... Is that you?

1.4K 187 12
                                    

"Kalian..." Yoongi mengepalkan tangannya erat. "Apa yang kalian lakukan? Tak seharusnya kalian melakukan hal ini. Sekolah elit apanya? Pelajarnya saja tak berpendidikan seperti ini!" Segera Yoongi berdiri, menghadapkan tubuhnya pada para murid; pelaku pembullyan tersebut.

"JAWAB AK-"

Teriakkan Yoongi terhenti.

Seperti ada sesuatu yang mengikat lehernya dengan kuat.

Jangankan bersuara.

Untuk bernafas pun rasanya Yoongi tak mampu.

Yoongi menatap sesosok pemuda yang berdiri di hadapannya dengan tatapan tak percaya.

.

.

"Kim Namjoon-"

.
.
.

Seseorang yang dipanggil Kim Namjoon pun turut membeku saat bertatapan dengan kedua mata milik Yoongi.

Bibir tebalnya menggumamkan sebuah nama...

Nama yang sangat ia rindukan.

"Min Yoongi-"

Mendengar suara barithon milik pemuda bersurai pirang di hadapannya, setetes air mata jatuh membasahi paras rupawan Yoongi. Netra indahnya terus menatap Namjoon dengan pandangan tak percaya.

Benarkah itu Namjoon? Ia tidak sedang bermimpi, bukan? Mengapa Namjoon melakukan hal ini? Apa yang terjadi padanya?

.
.

"Ketua, siapa pria ini?"

Sebuah suara menginterupsi kegiatan yang kini dilakukan oleh otak Yoongi maupun Namjoon.

Bak disambar petir, sel di dalam tubuh Yoongi serasa mendadak terhenti seluruhnya.

Apa katanya?

Ketua?

Yoongi kembali terfokus pada sang blond yang kini sedang mengalihkan pandangan, menatap rekannya. Entah rekan, entah anak buah- Yoongi tak tahu dan tak mau tahu. Yang ia rasakan dari pertemuan tiba-tiba setelah satu dekade ini hanyalah kekecewaan.

Kekecewaan yang mendalam akan perubahan pada malaikat pelindungnya.

Seraya sekuat tenaga menahan tangis, Yoongi membalikkan tubuhnya; menolong Jungkook. Ia mengaitkan lengan Jungkook pada lehernya kemudian membantu pemuda itu berdiri.

"Aku tak pernah menyangka, jika sesosok malaikat pun dapat bertransformasi menjadi sesosok iblis." Ucap Yoongi dengan nada yang dingin lalu menyeret kakinya dengan susah payah menuju pintu keluar, meninggalkan Namjoon dengan ekspresi terkejutnya. Rasanya ia tak kuat jika harus berlama-lama dalam satu ruangan dengan malaikat dalam kenangannya.

Namjoon mengepal erat kedua tangannya.

"Min Yoongi..."

Setetes air mata turun membasahi wajahnya. Pemuda itu menangis tanpa suara. Rasanya seperti ia dicambuk 100 kali dengan pecut; sungguh sakit.
Min Yoongi, malaikat rapuh tanpa sayap itu ternyata masih hidup.

Mengapa...

Mengapa ia harus bertemu Namjoon disaat ia sedang menjelma menjadi iblis seperti sekarang?

Yoongi pastilah memandang Namjoon sebagai makhluk yang hina.

"AARGHH!!" Teriaknya penuh amarah. Seisi kelas tak ada yang berani menatapnya, meskipun itu hanya seujung kuku.

Namjoon yang sedang dipenuhi amarah bak sesosok monster yang baru saja terbebas dari penjaranya.

Sontak matanya terfokus pada sebungkus makanan yang tergeletak di depan pintu kelas. Segera Namjoon mengambil bungkusan itu dan membaca tulisan yang tertera di permukaan kantung plastik yang kini berada dalam genggamannya.

"Min's... Restaurant?"

Seulas senyum penuh arti pun terukir di wajah tampan seorang Kim Namjoon.

.
.
.

Yoongi membawa Jungkook ke rumahnya. Ia tak tahu harus membawa pemuda itu kemana. Jangan khawatirkan sepeda miliknya yang masih dengan setia terparkir di depan gerbang sekolah seni Gangnam. Karena salah satu pegawai ibunya sekaligus sahabat Yoongi, Jung Hoseok, yang akan mengantarkan sepeda itu pulang.

Pemuda bersurai hitam itu membaringkan Jungkook di atas kasurnya. Ia menatap wajah Jungkook yang terlihat kesakitan dengan iba.

Apa salah pemuda ini? Mengapa Namjoon berbuat hal sekejam ini padanya? Mengingat Namjoon, air matanya kembali mengalir keluar. Ia kecewa, sungguh kecewa.

Yoongi menghela nafasnya berat.

"Uh... Jungkook-ssi, aku permisi untuk mengambil obat dulu." Ujarnya seraya beranjak dari kamar yang didominasi warna biru langit tersebut.

Jungkook mengangguk lalu mengedarkan pandangannya pada setiap sudut ruangan. Kamar yang rapi dan bersih; hal itu lah yang pertama kali terlintas di benak Jungkook. Pemuda itu tersenyum tipis. Tak lama bagi Jungkook untuk menunggu, karena Yoongi kini sudah kembali berada di dekatnya, dengan membawa sebaskom air juga sekotak obat-obatan. Yoongi mulai membersihkan darah di luka yang terdapat di tubuh Jungkook. 

"Lain kali kau harus bisa melawan. Kau tak boleh membiarkan dirimu ditindas begitu saja, Jungkook-ssi." Omel Yoongi pada Jungkook seraya mengobati luka di tubuh pemuda itu dengan cekatan. Jungkook terpaku; matanya terus menatap sosok Yoongi tanpa berkedip sekalipun. Tanpa sadar bibirnya melengkung, membuat senyum tulus yang begitu indah. Yoongi yang menyadari tatapan Jungkook pun membalas tatapannya dengan heran. "... Ada apa?" Pemuda berambut coklat gelap itu sontak mengalihkan pandangannya.

Ya, kau benar. Ia gugup. Lucu sekali, bukan?

"Ti-tidak. Tak ada apa-apa." Melihat reaksi Jungkook, Yoongi terkekeh pelan. 

"Kau ini lucu sekali~"

Kekehan Yoongi sukses membuat wajah Jungkook merona.

Ia suka.

Ia menyukai perhatian Yoongi padanya,

menyukai tawa yang keluar dari bibir manisnya,

tatapan yang terpancar dari netra indahnya.

Jungkook menyukai semua yang ada pada seorang Min Yoongi.

 Wajah sang surai coklat tua pun kembali cerah.

.

.

.

"Finally I find my own guardian angel."

TBC

Different WaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang