Yoongi tampak memeriksa luka di bagian urat nadi Jin dan mengganti perbannya dengan hati-hati. Ia bersyukur luka itu tidak terlalu dalam sehingga bisa cepat sembuh. Ia mencatat beberapa hal mengenai kondisi Jin. Seorang suster memasuki kamar Jin sambil membawa makan malam dan obat untuk Jin.
" Kau harus minum obat, Jin ssi. Kau harus cepat sembuh. Kau mengerti kan ?" ucap Yoongi.
Jin hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. " Mana Namjoon ?"
Yoongi sedikit terkejut mendengar suara Jin. Laki-laki itu lebih banyak diam dan hanya menganggukkan kepala jika ditanya. Yoongi tersenyum dan menjawab, " Dia sedang memeriksa pasien lain. Tanggung jawabnya sempat terbengkalai karena mengurusmu Jin."
" Kenapa aku tidak diperiksa olehnya ?"
" Karena kau adalah tanggung jawabku. Kau pasienku."
" Apa aku tidak bisa jadi pasiennya ?"
Pertanyaan Jin yang sangat polos itu membuat Yoongi tertawa geli. Ternyata pengaruh Namjoon pada pasiennya ini benar-benar besar. " Dia sudah jadi wali mu, Jin ssi dan sekarang kau juga menginginkannya sebagai doktermu ? Kau ternyata serakah juga ya ?" goda Yoongi hingga membuat pipi pasiennya bersemu merah.
" Kau merindukannya ?"
Jin menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu mengambil nasi di mangkoknya dan mulai memakannya. Yoongi tidak bisa menampik bahwa pasiennya ini benar-benar sangat manis dan membuatnya paham mengapa sahabatnya itu menyukai Jin.
Beberapa saat kemudian pintu kamar Jin terbuka dan masuklah Namjoon.
" Wah, kau muncul juga. Apa kalian berdua punya telepati ?"
" Apa maksudmu, Yoongi ?"
" Jin ssi sangat merindukan mu, Namjoon ah. Dia bahkan bertanya kenapa bukan kau yang jadi dokternya. Lalu tiba-tiba kau muncul."
Jin tampak tertunduk malu ketika Namjoon menatap ke arahnya karena ucapan Yoongi. Namjoon tersenyum dan menghampiri Jin. " Kau merindukan ku ? Padahal, aku cuma keluar sebentar untuk memeriksa beberapa pasienku."
" Kau mau menyuapi ku ?" pinta Jin sambil mengulurkan mangkuknya.
" Kau mau ku suapi ? Baiklah." Namjoon mengambil mangkok nasi Jin dan mulai menyuapinya.
Yoongi yang sedari tadi menyaksikan drama sahabat dan pasiennya itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. " Selamat bersenang-senang. Aku keluar dulu."
" Terima kasih, Yoongi ah."
" Ya, sama-sama. Jangan lakukan hal yang aneh-aneh, Namjoon ah. Ini masih di rumah sakit." Goda Yoongi lagi.
" Awas kau, Min Yoongi !" Namjoon tertawa sambil memukul sahabatnya, Yoongi.
" Hahaha..."
O000Jin telah selesai makan dan akan meminum obatnya. Namjoon tersenyum memandang laki-laki manis dihadapannya itu. Senyuman Namjoon sedikit memudar ketika melihat luka tepat di urat nadi Jin. Ia masih mengingat kasur Jin yang terkena darah saat Jin melukai pergelangan tangannya. Saat itu, ia benar-benar mengira Jin akan meninggal. Tapi, untunglah nyawa Jin berhasil diselamatkan dan Namjoon tidak ingin hal yang sama terulang lagi.
" Kau mau istirahat ? Aku akan meninggalkan mu kalau kau mau tidur." Ucap Namjoon setelah Jin selesai meminum obatnya.
Jin menggelengkan kepalanya. Sebenarnya ia mengantuk, tetapi mendengar Namjoon akan meninggalkannya membuat Jin tidak ingin tidur. Ia ingin ditemani oleh laki-laki berlesung pipi itu. Tangan putih Jin meraih tangan besar Namjoon dan ia mendapatkan kekuatan dari kehangatan tangan itu. Namjoon mempererat jarinya ketika Jin memegang tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Plane
FanfictionKim Seokjin tak diinginkan siapapun, pamannya pun telah menorehkan luka hingga membuat Kim Seokjin trauma dan memutuskan untuk pergi dari rumah dan Kim Namjoon harus berusaha agar Seokjin tak lagi berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya.