Gue berlari menuju mobil yang terparkir di depan gedung fakultas, menembus gerimis sore ini. Gila emang pergi ke kampus cuma buat balikin buku perpus doang. Tapi kira-kira gara-gara itu kegantengan gue udah naik 15% belum, ya? Hahaha. Aish, apasih.
"Kenapa lo ketawa-tawa sendiri?" tegur Edgar, kakak tingkat satu jurusan yang ikut numpang mobil gue buat ngembaliin buku perpus... juga. Kebetulan dulu dia juga satu SMA dengan gue, jadi lumayan deket gitu (bukan dalam artian sebenernya, lho).
"Biar, sih," kata gue sambil mencak-mencak.
Gue melirik kaca spion, memastikan kalau tidak ada satu pun orang di belakang. Setelah memakai sabuk pengaman, gue pun mengeluarkan mobil dari parkiran.
Gue mengetukkan jari ke stir mobil, mengikuti irama lagu We Run The Night-nya Havana Brown featuring Pitbull.
"Selera lo gini amat," komentar Edgar lagi.
Gue udah mempersiapkan sederet kata makian dalam otak dan baru akan diucapkan ketika mobil gue melewati halte bus yang selama seminggu lebih ini nggak gue datangi. Gue agak terperanjat melihat cewek itu, iya, Tatyana, duduk dengan kalem di halte dan dikelilingi sekumpulan pria bertato yang kayaknya sedang menggodanya.
Gue memukul stir dengan geram. Ngapain sih cewek itu? Bodoh banget. Bukannya minggir atau kabur aja!
Akhirnya gue memperlambat laju dan menepikan mobil gue ke jalan.
"Mau ke mana lo?" tanya si Bawel Edgar. Gue nggak menggubris pertanyaannya dan buru-buru turun menghampiri Tatyana.
Cewek itu memfokuskan matanya ke jalan raya, entah dia lagi melamun atau memang dia terlalu nggak peka terhadap sekitarnya. Gue nggak yakin yang mana jawabannya, tapi gue yakin atas satu hal. Kalau cewek itu nggak cepet-cepet diseret menjauh dari kepungan 'preman-preman' itu, takutnya hal yang nggak diinginkan bisa terjadi. Bukannya gue peduli atau apa, melainkan... cukup, kita lanjutkan lain kali pembahasan tentang apakah-gue-peduli-sama-dia-atau-enggak.
Tatyana mengerjapkan matanya saat sadar kalau seseorang sedang memegang pundaknya.
Gue menarik dia untuk berdiri lalu merangkulnya (pura-pura) mesra. "Kamu ke mana aja? Aku tungguin di toko sebelah, tahunya kamu malah di sini."
Tatyana mengernyitkan dahinya, tapi dia tidak memberontak. Gue pun melotot garang ke arah pria bertato yang duduk di sebelah kanannya tadi dan langsung ngacir membawa Tatyana ke mobil gue sebelum gue disulap jadi ikan sarden kalengan olehnya dan temannya yang lain.
"Lo nggak sadar ya kalau mereka dari tadi gangguin lo?" kata gue agak dongkol dengan sikap Tatyana yang aneh itu. Gue mengecek jam tangan, baru pukul empat lewat delapan. Tujuh menit lagi sampai bus 105 itu tiba di halte tadi.
"Lo masih nungguin bus 105 itu?" tanya gue. Tatyana mengangguk kecil. "Ngapain ditungguin, sih? Emangnya lo balik ke rumah naik bus itu?"
Tatyana mengangkat sebelah alis matanya. "Maaf, tapi kenapa kamu peduli?"
"Yah, kita... eh, elo kan kenalan gue," ujar gue yang jadi bingung sendiri karena harus menjawab apa. "Nggak baik, tahu, seorang perempuan duduk sendirian dikelilingi preman-preman hidung belang macam mereka."
Sial, gue pasti bawel banget kedengarannya. Nggak ada angin, nggak ada hujan, gue yang tadinya biasa-biasa aja ke dia jadi nyerocos cerewet. Sepertinya mulut bawel Edgar itu menular ke gue. Tatyana ilfil nggak ya sama cowok yang ngomel terus kayak emak-emak?
"Oh?" Tatyana menghela napas.
"Cuma 'Oh' doang?" Gue merengut sebal.
"Makasih?"
Gue mengangguk. "Lo mau ke mana sekarang?"
Tatyana menunjuk halte bus itu dan gue langsung mengentakkan kaki ke tanah. "Kan masih ada mereka di sana! Pulang aja, gih. Eh, tunggu... lo udah balik ke rumah lo, kan?"
Tatyana hanya menatap gue dengan pandangan aneh.
"Atau mau gue anterin?" tawar gue sambil melirik mobil gue yang ada tepat di sampingnya. Samping gue juga, sih.
"Ah, nggak usah repot-repot," tolaknya sopan.
"Gue nggak ngerasa repot," Gue mulai berspekulasi sendiri. "Oh, lo pasti khawatir kalau gue satu komplotan sama mereka, ya? Gue bukan bagian dari preman-preman itu, kok."
"Bukan gitu, tapi saya naik taksi aja," Tatyana tersenyum. Gue ikut tersenyum lega karena dia mengiyakan saran gue agar cepat-cepat kembali ke rumahnya atau ke manapun tempat dia menetap sekarang.
"You sure?"
Dia mengangguk.
Lalu, gue membantunya mencari taksi. Setelah mendapatkan taksi yang kosong, gue menyodorkan ponsel gue kepadanya.
"Masukin nomor lo, dong. Lo punya hape, kan? Kalau udah sampe rumah SMS gue, ya," kata gue tanpa berbelit-belit lagi. Tanpa banyak bicara, Tatyana memencet tombol keypad hape gue dan memasukkan nomornya di kontal, kemudian mengembalikannya ke gue lagi.
"Pak, anterin cewek ini sampe ke rumahnya, ya. Alamatnya tanya aja sendiri, pastiin kalau dia nggak balik lagi ke halte," kata gue pada sopir taksinya sambil memberikan sejumlah uang. Gue kembali menatap Tatyana. "Hati-hati, ya. Kalau lo ketemu preman-preman itu lagi, bilang aja kalau gue pacar lo."
"Emangnya ngaruh?" Tatyana tersenyum geli. "Anyway, makasih, ya."
"Makasih mulu," Gue mengusap-usap leher gue dengan kikuk. "Take care, ya."
Tatyana bergumam kecil sebelum gue menutup pintu penumpang rapat-rapat dan melihat taksi yang ditumpanginya melesat pergi. Gue sendiri langsung masuk ke dalam mobil.
"Anjrit, siapa, tuh? Cewek lo?" tanya Edgar. "Kenapa nggak lo anterin pulang aja?"
"Dia-nya nggak mau ngerepotin."
"Mana ada cowok yang nggak mau direpotin ceweknya? Tapi, buset, pengertian amat cewek lo itu?"
Gue mengemudikan mobil gue ke jalanan lagi. Dan yang nggak Edgar ketahui, gue nggak membantah perkataannya yang menyebut kalau Tatyana itu cewek gue. Biar aja. Gue anggep sebutannya ke Tatyana itu sebagai doa.
Hahaha, gue kenapa sih hari ini.
"Dia itu kayak buku yang penuh teka-teki,
menarik, tapi gue belum selesai membacanya
karena udah dipinjem oleh orang lain duluan..."
—Gavin Aryadinata (1.2.14)
![](https://img.wattpad.com/cover/10622723-288-k56779.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
First Time
Teen FictionRupanya sampai pada umurnya yang ke-21 tahun ini, Gavin Aryadinata belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta! Jatuh cinta saja belum pernah apalagi memiliki cinta pertama yang (katanya) paling cepat untuk dilepaskan tapi juga paling sulit untu...