4. Pensi (Pentas Seni)

34.9K 2.6K 70
                                    

Maaf ya kalau repost agak lambat, karena sekalian edit dan revisi.
Selamat membaca ^^

***

"Sarah, Ali... hujan deras sekali, sepertinya kita tidak bisa pulang malam ini," Laras menghampiri Ali dan Sarah yang sedang duduk di teras rumah Eyang Ali. "Bahaya jika kita memaksa menembus hujan, apalagi banyak jalan menikung."

"Trus gimana Bunda?"

"Ehh kalau menginap dulu, Sarah keberatan tidak ya? Besok pensi dimulai jam berapa sayang?" Laras menatap menantunya dengan tak enak hati.

"Acara pensi kan malam Bund, pagi cuma persiapan aja. Sarah gapapa kok, asal besok pagi kita bisa balik."

"Iya, semoga besok cuaca cerah, maklum di puncak memang sering hujan. Terima kasih ya Sarah atas pengertiannya." Bunda tersenyum sambil mengusap lembut rambut Sarah.

"Apaan sih Bunda, cuma gitu doang." Sarah menarik kepalanya canggung, tidak biasa diperlakukan dengan penuh kasih sayang seperti itu. Ia tersenyum meminta maaf ketika dilihatnya Bunda Ali terkejut akan sikapnya.

"Ya sudah, bunda masuk dulu ya," Laras mengangguk penuh pengertian. "Ali, tunjukkan kamar kalian pada Sarah, siapa tau dia capek dan ingin istirahat."

"Ya, Bunda," jawab Ali patuh. Ia menoleh ke arah Sarah, "kamu mau istirahat?"

Sarah menggelengkan kepala. "Gak, kak Ali ngantuk?"

"Tidak juga."

"Ya udah di sini aja, temenin Sarah."

"Ohh... oke," Ali menjawab sambil tersenyum simpul. Berduaan lagi kan...

Selama beberapa saat Ali dan Sarah hanya duduk diam sambil melihat hujan dan sesekali saling melirik. Tak ada yang mencoba membuka percakapan. Ali sendiri terlihat beberapa kali mencoba membuka mulut, tapi kemudian menutupnya lagi. Ia bingung harus mengobrolkan apa dengan Sarah. Apalagi degub jantungnya yang rasanya seperti ingin melompat keluar membuat akalnya buntu.

Merasa bosan karena tidak melakukan apapun, Sarah pun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah lain teras sambil melihat sekeliling. Tatapannya jatuh pada sebuah gitar di salah satu kursi rotan di sudut teras. Senyum merekah di bibir Sarah. Tanpa bertanya pada Ali siapa pemilik gitar tersebut, ia mengambilnya dan mulai memetik beberapa nada.

Jreng! Jreng!

Ali terkejut dan tersadar dari lamunan ketika tiba-tiba mendengar suara gitar. Ia menoleh ke arah suara dan melihat Sarahnya sedang duduk tak jauh darinya sambil memangku gitar. Ia tersenyum melihat pose Sarah. Gahar tapi cantik.

Isn't anyone trying to find me?
Won't somebody come take me home?

It's a damn cold night
Trying to figure out this life
Won't you take me by the hand?
Take me somewhere new
I don't know who you are
But I... I'm with you
I'm with you

(Avril ~ Im with you)
*sambil dengerin media biar tahu lagunya ya

Ali terpana mendengar lagu yang Sarah nyanyikan. Ia tidak tahu lagu siapa itu, tapi terlihat sekali bahwa Sarah menyanyikan itu dari dalam hati. Apa itu yang Sarah rasakan selama ini?

Plok! Plok! Plok!

"Bang Dika?" Ali menoleh ketika mendengar tepuk tangan di belakang punggungnya.

"Bini lo oke juga Al, pinter main gitar, suaranya juga merdu."

"Ohh... ehh iya bang," jawab Ali bingung. Terkejut sebetulnya, karena meski saudara sepupu, tapi dirinya dan Dika tidak terlalu akrab dan jarang sekali mengobrol. Selain karena perbedaan usia juga karena ia tak terlalu suka dengan gaya hidup Dika yang seba bebas. Namun saat ini tiba-tiba Dika menghampirinya dan mengomentari permainan gitar istrinya?

Ali & Sarah (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang