Tujuh
First Rehearsal and First Kiss
Dahiku mengernyit mendengar informasi yang diucapkan oleh Indigo. Ia mengatur napasnya yang memburu selesai berduel denganku malam-malam seperti ini. Barisan gigiku tertancap pada bawah bibir mencerna sekali lagi perkataannya ke dalam pikiranku. Oh, sungguh, mengapa ini selalu terjadi padaku?! Menyebalkan.
“Lalu, kenapa kau mengendap-endap masuk ke dalam kamarku?” Sebelah alisku menukik ke atas menatapnya skeptis. Tingkah Indigo yang secara diam-diam menyelinap ke dalam kamarku hanya untuk mengambil kalung yang kukenakan betul-betul menyebalkan. Itu sudah melanggar privasi!
“Ya aku tahu aku melanggar privasimu,” sialnya, Indigo berhasil mendengar pikiranku. Aku menegakkan daguku menunggu penjelasan signifikan darinya. “Kita sesama kaum altergo, Lily. Meskipun aku tahu kau tidak begitu menyukaiku, tapi aku peduli pada orang yang sebangsa denganku. Terutama… karena kau adalah putri presiden AS.”
Sebelah tanganku terangkat meginterupsi ucapan Indigo. Lagi-lagi masalah putri presiden AS masih hinggap dalam diriku seperti lalat buah. Aku jengah, sungguh. Lebih baik aku mengganti identitas pribadiku dengan mengecat rambutku jadi pirang, mengganti nama menjadi Esmeralda, dan pergi sejauh-jauhnya dari Amerika menuju Mexico demi menghilangkan embel-embel PUTRI PRESIDEN AS. Like seriously, I can’t take it anymore! Terserah kau mau menyebutku tidak tahu terima kasih, naif, munafik, atau yang lainnya. Tapi aku memang tidak sudi menjadi putri seorang manusia yang tak memiliki perasaan sama sekali. Hatinya batu. Ia tidak punya rasa sayang pada keluarganya! Oke, cukup, saat ini yang menjadi fokusku bukanlah yang terhormat Presiden Calverly, melainkan masalah yang tengah kuhadapi. Well, bahaya nama lainnya.
“Apa yang harus kulakukan?” Akhirnya kalimat seperti itu meluncur mulus juga dari mulutku seperti seseorang yang putus asa.
“Kulihat kau sangat pandai dalam hal ilmu bela diri. Jadi kurasa sementara waktu kau bisa melindungi dirimu sendiri.” Bola mata Indigo yang dihiasi iris berwarna biru cerah disorotkan sedikit ke atas memberikan interpretasi berpikir. “Kau juga memiliki teman-teman yang hebat. Sophia sangat tangguh, terutama dalam hal kekerasan fisik, dia juaranya. Meskipun Vasilissa memiliki penampilan layaknya seorang putri, jangan pula remehkan kemampuannya. Di awal pertama dia masuk sekolah, dia dan Nathaniel hampir merobohkan loker siswa. Dan sepupumu Clarissa, kau sudah tahu sendiri kemampuannya.”
Sekonyong-konyong mulutku terbuka memberikan tampang idiot. Demi Tuhan, darimana ia tahu kemampuan teman-temanku? Ia bahkan tak pernah menampakkan batang hidungnya, apalagi bersosialisasi dengan teman-temanku. Bibirku terkatup membentuk satu garis lurus merasa bahwa Indigo memang tak sepenuhnya acuh pada kehidupanku, terutama kehidupan teman-temanku.
“Darimana kau mengenal jauh kemampuan mereka? Bukankah… kau anak baru juga di SMU Redwood?”
Bahu Indigo dikedikkan samar dengan bibir mencebik. “Aku memang tidak sepenuhnya mengenal kemampuan mereka. Tapi Xaverus selalu menceritakan perihal kawan-kawanmu. Dia juga menyuruhku untuk melindungimu dari terkaman daemon golongan satu yang berambisi menyerahkanmu pada pemimpin mereka untuk dibunuh.” Telunjuknya bergerak teracung sekali lagi menunjuk kalung yang melingkar di leherku. Spontan, aku menoleh menatap kalung milikku dengan dahi mengernyit. “Entahlah, aku tidak tahu relasi antara kalung itu dengan mereka sehingga mereka berambisi ingin membunuhmu. Xavier tidak tahu menahu soal itu. Meskipun dia dan Hunter memiliki ikatan saudara kembar, dia sama sekali tak dapat membaca pikiran Hunter yang begitu introvet.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Descendant (CANCELLED)
FantasyHak pengarang dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa seijin penulis, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, photoprint, microfilm, dan sebagainya. Apabila ditemukan pelanggaran dapat dikenakan sank...