..."Kamu yakin mau tetep berangkat sayang? Wajah kamu pucet banget tuh." Vira menatap anaknya khawatir. Dia masih ingat bagaimana teriakan anaknya tadi malam. Teriakannya sama persis dengan yang Vira dengar 4 tahun lalu. Dan tanpa Bulan memberitahu pun, Vira sudah faham apa penyebabnya.
"Bulan baik-baik aja kok Ma. Lagipula Bulan juga udah minum obat."
Bulan segera melajukan mobilnya, setelah meyakinkan Irvan bahwa ia baik-baik saja dan tidak perlu diantar. Sebenarnya dia bisa saja libur hari ini, mengingat bahwa dia selalu hadir di setiap mata pelajaran kuliah. Namun sepertinya hal itu akan semakin membuat pikirannya tambah kacau.
Setelah memarkir mobil, Bulan memilih untuk segera menuju kelas. Jam kuliahnya baru akan dimulai setengah jam lagi. Setidaknya ia masih bisa bersantai ria tanpa gangguan sedikitpun.
"Hei.. Tumben dah dateng.!" Anna segera duduk di kursi samping Bulan. Jarang-jarang ia melihat sahabatnya itu berangkat pagi.
"Ya gapapa kalee.. Masak Gue musti telat muluu.."
"Iya juga siih.." kata Anna sambil mengamati wajah Bulan, lalu mngerutkan dahinya. "Sumpah deh.. Lo pucet banget Bulaan. Lo sakit?" tanya Anna setengah berteriak sambil memegangi wajah Bulan.
"Lebay luu. Gue gak apa-apa kali Annaaaa.." Bulan meyakinkan Anna bahwa dirinya baik-baik saja.
Hampir dua jam dosen berkomat-kamit menerangkan beberapa poin tentang aturan hukum Indonesia. Dan selama itu pula Bulan sama sekali tidak mendengar apa yang dibicarakan dosennya itu. Pikirannya terlalu kacau hari ini. Pertemuannya dengan Bintang yang masih berlangsung dua hari sudah berhasil memboyong bayangan masa lalunya kembali hadir di otaknya.
...
Bulan masih diam di tempatnya ketika teman-temannya sudah berhamburan keluar. Kakinya masih enggan kemana-mana. Sedangkan Anna disampingnya masih berkutat dengan layar laptop dihadapannya.
"Gue dah selesai. Mau balik sekarang?" kata Anna sembari merapikan peralatannya.
"Gue lagi males balik An."
Anna memandang wajah Bulan lekat-lekat. Dia tau ada yang Bulan sembunyikan darinya.
"Lo lagi ada masalah kan Lan?" Bulan hanya menggeleng mendengar petanyaan Anna.
"Gue tau, ada yang Elo sembunyiin dari Gue. Lo cerita dong..." Anna menggeser kursinya sehingga posisi keduanya berhadap-hadapan. "Gue sahabat Elo Lan. Kalau Lo lagi ada masalah, Lo cerita aja ama Gue. Gue pasti dengerin kok. Lagipula Gue udah nganggep Lo sodara Gue sendiri."
Bulan terdiam. Apa yang dikatakan Anna memang benar. Tidak ada salahnya jika ia harus berbagi cerita dengan Anna. Anna adalah sahabatnya, dan sejauh ini Anna selalu menunjukkan bahwa Dia adalah sahabat baik.
"Kevin An." Akhirnya Bulan menjawab pertanyaan Anna dengan menatap sahabatnya itu dengan wajah penuh penyesalan.
"Kevin?? Kenapa Elo tiba-tiba mikirin Dia lagi.??" setau Anna, selama ia mengenal Bulan. Hanya satu kali Bulan membicarakan tentang Kevin, tepatnya ketika Bulan menceritakan semua kisahnya dengan Kevin yang sampai pada akhirnya harus berakhir begitu cepat.
"Kemaren Gue makan bareng Bintang, karena Dia pengen menebus kesalahannya. Jadi Gue terima aja ajakannya. Terus Dia ngajak Gue ke..-"
Bulan menceritakan semua yang dia lakukan kemarin bersama Bintang, tentang Bintang yang mengatakan bahwa cewek yang Bintang temui adalah cinta pertamanya. Sampai pada akhirnya, semua pikirannya kembali ke masa lalu.
"Emang Lo yakin kalau pasangan yang Bintang liat adalah Lo ama Kevin? Kejadiannya emang sama sih 4 tahun yang lalu. Tapi ya siapa tau mereka itu bukan Lo ama Kevin."
"Bukan itu permasalahannya An. Gue juga mikir, siapa tau bukan Gue. Tapi bukan hal ini yg sekarang ada di otak Gue."
Anna terdiam, benar juga yang dikatakan Bulan. Lagipula buat apa Bulan memikirkan cinta pertama Bintang. Toh dia tidak ada apa-apa dengan Bintang.
"Terus apa yang jadi beban pikiran Lo saat ini.?
"Kevin.. Dia dimana sekarang." ucap Bulan lirih.
Anna segera mendekat ke arah sahabatnya itu. Mengelus pundaknya perlahan. " Lan... Gue emang gak tau sepenuhnya seperti apa hubungan Lo ama Kevin. Gue ngerti semuanya ya cuma dari cerita Lo doang. Tapi, Gue sebagai sahabat gak pengen ngelihat Elo always dropped by the shadow of the past."
Bulan mendekatkan kepalanya ke pundak Anna. Membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan sahabatnya. "Masa lalu itu bukan untuk disesali. Dan nggak seharusnya kita selalu menyalahkan diri sendiri karena kesalahan yang kita lakukan di masa lalu. Semua udah terjadi Lan. Jadikan masa lalu Elo sebagai bekal di masa depan. Gue yakin, Kevin pasti sekarang udah maafin Elo. Tapi belom saatnya aja kalian dipertemukan. Tuhan pasti tau apa yang terbaik buat Elo. Elo musti belajar nerima semuanya, siapa tau setelah Lo berhasil merelakan Kevin. Lo dapet yang lebih baik dari Dia."
Anna mengelus pundak Bulan yang masih terisak dalam pelukannya. Anna mengerti, sampai detik ini Bulan masih mencintai Kevin. Dan sebagai sahabat, Anna tidak ingin melihat Bulan selalu terperangkap dengan masa lalunya.
Mendengar perkataan Anna, Bulan hanya terdiam. Dia memang tidak seharusnya selalu mengingat kejadian itu. Semuanya sudah terjadi. Menyesal dan selalu merasa bersalah adalah hal yang sia-sia. Lagipula sejauh ini dirinya sudah sedikit berhasil menghapus bayangan Kevin di otaknya.
"Makasih ya An. Elo adalah sahabat terbaik Gue. Makasih karena Elo udah always on for me." Bulan tersenyum ke arah Anna.
Anna tertawa mendengar ucapan Bulan. "Always on? Lo kira Gue jaringan internet."
"Sekarang.. Gimana kalau kita jalan-jalan. Ke mall, coffe cafe, atau apalah terserah Elo. Pokoknya hari ini kita jalan-jalan." kata Anna sambil tersenyum penuh semangat. Mungkin dengan sedikit refreshing bisa membuat Bulan lupa akan semua masalahnya.
"Oke.. Kita jalan-jalan. Dan kali ini gue yang traktir."
"Horeeeee.." Anna langsung tertawa dan memeluk Bulan dengan erat. Tidak bisa dipungkiri, Anna adalah salah satu tipe cewek yang sangat menyukai segala hal yang berbau gratis.
...
![](https://img.wattpad.com/cover/88642049-288-k766341.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Merindukan Purnama
Ficção Adolescente-Bulan dan Bintang- Dua remaja dengan nama yang bisa dibilang terikat. Saling mengenal ketika di bangku kuliah, tapi bukan berarti mereka berteman bahkan bisa disebut musuh bebuyutan. Tapi dengan hal inilah mereka sadar bahwa mereka saling membutuhk...