Enam
Terror, Terror, Everywhere
Sial. Aku berharap semua ini hanyalah omong kosong dan Mr. O’Claff tertawa sembari mengatakan, “Hahaha, maaf aku hanya bercanda. Karakter Hamlet akan dipegang oleh Draven Chase.” Namun, apa yang kubayangkan hanya menjadi ucapan selamat tinggal dan selamat datang di dunia mengerikan iblis peranakan Lucifer dan Mictian.
Aku bisa mati berdiri kalau terus-menerus begini! Oke, Lily, tarik napas dalam-dalam dan hembuskan pelan. Jangan tampakkan kegugupanmu, terutama di depan Hunter. Pemuda itu akan merasa menang jika kau terlihat panik.
Mungkin wajahku sudah memucat setelah mendengar keputusan Mr. O’Claff baru saja. Apalagi ketika ia dengan mudahnya mengatakan, kami bisa memulai latihan bersama—terutama Ophelia dan Hamlet yang membutuhkan chemistry kuat. Bagaimana mungkin aku bisa berlatih dengan chemistry kuat jika lawan mainku adalah seorang daemon macam Hunter?! Lihatlah, tatapannya begitu tajam, seperti singa yang dihadapkan oleh onggokan daging. Aku adalah onggokan daging dan siap diterkam oleh singa itu.
“Oh tidak!” Vasilissa mendesah pelan di sebelahku. “Kau bisa mati jika berada di dekat daemon itu terus-menerus, Lily. Lihatlah, dia bahkan tampak ingin menerkammu detik ini.”
“Good, Liss. Terima kasih sudah membuatku semakin ketakutan.” Aku membenamkan wajahku pada telapak tanganku, tidak terlalu memedulikan Mr. O’Claff yang kini berada di tengah-tengah kami.
Bangku di kelas Drama dibentuk menyerupai tribun melingkar dan aku duduk di barisan bawah. Di sudut kelas, Hunter tak henti-hentinya menatapku lekat mengabaikan bisikan Nathaniel maupun tawa Xavier. Sebisanya kualihkan kontak mata di antara kami karena ia sanggup membuat dadaku panas bagaikan disiram oleh lahar.
Sisa pelajaran ini tidak masuk ke dalam otakku. Dialog-dialog yang dibacakan Mr. O’Claff nyaris memental ketika sampai di dinding kepalaku. Meloncat keluar dan kabur entah kemana. Aku mendesah frustrasi tiap mengingat hari-hari mengerikan yang akan kualami bersama daemon keturunan Lucifer satu itu.
***
“Bisakah aku pura-pura tertabrak sehingga Mr. O’Claff menggantikanku dengan orang lain?” Aku merengek kesal saat berjalan menuju loker siswi bersama Vasilissa. Kudaratkan tinjuku pada lokerku, kemudian membentur-benturkan kepalaku di sana. “Banyak yang menginginkan peran itu terutama karena Hunter adalah Hamlet.”
“Jangan tolol.” Vasilissa memutar bola matanya. Ia menaruh beberapa buku ke dalam loker dan menutup pintu lokernya pelan. Dipandangnya aku yang menyedihkan, mengutuk frustrasi mengingat bahwa aku adalah Ophelia dan Hunter adalah Hamlet. Kami akan beradu akting dalam satu panggung, membangun chemistry, lalu ia bisa sewaktu-waktu membunuhku. “Kau tidak bisa sembunyi. Kau harus melawan, Lily.”
“Melawan? Apa yang bisa dilakukan oleh altergo macam diriku?” Aku mendesah pelan, membalikkan badanku untuk berhadapan dengan Vasilissa yang mengusap kuku-kukunya.
“Well, bukankah Hazel bisa mengatasinya?”
“Hazel bodoh. Hanya bisa menggantungkan keagresifannya.”
Fuck you, Lily, di dalam pikiranku bisa kudengar Hazel menyumpah serapahi diriku. Aku tidak terlalu peduli padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Descendant (CANCELLED)
FantasyHak pengarang dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa seijin penulis, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, photoprint, microfilm, dan sebagainya. Apabila ditemukan pelanggaran dapat dikenakan sank...