10. Lauren & Rahma ?

54 7 0
                                    


Malam ini langit sangat indah, banyak bintang bertaburan di langit. Bulan hanya mau menampakan sedikit wujudnya. "Gue mau tagih janji lo." Gio datang dan langsung menagih janji Juna untuk menceritakan tentang Rahma dan juga Lauren.

"Apa yang pingin lo tau ?" tanya Juna tanpa membuka sedikit pun matanya, dia memejamkan matanya saat Gio datang. "Semuanya, pertama kenapa lo putus sama Rahma ?" Juna menghela nafas malas, sungguh saat dia mengingat alasan itu membuat moodnya down. Alasan yang sangat sepele.

"Gue putus karna kesensitifan Rahma pas dia PMS." jawab Juna dingin. "Gue masih ga ngerti, bisa di perjelas lagi pokok masalahnya ?"

"Dia marah karna gue satu kelompok sama Ayunda, dan gue ga balas chatnya. Terus kita ribut dan dia minta putus." Gio menaikan sebelah alisnya bingung dan "What the hall, cuman masalah sepele gitu ? Kekanak-kanakan banget."

Juna menaikan bahunya tidak peduli, Rahma memang kekanak-kanakan. Itu hanya salah satu contohnya, masih banyak lagi contoh dari sifat kekanak-kanakannya.

"Terus cewe ala-ala Korea itu ?" Juna membuka matanya, ia menatap salah satu bintang paling terang di antra bintang yang lain.

"Namanya Jessica Laurensia Sanjoyo, dia teman satu kelas Putri pas kelas 8. Dia adalah teman curhat gue. Dia adalah orang dengan pemikiran dewasa, selalu ada ide-ide ajaib yang keluar dari otaknya." Tanpa sadar Juna tersenyum saat mengingat Lauren dan segala pemikiran gilanya.

"Lo naksir dia ya ?" tanya Gio curiga. "Gue masih sayang sama Rahma kalo lo mau tau, 2 tahun bukan waktu yang bentar. Walaupun gue sama Rahma sempet break satu tahun, tapi selama itu gue ga pernah deket sama cewe mana pun sampe akhirnya kita balikan lagi." Gio hanya bisa terdiam, dia masih ga ngerti dengan Juna. Ada seorang cewe perfec di depan mata, tapi dia malah natap ke cewe egois yang jauh di sana.

Kalau Gio jadi Juna, Gio bakal milih Lauren. Lauren lebih cantik dari Rahma, Lauren lebih dewasa dari pada Rahma, Lauren itu lebih segalanya dari pada Rahma.
"Lauren udah di depan mata, bagaikan makanan. Lauren itu makanan yang enak sedap yang udah ada di depan mata tinggal lo makan aja. Tapi kenapa lo malah milih makanan yang ga pasti rasanya, yang letaknya juga ga jelas ada di mana."

Juna tertawa mendengar perumpamaan Gio, ia membenarkan apa yang Gio katakan. Tapi dia juga ga ngerti dengan hatinya, hatinya masih berdebar saat bersama Rahma. Matanya ga bisa beralih saat Rahma lewat. Dia masih suka kepo semua tentang Rahma. Hatinya masih sakit saat melihat Rahma dengan cowo lain. "Cinta itu buta." jawab Juna pendek.

Dengan dongkol Gio mendorong kepala Juna. "Makan tuh cinta, di kasih daging malah milih ikan asin." setelah itu Gio pergi meninggalkan Juna sendiri di taman rumah nenek mereka dengan udara dingin Kota Bandung. "Kenapa jadi lo yang sewot." Juna menaikan bahunya tidak peduli, dan kembali menatap langit yang bertaburan bintang.

*****

Sebelum azan subuh berkumandang Juna sudah bangun, ia sudah siap dengan dengan baju koko dan juga sarung. Setelah siap dia langsung keluar dari kamarnya, dan langsung turun untuk ke masjid bersama Ayah, Kakek dan juga Omnya yang ada di sana.

"Loh Juna Gio mana ?" tanya Kakeknya saat melihat Juna turun sendiri, padahal dia sekamar dengan Gio.

"Gio ga mau bangun kek, katanya sholat di rumah aja."

"Ga bisa seperti itu donk, coba Risa kamu bangunkan Gio. Kalo masih saja tidak mau bangun siram saja pakai air." perintah kakek tak bisa di ganggu gugat.

"Kebiasaan anak itu susah sekali di bangunkan." ucap Kakek sedikit kesal.

5 menit kemudian Gio turun dari kamarnya masih dengan mata setengah terpejam, ia jalan sangat pelan agar tidak terjatuh saat menuruni tangga. Bibirnya juga berkerja dengan ngedumel tidak jelas, yang pasti dia kesal karna di bangunkan di tidur nyenyaknya.

DivericationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang