2 tahun kemudian...
Ponselnya berbunyi tepat setelah ia keluar dari gedung kampusnya. Bibirnya membentuk lengkungan seperti bulan sabit, ketika melihat nama dari pengirim pesan di ponselnya. Lalu, dengan langkah ringan ia berjalan menuju halte bis untuk menuju ke tempat dimana si pengirim pesan itu berada.
000
Senyumnya terkembang ketika melihat orang yang selama ini telah mengisi hatinya, berdiri beberapa meter di depannya, kebingungan mencari kunci pintu. Tangannya memeluk erat buku sketsanya dan berjalan cepat menuju orang itu.
" Joonie ah..." panggil Jin.
Namjoon yang tengah membuka kunci pintu rumahnya tersenyum melihat kekasihnya. " Jinnie...Kau sudah pulang ? Ayo masuk." Tangannya terulur dan di sambut hangat oleh Jin.
Jin memasuki rumah yang selama dua tahun lebih ini ia tempati. Ia segera berganti pakaian dan menuju dapur sementara Namjoon masuk ke kamar mandi. Jin mengeluarkan semua bahan makanan yang ada di kulkas dan bermaksud memasak makanan spesial untuk Namjoon, yang selama seminggu ini tidak pulang karena banyaknya pasien yang harus ditanganninya. Kecelakaan bus seminggu yang lalu telah menguras tenaga Namjoon yang membuat laki-laki itu terlihat sedikit kurus.
Pundaknya tersentak kaget ketika tiba-tiba sepasang lengan memeluknya dari belakang dan menaruh dagunya di pundaknya. " Aku lapar, Jinnie.."
" Sebentar lagi matang Joonie..." Ia mengambil sendok dan menyuapkan kuah sup nya ke mulut Namjoon. " Bagaimana ?"
" Enak." Jawab Namjoon.
" Bagus." Jin mematikan kompornya karena supnya telah matang. " Bisa tolong kau ambil mangkuk ?"
Namjoon melepas pelukannya dan mengambil mangkuk. Ia lalu ikut membantu Jin menyiapkan meja makan. Setelah semua siap mereka berdua mulai makan siang berdua.
" Bagaimana kuliah mu ?" tanya Namjoon sambil menyuapkan daging ke mulutnya.
" Baik. Profesor Yoon memuji lukisan ku dan bermaksud untuk mengikutkannya ke pameran yang akan diadakan dua minggu lagi di kampus."
Namjoon tersenyum bangga pada kekasihnya yang telah berusaha keras mewujudkan cita-citanya. " Aku bangga padamu, Jinnie.."
Jin tampak tersipu mendengar pujian Namjoon. " Aku ada sesuatu untukmu. Tunggu sebentar." Jin beranjak dari kursinya dan mengambil sebuah bungkusan dari tas nya dan memberikannya pada Namjoon. " Ini untukmu, bukalah."
Namjoon menerima hadiahnya dan membuka kertas kadonya. Laki-laki itu terkejut melihat lukisan dirinya yang khusus dibuat untuknya dan telah diberi bingkai oleh Jin.
" Bagaimana ? Kau suka ?"
" Ya, aku suka, ini bagus sekali. Terima kasih." Namjoon beranjak dari kursinya dan membawa lukisan itu sambil menggandeng Jin ke ruang kerjanya. Namjoon memasang lukisan itu tepat di atas meja kerjanya. " Benar-benar cocok dengan ruang kerja ku, Jinnie..." Jin menganggukkan kepalanya sambil mengacungkan jempolnya. Namjoon mencium puncak kepala Jin dan mereka melanjutkan makan siangnya.
000
Tempat favoritnya adalah balkon di kamar Namjoon. Di sana, ia banyak melamun sambil memandang bintang-bintang. Selain itu, hembusan angin yang sejuk selalu menenangkan hatinya. Jin sangat menyukai rumah Namjoon yang tidak terlalu besar tetapi hangat ini. Ia benar-benar merasa beruntung bisa ditemukan oleh Namjoon dan menjadi bagian dari Dokter tampan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Plane
FanfictionKim Seokjin tak diinginkan siapapun, pamannya pun telah menorehkan luka hingga membuat Kim Seokjin trauma dan memutuskan untuk pergi dari rumah dan Kim Namjoon harus berusaha agar Seokjin tak lagi berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya.