Bab 1 Scar

5.9K 608 27
                                    


Seorang laki-laki berkulit putih susu tampak berjalan di sebuah lorong rumah sakit, sambil membaca data pasien di tangannya. Ia membetulkan letak kacamatanya, lalu berhenti di depan pintu kamar pasien dan membuka pintunya.
" Bagaimana keadaannya suster ?" tanya laki-laki itu pada suster yang baru saja mengganti botol infus pasiennya.
" Kim Seokjin ssi masih sepertinya masih betah untuk tidur dokter." Jawab suster itu.
" Apa keluarganya masih ada yang belum datang untuk menemuinya ?"
" Sama sekali tidak ada, Dok..."
Dokter bername tag Min Yoongi itu memijit pelipisnya. Ia tidak menyangka masih ada orang di dunia ini yang tidak peduli sama sekali dengan anggota keluarga.
" Baiklah, kalau begitu, kau bisa istirahat sekarang. Biar aku mengurusnya."
" Baik, Dokter."
Yoongi menghela napasnya berat. Ia menatap pasiennya yang sudah satu minggu ini menginap di rumah sakit tempatnya bekerja. Ia masih ingat dengan jelas keadaan pasiennya yang bernama Kim Seokjin ini saat pertama kali masuk ke rumah sakit. Laki-laki itu mengeluarkan banyak darah dari kepalanya. Keadaannya sangat mengenaskan dengan banyak luka di tubuhnya. Sebagian luka berasal dari benturan keras karena kecelakaan yang menimpanya. Namun, sebagian lagi adalah luka yang tidak Yoongi mengerti. Ada luka lebam cukup parah di kedua pergelangan tangan dan kakinya dan luka-luka itu jelas bukan karena kecelakaan.
" Sebenarnya, apa yang terjadi Kim Seokjin ssi ? Apa kau tidak mau bangun dan menjelaskan apa yang kau alami ? Apa keinginan untuk hidupmu benar-benar telah habis dan menyebabkan kau tidak ingin bangun ?"
Semua pertanyaan yang diajukan oleh Yoongi tersebut tentunya tidak akan mudah terjawab, karena pasiennya tersebut memilih untuk tetap diam.
O000

" Ibu, nanti malam ibu akan menemani ku tidur kan ? Ibu akan menyanyi untuk ku kan ?"
" Tidak, Jin ibu harus menemani kakak mu belajar karena besok kakak mu akan mengikuti ujian. Kau tidur sendiri saja."
.
.
.
" Ibu, lihat aku mendapat aku mendapat nilai bagus di ujian matematika ku !"
" Jin, kau tidak lihat kakak mu sedang sakit ? Ibu harus merawat kakak mu. Nanti kau tunjukkan lagi pada ibu."
.
.
.
" Ayah , ayo k ita main bola di luar ayah...Ayoo"
" Jin, ayah harus pergi ke pertandingan basket kakak mu. Kau main sendiri saja."
.
.
.
" Jin, mulai sekarang kau tinggal dengan paman mu."
" Kenapa ? Kenapa aku harus tinggal dengan paman ? Aku ingin bersama ayah dan ibu..."
" Ayah dan ibu sedang kesulitan keuangan Jin. Kami sudah tidak sanggup membiayai kalian berdua. Maka, sekarang kau harus tinggal dengan paman."
" Kenapa aku harus berpisah dengan ayah dan ibu ? Kenapa kakak masih tinggal dengan ayah dan ibu ? Kenapa aku tidak bisa tinggal dengan ayah dan ibu ?"
" Kau harus mengerti keadaan kami Jin. Tinggalah dengan paman mu. Lagipula kau sudah masuk SMA sekarang dan itu butuh biaya yang tidak sedikit. Kau pasti akan lebih bahagia dengan paman mu."
.
.
.
" Paman, kenapa kau mengikat tangan dan kaki ku ? Lepaskan !!"
" Diamlah, Jin. Kau tahu aku ini tidak menikah dan aku sangat kesepian berada di rumah sebesar ini. Tubuhmu sangat indah Jin, aku tidak menyangka kakak ku bisa memiliki anak seindah kau. Aku beruntung mendapatkan mu."
" Paman hentikan !!. Henti...mmpphh..paman...lepaskan !! mmphh.."
" Diamlah, Jin !! Jangan berisik !!"
PLAAKK !!
.
.
.
" Lari, Jin !! Kau harus lari...Jangan menoleh ke belakang !! Lari !!"
.
.
.
" KIM NAMJOON !!"
.
.
.
" Namjoon ?? Siapa itu ??"
Ooo0
" YA !! Kim Namjoon ! Kau bisa hati-hati tidak sih ?!" Teriak Min Yoongi.
" Mianhe, Yoongi..." ucap Namjoon, salah satu rekan dokter Yoongi, sambil membereskan pecahan vas bunga yang tak sengaja tersenggol olehnya hingga jatuh pecah. Hari ini, Kim Namjoon, telah selesai mengurus pasien-pasiennya sehingga ia datang ke tempat Min Yoongi, karena rencananya mereka akan makan siang bersama.
" Ini di kamar pasien, Namjoon ! Kalau kau bukan teman ku, aku sudah memanggil petugas keamanan untuk menyuruhmu keluar karena sudah membuat keributan." ucap Yoongi masih dengan nada mengomel. Laki-laki itu rupanya benar-benar terkejut ketika vas bunga itu tiba-tiba jatuh dan pecah. Sementara orang yang ia omeli hanya menatap Yoongi sambil tersenyum memamerkan lesung pipinya.
Yoongi baru saja berbalik untuk memeriksa pasiennya lagi, ketika tiba-tiba dilihatnya pasiennya telah membuka matanya. " Kim Seokjin ssi ? Kau sudah sadar ?"
Seokjin hanya terdiam dengan tatapan kosong. Ia terlihat masih bingung dengan keadaannya sekarang. Yoongi segera memanggil suster dan memeriksa keadaan pasiennya yang baru saja membuka mata itu. Laki-laki itu berusaha untuk bangun tetapi gerakannya terhenti karena sakit dikepalanya.
" Jangan bergerak dulu, Seokjin ssi. Kau belum sembuh total." Ucap Yoongi. Yoongi menyentuh pelan bahu Seokjin, tetapi dengan gerakan cepat Seokjin menyingkirkan tangan Yoongi yang menyentuh bahunya. Ia tampak gemetar dan ketakutan. Hal ini tentu saja membuat Yoongi dan Namjoon terkejut.
" Seokjin ssi, aku Min Yoongi dokter yang merawatmu selama satu minggu ini." Ucap Yoongi pelan.
Tetapi, Seokjin masih tetap menatap curiga pada Yoongi. Ia seperti tidak percaya dengan perkataan Yoongi. Namjoon yang memperhatikan tingkah laku pasien Yoongi itu dan berusaha mendekati Seokjin perlahan.
" Seokjin ssi..." panggil Namjoon pelan.
Seokjin mengalihkan pandangan matanya dan menatap Namjoon.
" Namaku Kim Namjoon, salam kenal." Namjoon mengulurkan tangannya untuk mengajak Seokjin bersalaman. Tetapi, Seokjin hanya memandang Namjoon sambil mengerutkan keningnya. Apa laki-laki ini yang namanya tiba-tiba muncul dalam mimpinya ?
Merasa uluran tangannya tidak disambut baik oleh Seokjin, Namjoon menurunkan tangannya dan tersenyum. " Baiklah, Seokjin ssi." Namjoon menarik kursi dan duduk di samping kasur Seokjin. Seokjin sedikit menggeser tubuhnya untuk menghindari Namjoon. " Kau takut bertemu orang asing ?"
Seokjin masih diam tanpa ekspresi, tetapi Namjoon dapat merasakan bahwa pasien Yoongi itu sedang ketakutan, dilihat dari tangannya yang bergetar dan matanya yang menyorotkan ketakutan.
" Seokjin ssi, hafalkan wajah kami dengan baik. Aku Kim Namjoon" Namjoon menunjukkan name tagnya. " Dan ini, Min Yoongi, dia adalah adalah dokter yang telah merawat luka-lukamu selama di rumah sakit." Yoongi menunjukkan name tag nya pada Seokjin.
" Kami tidak akan menyakitimu. Kami akan merawatmu dengan baik di sini. Di rumah sakit ini tidak ada orang jahat. Jadi, kau tidak perlu takut." Kata Namjoon lagi. " Kau bisa membalas ucapan ku dengan anggukan."
Seokjin menganggukkan kepalanya pelan.
" Bagus."
Sementara itu, suster yang sudah dipanggil Yoongi masuk ke ruangan. Suster itu segera melakukan pemeriksaan pada Seokjin.
" Dia adalah Suster Han. Dia yang akan memeriksa kondisi mu. Kau tidak perlu takut, Seokjin ssi." Kata Min Yoongi. " Namjoon, ayo kita bicara. Suster Han, Seokjin ssi ku serahkan padamu."
" Baik, Dokter."
Namjoon dan Yoongi meninggalkan ruangan. Mereka menuju kantin di rumah sakit itu sekaligus beristirahat. Yoongi tampak memijit lehernya yang pegal. Namjoon membuat kopi dan menaruh gelas kertas berisi di kopi itu dan menaruhnya di depan sahabatnya itu.
" Apa pendapatmu tentang pasien ku tadi ?" tanya Yoongi sambil meminum kopinya.
" Mungkin ada sedikit gangguan psikis pada Seokjin ssi. Bagaimana dia bisa sampai di sini ? Berapa usianya ?"
" Usianya 24 tahun. Menurut polisi, dia terlibat kecelakaan di jalan raya. Seokjin ssi tidak memakai alas kaki apapun dan kemungkinan dia sedang dalam keadaan terdesak hingga keluar rumah dalam keadaan seperti itu. Di dalam tas nya hanya ada sebuah buku saku dan dompet." Jawab Yoongi sambil menyandarkan tubuhnya.
" Apa kau menyimpan buku itu ?"
Yoongi menggelengkan kepalanya, " Polisi menyimpannya sebagai barang bukti."
" Keluarganya ?"
Sekali lagi Yoongi menggelengkan kepalanya, " Polisi sudah mendatangi rumah yang tertera di kartu identitasnya, tapi rumah itu kosong."
Namjoon tampak diam sambil berpikir. " Kalau begitu setelah makan siang kita akan pergi ke kantor polisi." Ucapnya kemudian.
O000
" Ini buku saku dan dompet korban." Detektif Yoo Kang Mi menyerahkan dompet berwarna burgundy dan buku saku bergambar tokoh kartun Mario Bross itu pada Namjoon.
" Terima kasih."
" Tolong kau kembalikan pada pemiliknya. Dia pasti sangat membutuhkan buku itu."
" Ya, tentu saja. Detektif Yoo, bisa aku bertanya-tanya sedikit tentang korban ?"
" Ya, silahkan."
" Apa keluarganya benar-benar tidak ada yang mencarinya ?"
Detektif Yoo Kang Mi melipat tangannya di depan dadanya dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursinya, sambil menghela napas, " Tidak ada, Namjoon ssi. Kami sudah menyelidiki tempat Kim Seokjin tinggal. Menurut tetangga sekitar, Kim Seokjin adalah keponakan dari si pemilik rumah. Pamannya, Kim Seung Yoon diketahui telah meninggalkan rumah tepat sehari setelah kecelakaan yang menimpa Kim Seokjin. Lalu, setelah kami lakukan penyelidikan lebih lanjut, ternyata orang tua Kim Seokjin dan kakak nya sudah lama pindah ke luar negeri. Informasi ini baru saja kami dapat tadi pagi setelah salah satu petugas kami mendatangi SMA tempat Kim Seokjin bersekolah dulu."
Kim Namjoon dan Min Yoongi tampak mennganggukkan kepala mendengar penjelasan Detektif Yoo Kang Mi. " Terima kasih atas informasinnya, Detektif Yoo. Kami permisi dulu."
Namjoon dan Yoongi segera meninggalkan kantor polisi. Baru saja mereka berdua masuk ke dalam mobil, ponsel Yoongi berbunyi. Namjoon menghidupkan mobilnya dan Yoongi mengangkat ponselnya.
" Ada apa Suster Han ?" Yoongi membelalakan matanya sambil menatap Namjoon dengan tatapan horor. " Baik, aku segera ke sana !"
" Ada apa ?" tanya Namjoon heran.
" Kim Seokjin mencoba bunuh diri dengan melukai urat nadinya. Kita harus cepat ke rumah sakit !"
Namjoon yang terkejut dengan cepat menambah laju mobilnya agar cepat sampai ke rumah sakit
Sesampainya di rumah sakit, kedua laki-laki itu segera menuju kamar Seokjin. Tiga orang suster telah berada di kamar Seokjin. Pergelangan tangan kanan Seokjin kini telah diperban dan diposisikan di depan dadanya agar pendarahannya berhenti. Seokjin kini duduk di sebuah kursi karena kasurnya penuh dengan darah. Darah yang membasahi kasur itu sempat membuat Namjoon dan Yoongi tercekat.
" Ada apa dengannya suster ?" tanya Yoongi panik.
" Dia mencoba bunuh diri dengan melukai pergelangan tangannya, Dokter. Seokjin ssi memecahkan gelas dan menggunakannya untuk melukai pergelangan tangannya. Kami sudah berusaha untuk menghentikan pendarahannya dan kini keadaannya baik-baik saja. " Jawab salah satu suster itu.
" Bagus, sekarang tolong bereskan pecahan gelasnya dan bawakan kasur dan sprei yang baru." Kata Yoongi pada ketiga suster itu.
" Namjoon " panggil Yoongi pelan setelah para suster itu meninggalkan ruangan.
" Ya ?"
" Bisakah kau jaga dia malam ini ? Aku masih punya banyak pasien hari ini. Kau tidak ada jadwal kan nanti malam ?" pinta Yoongi pada sahabatnya.
Namjoon menganggukkan kepalanya, " Ya, aku akan menjaganya. Aku juga takut kejadian seperti ini akan terjadi lagi. Sementara ini, dia bisa tinggal di sini kan ? Aku tidak yakin akan membawanya ke tempat ku bekerja."
" Ya, tidak apa-apa. Sepertinya juga akan sulit untuk memindahkannya sekarang. Kondisinya sedang sangat tidak baik." Jawab Yoongi sambil menatap pasiennya yang pucat seperti mayat itu dengan tatapan sendu.
O000
Kamar Seokjin telah dibereskan dan kini laki-laki manis itu telah tertidur setelah meminum obatnya. Namjoon yang sejak tadi duduk di kursi di samping kasur Seokjin telah pindah ke sofa. Direbahkannya tubuhnya yang lelah. Tangannya merogoh saku seragam dokter dan mengeluarkan sebuah buku saku dan dompet milik Seokjin. Dari dalam dompet tersebut ada beberapa lembar uang yang tak terlalu banyak dan sebuah kartu identitas. Foto pada kartu identitas itu membuat Namjoon terpana. Wajah Seokjin tampak sangat manis dengan senyum tipis. Pipinya yang bulat dan tatapan matanya yang tampak hidup sangat kontras dengan keadaan Seokjin sekarang. Wajahnya pucat dan kurus. Tatapan mata yang kosong semakin membuat Seokjin berubah menyerupai mayat hidup.
" Bagaimana bisa orang yang tampak ceria itu kini berubah menjadi seperti ini ?" gumam Namjoon.
Jawaban dari pertanyaan itu ada dalam buku saku bergambar Mario Bross yang berada di tangan kirinya. Dibukanya buku itu dan dibacanya semua yang tertulis di situ. Isi buku itu mirip seperti buku harian hanya saja pemiliknya sama sekali tidak mencantumkan tanggal ataupun keterangan waktu apapun.
" Orang tua ku meninggalkan ku. Mereka lebih memilih kakak ku daripada aku. Kakak ku yang pintar dan berbakat tentu saja lebih disayangi ketimbang aku yang tidak bisa apa-apa. Kenapa orang tua ku memperlakukan seperti ini ?"
.
.
.
" Ayah dan ibu tidak pernah menyayangi ku. Mereka lebih menyukai kakak ku yang memiliki banyak prestasi. Mereka bahkan mengabaikan nilai matematika ku yang sudah ku dapatkan dengan susah payah."
.
.
.
" Ayah dan ibu menyuruhku untuk tinggal dengan paman. Mereka beralasan bahwa biaya sekolah ku di SMA terlalu mahal. Aku tahu ayah dan ibu berbohong padaku. Mereka hanya ingin menyingkirkan ku karena aku hanya beban bagi mereka."
.
.
.
" Aku benci dengan paman. Dia terlihat seperti orang baik di depan semua orang, tetapi sebenarnya dia adalah seorang iblis ! Aku benci dengan paman ! Dia menyentuh tubuhku ! Aku benci menjadi alat pemuas nafsu paman ku ! Aku benci hidupku ! Kenapa tidak ada satupun yang menyayangiku !"

Namjoon tercekat saat membaca baris tersebut. Ia seakan tidak percaya bahwa laki-laki manis itu menerima perlakuan tidak adil selama hidupnya. Tanpa sadar, tangannya sudah meremat buku milik Seokjin tersebut. Ia berjalan mendekati tempat tidur Seokjin. Dipandanginya wajah tidur Seokjin. Raut wajah kesepian, lelah, dan jejak tangis semua ada di sana. Tapi, di sisi lain ada kedamaian yang di wajah tidur Seokjin.
Namjoon menggenggam tangan pucat Seokjin, seolah ingin memberikan kekuatan pada Seokjin agar ia dapat bertahan menghadapi hidupnya. " Aku akan menyembuhkanmu dan mengembalikan mu seperti semula, Jin. Kau harus percaya kepadaku." Ucap Namjoon.
Kim Seokjin memang orang asing baginya, tetapi entah kenapa ada suatu yang berbeda dari laki-laki manis itu. Seokjin tampak terlihat berbeda dari pasien-pasiennya yang lain dan Namjoon tahu bahwa ia tidak bisa meninggalkan laki-laki ini. Ia harus melindunginya mulai sekarang.

Tbc

Paper PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang