BAB 5 FORGIVENESS

4.8K 485 42
                                    

Seharian, Seokjin hanya diam. Sesekali laki-laki manis itu menghela napas pelan. Sebentar kemudian, ia menelungkupkan wajahnya ke lengannya yang ada di atas meja. Lalu, ia mengangkat wajahnya lagi dan menyangga dagunya dengan tangan dan kembali melamun. Setelah itu, menghelas napas lagi. Begitu terus sejak selesai sarapan pagi tadi.

Namjoon yang tengah sibuk dengan laporannya, hanya membiarkannya saja. Ia tahu Seokjin pasti tengah bingung memikirkan masalahnya dengan kakak dan orang tuanya. Bukannya Namjoon tidak ingin membantu Seokjin, karena seharian ini ia sudah membiarkan orang yang kini sudah jadi kekasihnya itu, termenung sendirian. Hanya saja laporan mengenai kondisi kesehatan pasiennya jauh lebih penting dan harus segera diselesaikan.

Setelah menyelesaikan laporannya, Namjoon menutup laptopnya dan berjalan menuju ke dapur. Aroma kopi mulai menyebar ketika Namjoon menuangkan air hangat ke dalam gelas. Lalu, diberinya beberapa sendok susu dan diaduknya pelan. Kemudian, ia membawa kedua gelas kopi susu itu dan menaruhnya ke meja makan, tempat Seokjin melamun sejak tadi.

" Sebenarnya, apa yang membuatmu enggan menemui orang tua mu, Jinnie ?" tanya Namjoon.

Seokjin mengambil gelas kopi dihadapannya dan menyeruputnya pelan. Kedua telapak tangannya memeluk erat gelas kopinya. " Aku sudah lama memaafkan orang tua. Tapi, setiap kali memikirkan perlakuan mereka padaku dulu, membuat ku sakit hati dan aku jadi tidak ingin pergi ke rumah. Tapi, sejak kakak ku terus saja menelponku dan ibu juga setiap hari mengirimiku pesan meminta ku untuk pulang, aku jadi tidak tega."

Namjoon tersenyum tipis dan menggenggam tangan Seokjin sambil menatap laki-laki itu, " Kalau begitu, sebaiknya kau obati dulu sakit hati mu setelah baru kau temui mereka. Tanyakan pada dirimu sendiri, apakah kau sudah benar-benar memaafkan mereka atau tidak. Mungkin ketika keadaan mu sedang baik-baik saja kau merasa kau sudah memaafkan mereka. Tetapi, rasa sakit sakit hati selalu muncul ketika kau sedang sedih dan teringat dengan luka itu. Kalau itu yang terjadi, berarti kau belum benar-benar memaafkan mereka. Pemberian maaf harus diberikan dengan tulus."

Laki-laki manis berbibir sexy itu, tampak memikirkan perkataan Namjoon dengan serius. Tentu ia tidak ingin seperti ini terus, menyimpan benci yang mungkin semakin lama akan terus bertambah. Ia harus berdamai dengan keluarganya agar hidupnya bisa tenang.

Seokjin benar-benar merasa beruntung bisa bertemu dengan Namjoon. Laki-laki berlesung pipi itu telah berhasil menyelamatkan hidupnya sekaligus memikat hatinya, dengan cara yang lembut.

" Baiklah, aku akan menemui keluarga ku. Aku akan bicara dengan mereka." Ucap Seokjin dengan mantap.

" Bagus. Bagaimana kalau bertemu di restauran teman ku ?"

" Baiklah, aku akan minta mereka untuk datang besok. Tapi.... kau akan menemaniku kan ?"

" Aku pasti akan menemanimu. Tapi, mungkin aku akan membiarkan mu bicara dengan keluargamu baru akan menyusulmu. Kau harus menyelesaikan semuanya sendiri, Jin."

Jin menganggukkan kepalanya. Ia mengerti bahwa Namjoon tidak akan membuatnya manja dengan selalu memintanya terus menemaninya. Ia harus menyelesaikan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain karena ini adalah masalah pribadinya dengan keluarganya.

000

Malam itu, Jin hanya diam di balkon sambil memandang bintang-bintang. Ia masih berusaha berusaha menyembuhkan sakit hatinya pada keluarganya-atau lebih tepatnya keluarga angkatnya. Memaafkan sudah pasti akan menyelesaikan permasalahannya dengan keluarganya. Tetapi, jauh di dalam hatinya, Jin masih tidak bisa melupakan semua perbuatan yang dilakukan keluarganya, terutama pamannya.

" Haahhh..."

Helaan nafas Jin barusan, terdengar jelas di telinga Namjoon yang baru saja selesai mandi, dan masuk ke kamarnya. Langkah kakinya perlahan berjalan menuju tempat Jin berdiri dan tangannya dengan cepat memeluk pinggang Jin, hingga laki-laki manis itu terkejut. Tangannya memukul lengan Namjoon pelan.

Paper PlaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang