Setelah sharon menyuruh kami untuk berlari, kami bertiga langsung berlari secepat mungkin. Kulirik kearah belakang kulihat dua anak kecil itu melepaskan sharon secara paksa dari tangannya lalu berlari mengejar kami.
"Gennai bagaimana ini!?" Ucap Velvita panik dengan nafas tak beraturan.
"Kita keluarkan saja piring terbang kita..." Balasku.
"Lalu..?" Tanya kak Zenita yang mengikutiku dari belakang.
"Lalu kita terbang saja, dan mengumpat dibagian atas bangunan" Ucapku yang mulai sudah tidak jelas karena nafas yang lengah.
"Baiklah kalau memang hanya itu salah satu jalan rencana kita" Gennai yang masih terlihat fit setuju dengan pilihan rencanaku.
Kulepaskan piringan yang berada di punggungku, lalu kulempar ke tanah, begitu juga dengan Velvita, Gennai dan ka zenita, dan yang terakhir kami injakkan kaki kami ke atas piringan.
Piringan kami langsung menyalakan beberapa lampu yang berada di sisi piring tersebut. Perlahan-lahan kami terbang sedikit lalu bergerak ke atas maju menuju atas bangunan."Bagus, semua tidak apa-apa kan?" Ucap ka Zenita yang khawatir.
"Syukurlah kami semua baik" Jawabku.
Beberapa detik setelah rencana kami berjalan, tiba-tiba muncul suara dari piringan Velvita lalu dilanjuti ke piringan kami masing-masing.
"TUT..TUT..TUT..TUT" Suara itu terus berbunyi yang membuatku khawatir.
"GEN, Jangan bilang itu pertanda buruk" Velvita yang sudah heran dicampur kepanikan langsung bertanya.
"Daya tenaga piringan ini sudah mencapai batas akhir, kita harus turun agar tidak terjatuh dengan jarak yg tinggi" Gennai yang memasang wajah sedikit panik langsung membalas pertanyaan Velvits tersebut.
Perlahan kami mengarah maju sambil turun ke bawah, karena perkiraan Gennai jika kita memaksanya untuk sampai keatas tidak akan bisa. Piringan Velvita yang sebelumnya bunyi duluan, akhirnya piringan tersebut mati duluan juga, Velvita teriak panik karena terjatuh yang kira-kira lima meter dari tanah.
"VELVITA!!!!" Spontan aku teriak sambil berusaha menangkap Velvita.
Tetapi usahaku gagal, Velvita sudah terjatuh ke tanah duluan. Beberapa detik setelah Velvita terjatuh, piringan kami mulai mati, tetapi ketinggian jatuhnya kami tidak terlalu tinggi, sehingga aman untuk kami melompat.
"TAP..." Kami bertiga mendarat dengan aman, aku dan Gennai langsung mendatangi Velvita yang sedang berusaha bangun, lalu kami langsung merangkul Velvita."Vel tidak ada yang merasa patah kan?" Tanyaku terburu-buru sambil membawanya dengan berlari kecil.
"Tidak, hanya sedikit sakit karena terpentuk saja, mungkin akan memar" jawabnya pelan.
Sementara aku dan Gennai membawa Velvita sambil berlari, ka Zenita menembak sambil berlari mengikuti kami juga.
"Gawat dibelakang anak itu, ia membawa pasukan Zorg" Ucap ka Zenita yang dicampur kepanikan di dalam dirinya.
"Zen, di depan sini juga gawat..." Ucapku kepada Zenita.
"Astaga..." Ucap Ka Zenita setelah melihat bahwa di depan kami juga ada pasukan Zorg yang mengepung.
"Ba...bagaimana ini..??" Velvita sempat berbicara dengan nada yang lemah.
"El kau lihat kan bahwa Zorg-Zorg itu tidak memakai piringan terbang?" Gennai memastikan pengelihatannya tersebut dengan menanyakannya kepadaku.
"Ya kau benar Gen" Kujawab dengan sangat yakin.
"Di depan sana ada papan tangga di sisi sebelah kanan dinding, mungkin kita bisa kabur lewat tangga tersebut..." Gennai berbicara mengenai idenya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Expropriation
Science FictionSemua orang yang kau cintai telah terambil Mereka mengambil seluruh orang di bumi Tetapi, bayangkan saja jika ternyata, hanya kaulah yang selamat Artinya, kau hanya sendirian di bumi ini, sebagai manusia Bagaimana caramu mengambil seluruh apa yang t...