First Obstacle

11.6K 955 48
                                    

Gue menerima pesan dari Tatyana yang berisikan bahwa dia sudah sampai di halte dan akan pergi ke kafe—yang udah dia kasih tahu alamatnya ke gue—beberapa saat lagi.

Gue juga nggak ngerti kenapa dia mesti ke halte dulu. Apa spesialnya sih dari halte itu sampe-sampe dia betah banget  pergi ke sana terus-terusan? Tapi nanti gue bisa tanya langsung aja ke orangnya.

Kemarin sekitar jam enam (gue nggak yakin ada dia sengaja nge-SMS gue jam segitu karena nggak enak kalau terkesan menggebu-gebu atau dia nyampe rumah jam segitu atau bahkan dia lupa membalas SMS gue yang dikirim satu jam sebelumnya menanyakan tentang keberadaannya), Tatyana menepati janjinya untuk memberi tahu kalau dia sudah sampai di rumahnya dengan selamat. Sekali lagi, gue akan menganggap kalau dia udah berhenti dari acara kabur-kaburan itu dan pulang ke rumahnya lagi. Gue capek sibuk-sibuk mikir apa dia itu luntang-lantung di jalanan atau enggak. Dasar cewek itu. Bikin penasaran banget.

Bukan, bukan gue yang mengajaknya ketemuan di kafe hari ini. Justru dia. Alasannya simpel, ngebalikin uang yang gue keluarkan buat ngebayarin taksinya kemarin. Sebenernya gue udah merelakan uang tersebut, tapi karena dia bersikeras tidak mau utang budi pada gue (ditambah dengan keinginan gue untuk melihatnya lagi), gue pun menyetujui permintaannya.

Gue datang duluan ke kafe itu dan tentunya, dia belum datang. Tadinya, gue berniat menjemput dia di halte. Yah, sekalian bareng gitu ke sininya. Tapi kalau inget alasan dia nemuin gue itu cuma buat ngegantui ongkos taksi itu, gue jadi males. Karena alasan gue pengin ketemu sama dia, nggak sama dengan alasan dia pengin ketemu sama gue.

Gue ingin ketemu lagi sama dia karena... gue penasaran. Rasanya gue nggak pernah sepenasaran ini sama seseorang sampe pengin tahu seluk-beluk dan latar belakangnya begini. Cewek pula.

Gue menyunggingkan (jangan salah baca jadi menunggingkan oke? Wait... itu nggak lucu banget) senyum saat melihat sosok Tatyana yang sudah tiba di kafe ini.

"Hai," Tatyana tersenyum simpul sambil merogoh tasnya. "Nunggu lama, ya?"

"Lumayan," ujar gue jujur.

Tatyana menyodorkan secarik amplop cokelat. Gue bertanya, "Apa ini?"

"Ongkos taksi kemarin," jawab Tatyana.

"Ya, ampun, sampe diamplopin segala," kata gue sambil berdecak. "Kenapa berdiri aja? Ayo, duduk."

Cewek itu menyibakkan rambut panjangnya ke belakang. "Err, maaf banget, ya. Saya harus ke suatu tempat lagi setelah ini."

Gue mengembuskan napas kecewa, "Sebentaaar aja. Soalnya ada yang mau gue tanyain ke elo."

"Kamu udah punya nomor saya, kan?" Retoris, batin gue. Lalu Tatyana melanjutkan, "Kamu bisa hubungi saya kapan aja. But not now. I'm terribly sorry nggak bisa lama-lama di sini."

Gue betul-betul seneng sewaktu dia mengizinkan gue untuk menghubunginya kapan aja. Hal itu membuat gue berpikir, apakah kita sudah berteman sekarang? Apakah itu artinya mulai sekarang gue bisa sering-sering menemui dia sebagai seorang teman? Apakah dia akan menjawab semua pertanyaan gue nantinya?

Gue pun membujuknya lagi, "Gimana kalau besok? Atau, minggu ini lo ada hari kosong?"

"Oh, hari kosong, ya? Mm..., nanti saya hubungi kamu lagi, deh," Alis Tatyana berkerut samar. "Nggak papa kan kalau saya tinggal sekarang?"

"Boleh, boleh," ucap gue puas setelah mendengar jawabannya. "See you again then, 'til next time."

Tatyana tersenyum, "Until next time."

Mungkin gue udah tertarik padanya, karena itulah gue penasaran. Tertarik sebatas teman maksudnya. Tapi, kata orang, rasa penasaran yang berkelanjutan bisa menimbulkan perasaan yang sangat sulit untuk dicegah, rasa suka. Apalagi diawali dengan kata tertarik. Entahlah. Sampe saat itu tiba, mudah-mudahan aja dia bersedia hidupnya direcoki oleh gue.

Lagi pula, oh, man, kita baru sekian hari! Bukankah ini terlalu awal untuk membicarakan tentang perasaan?

"Di antara kita memang masih ada batas-batas yang belum bisa gue tembus,

tapi mungkin suatu saat nanti lo akan menghancurkan batas tersebut

lalu membiarkan gue secara perlahan memahami lo?"

—Gavin Aryadinata (1.3.14)

First TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang