Sarah menoleh dan mendelik menatap Demon, ia mendengus "Sekali lagi lo bertingkah seperti banci, gue hajar lo," ancam Sarah."Sorry..." Demon mengedipkan sebelah matanya ke arah Sarah sambil tersenyum sinting.
Randy, Ronald dan Jack menghela nafas lega. Sesaat tadi mereka mengira Sarah dan Demon bakal berantem. Sepanjang persahabatan mereka, belum pernah sekalipun mereka bertengkar. Karena prinsip mereka, tidak ada drama dalam persahabatan diantara laki-laki. Nah, mereka tidak sadar lagi kalau Sarah bukan laki-laki.
"Ehh tapi tunggu dulu Sar, gue perhatiin sejak tadi ada yang aneh sama lo, tapi apa, gue juga gak tau." Jack meneliti Sarah dari atas sampai bawah.
"Apaan?" Sarah mengangkat sebelah alisnya heran.
"Kalian perhatiin juga gak sih guys? Ada yang berubah nih dari Sarah." Jack meminta pendapat ketiga temannya yang lain.
"Sarah waktunya potong rambut tuh, udah panjang." Randy nyeletuk sekenanya.
"Iya, itu juga... rambutnya sudah mulai panjang, tapi bukan itu sih yang bikin beda." Jack masih mengamati Sarah sambil berfikir.
"Sarah agak kurusan kayaknya ya?" Demon menimpali.
"Ya memang terlihat sedikit kurus, tapi bukan itu." Jack masih mengamati Sarah.
"Udah deh, jangan mengada-ada." Sarah berkata jengah sambil merebahkan dirinya di samping teman-temannya berbantalkan bola basket.
Mereka berempat mengamati Sarah. Memang ada perubahan yang mencolok, tapi apa?
"Ahahh! Gue tau!" teriak Demon. "Dada lo makin gedhe!" Demon histeris sambil menunjuk gundukan di dada Sarah.
Sarah sontak bangun dan duduk sambil memukul kepala Demon, "Goblok! Kalo kedengaran yang lain gimana?" bentak Sarah.
"Sorry... sorry...," Demon mengusap kepalanya yang kena pukul Sarah.
Randy, Ronald dan Jack akhirnya mengamati dada Sarah. Iya, ini yang beda. Biasanya rata kok. Pantes aja tadi pas main basket kayak aneh gitu, ternyata benda ini.
Sarah menggampar kepala ketiga temannya yang lain, "Jaga ya itu mata!"
"Wooaaaahhh... lo pake Bra?" tanya Jack takjub.
"Serius? Sejak kapan Sar?" Randy penasaran.
"Lo suntik silikon ya? Perasaan minggu kemarin belum tumbuh deh?" Ronald menyimpulkan.
"Sialan kalian! Gimanapun gue cewek normal kali. Biasanya gue pakein korset aja biar rata dan gak ganggu kalau olahraga." Sarah menjelaskan acuh saja. Ia kembali berbaring berbantalkan bola basket, mengabaikan tatapan kurang ajar keempat sahabatnya.
"Waaahh... Sar, boleh pegang gak? Sumpah penasaran gue..."
"Boleh, tapi gue pastiin setelah itu rumah lo pindah di kuburan."
"Wkwkwk... Rasain lo, ngomong gak dipikir."
"Namanya penasaran. Terakhir kali pegang pas bayi guys."
*****
Sebagian part sudah dihapus. Penasaran? Lanjut di Dreame ya...
https://m.dreame.com/novel/Sy5r+l4nbQwTuhSgFDugtw==.html
