Blue 6

647 74 12
                                    

10 tahun setelah penembakan,

Mata shimizu menyusuri ruangan itu. Dominasi warna biru ditangkap oleh matanya. Beberapa orang didepannya mengenakan baju berwarna biru. Begitu juga dirinya.

Ruangan itu dikelilingi oleh alat-alat yang terlihat canggih. Shimizu tidak tahu persis nama alat-alat itu. Ia hanya pernah melihatnya di beberapa film yang sudah ditontonnya.

Mata birunya mengarah ke ranjang di tengah ruangan. Ukuran ranjang itu pas dengan ukuran tubuhnya, tetapi terlihat tidak nyaman untuk ditiduri.

Seorang perempuan yang mengenakan masker biru berjalan kearahnya

"Nona Shimizu, silahkan berbaring di ranjang itu."

"Baik, suster."

Shimizu membaringkan tubuhnya di ranjang itu. Diluar dugaan, ranjang itu terasa nyaman untuk ditiduri. Sepertinya ranjang itu dirancang sesuai dengan lekuk tubuh manusia.

"Nona Shimizu santai saja. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Kami para dokter dan suster akan menjalankan operasi ini sebaik mungkin."

Suster itu memberikan sepotong sapu tangan untuk Shimizu, menyuruh gadis bermata biru itu untuk menghirupnya.

Shimizu perlahan kehilangan kesadarannya. Ruang operasi yang tadinya terlihat jelas menjadi buram dan gelap.

---

Gadis berambut panjang itu menggenggam sebuket bunga mawar biru. Bunga itu dirangkainya sendiri, khusus untuk kakaknya.

Shimizu berdiri di depan makam kakaknya. Memperingati 10 tahun kematian kakaknya.

Makam itu sudah tidak asing lagi di mata Shimizu. Setiap minggunya Shimizu selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi kakaknya, Menceritakan semua cerita dan pengalaman yang dia punya kepada kakaknya.

Shimizu merasa kakaknya dapat mendengar semua yang diucapkannya. Tentang perkembangan ibunya di panti rehabilitasi, tentang teman-teman sekelasnya, dan lain-lain.

"Kakak."

Shimizu berucap sambil meletakkan sebuket bunga mawar biru diatas makam kakaknya.

"Kakak memang sangat berharga bagi aku dan ibu. Ibu saja sampai gila karena kepergianmu dan harus masuk panti rehabilitasi. Tapi sekarang keadaan ibu berangsur membaik, kak. Sepertinya ibu sudah dapat merelakan kepergianmu."

"Tahu tidak, Kemarin ibu sudah dapat bercanda gurau dengan suster panti. Kau pasti sangat senang mendengarnya, bukan? Aku juga begitu. melihat tawa ibu aku jadi semangat lagi, kak."

Shimizu tersenyum. Senyumnya secerah matahari yang menyinari rambutnya.

Rambut kecoklatannya melambai tertiup angin. Mata cokelatnya memandang ke makam kakaknya, Seakan menyuruh kakaknya untuk balas menatapnya.

"Kak, mata baruku indah, bukan? Aku memberanikan diri untuk mengoperasi mataku. Mengimplan iris mata palsu pada mataku."

"Sekarang mataku cokelat, kak. Seperti warna asli mataku. Indah, bukan? Menurutku warna biru terlalu mencolok untuk orang asia. Aku lebih suka warna mata asliku."

Gadis itu kembali tersenyum. Membiarkan angin menerbangkan rambutnya.

Ia merasa tidak ada yang perlu disesali dalam hidup ini. Biarpun kakaknya sudah tiada dan ayahnya dipenjara karena sebelumnya Winston telah melaporkannya kepada polisi, Shimizu yakin, dunia ini masih dapat dirubah. Dimulai dari diri kita sendiri.

Shimizu yang dulunya adalah gadis penakut dan selalu merepotkan kakaknya berubah menjadi gadis yang kuat. Berani menghadapi kenyataan.

Shimizu nampak ceria. Masa lalu yang kelam tidak memberikan efek yang berarti baginya

"Kakak, Shimizu pulang dulu, ya."

Gadis cantik itu mengecup makam kakaknya, kemudian membalikkan badan untuk pulang ke rumah, kembali menjalani harinya.

---

Note : ini belum tamat ya :)

Blue LiquidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang