8| Gila

1.1K 87 21
                                    

8| Gila

Anik hanya bisa menggerutu tiap kali aku mengajaknya pulang lewat jalan persimpangan SMA. Dia kurang suka lewat di dekat SMA itu, apalagi ketika kakaknya, Kak Tariq, keluar dengan langkah sok berkuasa-nya dari gedung tersebut. Anik membenci kakaknya, si Tariq itu, karena Tariq terkenal sebagai pentolan. Dia malu.

"Tolol kamu, Shafa. Kalo kamu jatuh cinta jangan sangkut-pautkan aku dalam kisahmu," gerutunya setiap kali aku menggeretnya ke dekat tukang jus.

"Banyak omong, kamu, Nik. Kalau ada kawan kakakmu yang mencoba menyakitimu, aku akan menghajarnya. Kujanji,"

Kudengar, Anik hanya mendengus kesal mencermati ucapanku.

Hari ini, aku ke dekat SMA hanya untuk beli jus. Jus sirsak. Abang tukang jusnya ramah, dia suka melawak dan tak heran banyak anak-anak SMA yang sering jajan di situ. Satu-dua sampai hafal nama abang itu. Bang Arik, begitu mereka memanggilnya.

Aku menunggu pesananku dalam kondisi harap-harap cemas. Aku ingin melihat Kak Adlan, tetapi aku juga takut tiba-tiba dia akan muncul di dekat tukang jus dan membuat nafasku menderu tak jelas lagi. Kehadirannya selalu membuatku sesak, aku ingin segera pergi darinya dan pulang ke rumah. Menimpuki bantalku karena terlalu senang bertemu dengannya.

Tetapi tidak hari ini. Aku tidak melihatnya.

"Bang Arik," aku mendekat sedikit ke tubuh Bang Arik yang sedang menuang air ke dalam blender, "kenal yang namanya Adlan?"

"Ohh... Adlan yang suka bawa gitar?"

"Iya!" sahutku girang, tak mempedulikan beberapa anak SMA yang mulai menatapku curiga.

"Dia jarang ke sini kalo enggak bawa pasukan. Tuh, pasukannya di seberang, di tukang batagor," Bang Arik sempat menunjuk ke arah gerobak batagor, kemudian kembali meracik jusnya.

Dengan tatapan mengintai, dari balik buah-buahan di gerobak jus, aku mengamati kepala-kepala yang ada di dekat tukang batagor itu. Ah, itu dia.

Kak Adlan, membawa gitar dan memainkannya sembari tertawa-tawa dengan orang di dekatnya. Orang itu berwajah mirip dengan Anik dengan bekas luka di pipi kanannya.

Kak Tariq.

~

(a/n)

halo semuaa! huweee akhirnya bisa update lagi, wkwk.

jadi, kurasa, part ini benar-benar membosankan. entah kenapa, aku merasa ada bumbu yang kurang bikin cerita ini greget. apalagi pas part yang ini. udah pendek, kagak ada isi pokoknya lagi. wkwk.

jujur, aku belom ahli banget dalam membuat cerita, apalagi yang baper '-'

aku masih newbie, jadi buat kakak-kakak yang udah mastah, tolong ajari aku. ajari aku, sensei :v

untuk yang bertanya-tanya kenapa aku kasih genre cerita ini short-story, itu karena, setiap part yang aku sajikan itu gak terlalu menggunakan banyak kata. jadi tiap partnya pendek gitu. terus, isi yang disampaikan juga enggak terlalu berat, aku berusaha menekan pembawaan materi yang kaku dan berat. semoga aja dampaknya enggak mengecewakan :)

jadi, buat semua yang udah betah baca sampai bab ini, aku mengucapkan TERIMA KASIH! kalian penyemangat seorang jahra untuk tetap menulis. jahra sadar jahra banyak salah kok, makanya dengan adanya kalian, jahra dengan senang hati mau mengintrospeksi diri jahra, demi kenyamanan pembaca budiman sekalian :)
terima kasihh :)

Kisah Cinta Diam-Diam | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang