Bab Empat - Almost Killed

3.9K 303 9
                                    

Bab Empat

Almost Killed

Gila. Ternyata benar keluarga Chase mengajakku bergabung dengan mereka dalam acara makan malam yang menurut Clarissa sangat spesial. Awalnya aku mengira itu bagian dari rencana jahat Clarissa untuk mengerjaiku, membuatku malu. Kini di depanku sendiri, Alexander Chase yang mengajakku ikut ke dalam perayaan kecil keluarga mereka. Di sebelahnya sudah ada Clarissa yang menggamit lengan Alexander seperti ulat bulu yang menempel di baju. Perlu banyak waktu sekedar mengadaptasikan pandanganku melihat tingkah sok manja gadis itu.

“Bagaimana, Lily? Kau bersedia?” sekali lagi, Alex bertanya padaku. Senyum ramah tampak di bibirnya. Dalam hati aku bertanya-tanya, bagaimana bisa pria sesempurna ia bisa memiliki korelasi dengan gadis menyebalkan macam Clarissa.

Aku mengulum bibirku sepersekian detik sebelum akhirnya mengangguk. “Baiklah.” Mudah-mudahan tidak ada kejadian gila dan mengesalkan Jumat nanti. Aku sudah antisipasi kalau-kalau Clarissa berbuat jahat padaku.

“Oh, ayolah, Lily. Singkirkan pikiran picikmu tentang diriku. Aku tidak setega itu padamu.” Seakan mendengar pikiranku, Clarissa memutar bola mata jengah.

“Aku akan menjemput kalian Jumat besok,” kata Alex yang diikuti oleh mata membeliak Clarissa.

“Itu artinya aku harus menginjakkan kakiku di lantai rumah Lily sampai jam tujuh malam?” Hidung Clarissa berkerut tidak suka. Seharusnya aku yang memberikan sikap seperti itu. “Eww… baiklah.”

Oh, demi Tuhan, aku ingin mencakarnya.

“Oke, sampai ketemu Jumat lusa, Lily.” Menggiring Clarissa pergi, Alex mengangkat tangannya ke arahku sebagai tanda pamit. Aku membalasnya dengan alis terangkat dan bibir mengerucut miring.

Kalau saja ini bukan karena Draven, aku malas menghadiri acara jamuan makan malam keluarga Chase. Hazel berseru senang dalam kepalaku sepanjang aku berjalan menuju ke arah parkiran untuk mengambil mobil. Jumat malam jam tujuh. Apa yang harus kupersiapkan? Mandi dengan aromaterapi selama tiga jam? Meluruskan rambutku? Fitting pakaian yang bagus? Oh, sial. Ini hanyalah acara jamuan biasa. Bukan pesta khusus anggota keluarga presiden.

Di sampingku, bisa kudengar bunyi debuman tapak kaki seseorang yang melompat dari atas pohon, turun di atap mobil, kemudian melompat di sampingku. Ada sentakan kuat dalam diriku menyadari keberadaan keturunan Lucifer yang sempat membakar tanganku, Hunter Lautreamont. Hm, tampaknya Hazel paling anti jika sudah bertemu dengannya. Entah mengapa, tidak henti-hentinya nafsu membunuh dan menyerangnya bekerja, mempengaruhi alam bawah sadarku, memonopoli tubuhku. Seperti sekarang ini. Hazel menggeser perananku jauh, berhadapan dengan Hunter.

Aku berbalik, melihat pemuda arogan yang kini berdiri dengan mata yang menyorot tajam menubruk lensa mataku. Begitu penuh hasrat kuat seperti insting predator yang dihadapkan pada mamalia mangsanya.

What do you want?” desisku—atau Hazel—dengan nada berat dan rendah.

“Kau tahu? Ada dua jenis daemon di dunia ini. Yang pertama adalah daemon dengan ambisi mereka membunuh alter ego bangsa altergo. Sedangkan yang kedua adalah daemon dengan ambisi perdamaian antar-bangsa.” Bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri. “Seharusnya kau tahu bahwa aku termasuk dari daemon golongan yang pertama, Hazel.”

Oh. Ia mengenal alter ego-ku ternyata. Bukannya gentar mendengar ancamannya, aku tertawa pendek.

“Terdengar seperti simfoni yang indah.” Aku berdecak. Mengamati Hunter dari atas hingga ke bawah dengan pandangan menilai.

“Terima kasih atas pujiannya.” Ia tersenyum miring.

“Sepertinya aku tidak memiliki waktu untuk berduel denganmu saat ini. Bisa diundur saja?” Kurenggangkan jari-jari tanganku, mengibasnya seperti mengusir nyamuk, sebelum akhirnya berbalik hendak pergi. Mengabaikan sudut mata Hunter yang bergerak mengamati bandul kalung yang kupakai.

The Descendant (CANCELLED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang