Blue 2

947 100 24
                                    

7 tahun yang lalu

Seorang profesor yang baru pulang dari eropa membuka pintu laboratoriumnya.

Ia terpesona dengan mata biru orang-orang yang ia temui di eropa.

Ia ingin membuat sebuah eksperimen.

Eksperimen yang dapat membuat orang asia memiliki mata yang sama indahnya dengan mata orang barat.

Otaknya berpikir keras.

Dia membutuhkan cairan yang dapat mengurangi jumlah melanin pada tubuh manusia.

Semakin banyak melanin pada tubuh seseorang, semakin gelap warna matanya.

Cairan apa yang dapat mengurangi melanin pada mata? Dengan bahan apa dia harus membuatnya?

Ah, ia lupa. Ia juga membutuhkan ramuan yang dapat memicu manusia untuk bermutasi genetik. Karena dulunya semua orang bermata cokelat. sebelum kemudian seorang pria di eropa bermutasi dan memiliki mata biru.

Seseorang yang memiliki mata biru memiliki kecenderungan untuk tertarik dengan orang yang sama-sama memiliki mata biru. Dengan itu mata biru bisa bertahan hingga sekarang.

Matanya memindai laboratoriumnya. Berbagai sampel larutan yang ia buat selama beberapa tahun belakangan tertata rapi di rak- rak yang terlihat penuh. Larutan-larutan itu diberi nomor olehnya. Hal itu akan memudahkannya untuk mencari larutan bila dibutuhkan.

Larutan itu berjumlah ratusan.

Sang profesor mengambil larutan nomor 1, kemudian ia mencampurkannya dengan larutan nomor 304, senyawa nomor 304 mengandung beberapa tetes hormon orang eropa.


Matanya memandang datar pada campuran kedua senyawa tersebut. Ia tampak tidak puas. Entahlah. Dia tidak yakin larutan itu dapat mengubah warna mata orang asia.

Profesor itu terus bereksperimen dengan larutan-larutan yang ia punya.

Hingga jam di laboratoriumnya berdentang 12 kali, menandakan tengah malam, kedua larutan bening yang sedang dicampurkannya menghasilkan warna biru, seperti warna laut yang dalam.

Warna biru itu terlihat sangat menarik.

Biru. Ia terobsesi dengan warna itu.

*gluk.. gluk..

Profesor itu meminum larutan yang ia ciptakan hingga tinggal setengah.

Profesor itu menyimpan cairan sisa itu ke salah satu rak di laboratoriumnya. Entah mengapa tadi dia meminum cairan itu. Mungkin karna warna cairan itu mengingatkannya pada warna mata Winston, sahabatnya yang berkebangsaan Inggris.

Winston sering berkunjung ke negaranya. Ia menyukai anggur dari negara asia yang terpencil ini.

---

Kembali ke masa sekarang,

Derren yang sedang bermain petak umpet dengan adiknya bersembunyi di depan pintu gudang dibelakang rumahnya.

*Glodak

Anak lelaki tampan itu terjatuh. Pantatnya terbentur lantai yang keras. Pintu reyot yang tadi ia sandari itu hancur. Tidak kuat menahan beban tubuhnya.

Derren meringis menahan sakit. Tanpa sadar dirinya mengumpat.

"Sh**!"

Adiknya yang mendengar umpatan Derren itu langsung menuju ke sumber suara.

Dilihatnya Derren duduk dengan posisi suster ngesot sambil mengusap pantatnya.

"Kakak ketahuan! Sekarang kakak yang jaga! Hitung satu sampai seratus ya! Jangan cepat-cepat!"

Setelah berkata begitu, Shimizu langsung berlari secepat udara.

"Sialan! Berdiri saja susah!"

Derren berpengangan pada dinding. Ia berhasil berdiri setelah sakit pada pantatnya mereda.

Hidungnya mencium bau yang tajam. Membuatnya ingin bersin.

Derren menundukkan kepala ke lantai, matanya menangkap cairan berbagai warna yang tumpah diatas lantai.

Derren menutup hidungnya. Matanya memindai gudang yang ternyata merupakan bekas laboratorium ayahnya.

Terlihat berbagai rak yang menempel di dinding. Hm.. Ibunya dulu sering bercerita, saat ayah Derren masih muda, ayahnya sering bereksperimen, mencampurkan larutan-larutan aneh.

Entah kenapa sekarang ayahnya tidak melakukan hal itu lagi.

Jadi ini tempat ayahnya menghabiskan waktunya saat masih muda dulu?

Derren terlalu asyik mengamati laboratorium itu. Hingga lupa bahwa saat ini ia sedang bermain petak umpet dengan adiknya.

Matanya memandang cairan- cairan yang berjumlah ratusan itu. Suara yabg muncul dari pintu mengejutkannya.

"Derren!"

"Mengapa kau membiarkan adikmu bersembunyi di dalam lemari! Dia bisa kehabisan napas bila saja ibu tidak menemukannya tadi!"

Ibunya meneriaki Derren dengan ketus sambil memegang tangan Shimizu.

Shimizu hanya sembunyi dibalik tubuh ibunya. Mata birunya berkaca-kaca. Seandainya tadi dia tidak mengajak kakaknya bermain petak umpet, kakaknya tidak akan dimarahi seperti ini.

"Ibu tidak memperbolehkan kalian masuk ke laboratorium ayah! Dan juga jangan bermain petak umpet malam- malam! Ayo cepat tidur!"

"Baik, ibu."

Blue LiquidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang