yang terjadi dengan Sabita, dan juga tentang kecelakaan itu. Andra juga mengerti bagaimana perasaan Bunda nya, tapi apakah salah jika Bunda nya memaafkan?

"Bun? Apa salahnya sih kita buat memaafkan? Bunda tuh harus percaya, ini tuh takdir bun, Ayah meninggal memang karna kecelakaan, tapi bukan juga semua salah keluarga Davidson bun,"Andra memberi perhatian pada bundanya, Andra pun berlutut di hadapan bundanya. Dan bundanya hanya diam terduduk di sofa.

"Bunda harus percaya sama yang namanya takdir, emang sih takdir itu kadang emang gak sesuai sama kemauan kita, tapi bun, bunda harus yakin, kalo takdir bakalan ngejalin tugasnya dengan baik. Takdir itu udah ditentuin sama Allah bun,"Andra pun menggenggam tangan Bundanya.

"Bunda mau ya maafin keluarganya Sabita?"

Bunda Devi menghela nafas,"Andra, bunda tuh masih benci sama keluarganya, gara-gara keluarga dia, Ayah kamu jadi meninggal!"

"Bun, mau sampai kapan sih bunda terus nyimpen rasa dendam bunda? Padahal itu udah bertahun-tahun yang lalu"

"Sekarang, bunda fikirin ya, semua orang pasti punya salah, dan orang yang merasa disalahkan itu harus juga untuk memaafkan"Andra menghela nafasnya.

"Sekarang, Andra serahin semuanya sama Bunda. Bunda mau terus membenci atau memaafkan. Dan Andra juga gak bisa nikah tanpa restu dari Bunda,"

Setelahnya Andra pun bangkit dan berjalan lemas kearah kamarnya.

Bunda Devi masih bergulat dengan fikirannya, disatu sisi ia kasihan dengan anaknya. Anaknya sangat mencintai Sabita, tapi disisi lain ia masih menyimpan rasa marah terhadap keluarganya. Tapi ia juga berfikir, apakah ia bisa untuk memaafkan?

"Maafin bunda, Andra"gumam Devi.

***

"Gue gak habis fikir Bi, sama nyokap gue, kenapa sih ya, dia tuh segitu bencinya sama Sabita"Kata Andra.

Kini kedua lelaki tampan itu sedang berada di caffe sambil menyeruput coklat hangatnya, kebetulan diluar lagi hujan.

"Ya, mungkin Bunda lo emang belom bisa nerima kenyataan"Bio pun langsung meneguk coklat hangat nya sampai habis.

"Yang lo butuhin sekarang tuh cuman waktu! Lo harus bikin Bunda lo bener-bener percaya sama Sabita"Andra pun mengangguk-ngangguk kan kepalanya tanda mengerti.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang