Vino baru saja sampai di rumahnya, niat awal akan ke Indonesia dia urungkan karena Claudya memberi kabar perihal Jen. Vino meninggalkan kopernya begitu saja di luar rumah dan berlari memasuki rumah. Vino memasuki kamar Jennifer, terlihat Claudya tengah merayu Jen untuk makan.
"sayang makan yah, dari kemarin kamu belum makan apapun" ucap Claudya dengan tangisannya, sedangkan Jen hanya menatap kosong ke depan.
"mah" panggil Vino
"Vino, kamu sudah pulang nak" Claudya segera menghapus air matanya dan beranjak memberi Vino kesempatan. Vino duduk di hadapan Jen yang hanya duduk dengan bersandar ke kepala ranjang dengan pandangan kosongnya.
"Hai Jen sayang, ini abang datang. Abang bawakan oleh oleh buat Jen lho" ucap Vino tetapi Jen masih tak bergeming membuat Vino sedih melihatnya.
"Jen sayang" Vino membelai pipi Jen dan reaksi Jen sangat berlebihan
"Pergi,, jangan menyentuhku...!!!! Pergiiiiiiiiiiiiiii" Jerit Jen menghindari Vino sambil menangis ketakuran
"Jen, ini abang. Ini abang Vino, Jen" ucap Vino mencoba menenangkan
"PERGI....JANGAN MENYENTUHKU,, hikzz...hikz... PERGIIIIIII !!!" Jerit Jen membuat Claudya menangis terisak dan pergi keluar kamar. Vinopun terdiam dan tak berniat mendekati Jen lagi.
Vino berjalan keluar kamar Jen dan terlihat Farel dan Claudya sedang beradu mulut di ruang keluarga.
"Jen butuh psikolog" ucap Claudya
"dia tidak gila, Nanda !!" amuk Farel
"dia memang tidak gila, tetapi dia butuh seorang psikiater" ucap Claudya
"TIDAK !!! dia hanya butuh waktu saja untuk menghilangkan traumanya" ucap Farel yang juga terlihat kalut. "ini semua karena kamu, Nanda. Dimana otak kamu sampai kamu mengijinkan dia pergi bersama teman-temannya" pekik Farel masih kesal karena kemarin Claudya mengijinkannya keluar.
"kenapa kamu terus menyalahkanku, Rel? kamu tau kan apa alasanku" ucap Claudya tak terima terus di salahkan oleh suaminya.
"iya tapi kalau gak gitu, mungkin Jen gak akan jadi seperti ini" ucap Farel
"cukup ma, pa !!" pekik Vino berjalan kea rah mereka berdua. Claudya maupun Farel sama-sama terdiam. "Bukan ini yang Jen butuhkan, tidak ada gunanya kalian saling menyalahkan. Saat ini Jen butuh kita semua sebagai keluarganya. Jen butuh dukungan dari kita" Jelas Vino membuat Claudya kembali menangis.
"Pa, ini bukan sepenuhnya kesalahan mama. Jen juga salah, dan ini sudah takdirnya seperti ini. Tak akan ada untungnya kita terus menyalahkan. Semuanya sudah terjadi" ucap Vino
"Vino tidak ingin melihat kalian bertengkar lagi, inget Jen butuh dukungan dari kita bertiga sebagai keluarganya bukan perdebatan seperti ini" ucap Vino beranjak pergi.
Farel memijit pangkal hidungnya dan membuka kaca mata yang dia pakai, Farel duduk di sofa yang ada disana tanpa mengatakan apapun, Claudya masih berdiri di tempatnya dan menangis.
"maafkan aku" cicit Claudya
"sudahlah, sekarang lebih baik kamu temani Jen. Aku akan ke kantor polisi dulu" ucap Farel.
***
Leonna sedang mempersiapkan untuk acara Batle Dance nya di aula kampus. Pesertanya dari beberapa kampus lain. Leonna sudah memakai kostumnya yang terlihat pas di tubuhnya dan terlihat cantik, rambutnya dia ikat kuda. Bukannya latihan, Leonna malah resah menunggu di pintu masuk sambil menghubungi seseorang lewat handphonenya.
"hai De" Verrel datang sebelum acara dimulai membuat Leonna tersenyum ke arahnya.
"hai kak, makasih yah sudah datang" ucap Leonna dengan senyuman manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Second Chance #Brotherhood 3 (Complete)
RomanceWarning 18+ (cerita ini sebagian di private) Bukan cinta menggebu yang aku punya, Tetapi hanya sebuah rasa yang tulus. Dapat di rasakan tetapi mengharapkan balasan. Aku tidak pernah tau dan tidak bisa memahami apa mau hati. Tetapi percayalah hati ti...