10| Persimpangan

1.4K 92 22
                                    

10| Persimpangan

Suara burung bercericit ria terdengar serasi dengan suasana sejuk yang diciptakan pepohonan di sekitar persimpangan. Riuh beberapa anak SMA yang sibuk memesan jajanan pada deretan penjajak makanan tak terlalu kentara.

Aku tersihir sore yang sejuk di persimpangan SMA. Tak jauh dari situ, jika aku menatap arah jam tiga, aku bisa melihat gerbang sekolahku. Beberapa anak masih berdiri di depan sana, menunggu penjemput mereka. Salah satunya Anik, yang kali ini menolak tegas ajakanku untuk pergi ke persimpangan SMA.

"Sudah lama menunggu?" aku mendengar suara laki-laki itu.

Aku menoleh, dan aku merasa dadaku sesak dipenuhi ammonia. Seolah keracunan, sepertinya aku akan kejang sebentar lagi. Melihat senyum lebar yang diberikan laki-laki itu, aku tak mampu berkutik. Menjawab pertanyaannya saja aku tak sanggup.

"Aih, kamu melihat saya dengan tatapan aneh lagi," Kak Adlan terkikik.

Duh, kenapa aku tolol!

Aku hanya nyengir tak berarti.

"Ini dompetnya," Kak Adlan menyodorkan sebuah dompet, yang baru ia keluarkan dari saku celananya. Aku terkesiap, itu benar-benar dompetku!

"T-T-Terima ..."

"Ya, sama-sama," dia sudah memotong. "aku tahu biang onar di sekitar situ. Dan uangmu utuh, aku mampu menjaminnya. Buka saja."

Aku membuka dompetku dan terkesiap.

Isi dompetku tak pernah rapi. Uang-uang yang biasa taruh di situ selalu lecak, dan rata-rata adalah uang receh seperti uang lima ratus rupiah.

Tetapi recehan itu lenyap. Berganti dengan uang yang rapi. Nominalnya kurasa sama, tak berubah sejak terakhir aku kehilangannya.

Kulihat Kak Adlan hendak berbalik, tapi aku menarik tangannya. Tak membiarkan dia pergi sebelum aku mendapatkan jawaban teka-teki isi dompetku.

"Uangku sebelumnya selalu lecak, Kak. Lagipula, seharusnya ada sekitar sepuluh uang lima ratus rupiah di dalamnya. Kemana uang-uang itu pergi?"

Kak Adlan urung melangkah, malah berbalik. Menengadah.

"Uangmu yang asli sudah dipakai oleh pencurinya. Aku menggantinya."

Aku terkesiap. Darahku mendesir lebih cepat.

"Kak..."

"Tak perlu terima kasih soal itu," ucapnya, "aku mewakilkan permintaan maaf sang pencuri itu. Jangan pernah pikir aku pencurinya."

Aku menggeleng cepat, "Bukan itu maksudnya, Kak. Sungguh."

"Lalu?"

"Untuk apa kakak mengganti uangku?"

"Untuk apa, ya?" dia menggaruk tengkuknya, alisnya miring lagi.

Aku menggigit ujung bibirku, menunggu jawaban. Kak Adlan menggedikan bahunya, lalu kembali menggaruk tengkuknya. Oh Tuhan, dia begitu hobi menggaruk.

"Aku hanya menolongmu. Hanya itu."

Aku mengangguk tipis, mungkin nyaris tak terlihat anggukan di kepalaku. Tetapi sesaat kemudian, aku merasa hangat tepat di atas ubun-ubunku.

Tangannya ada di atas kepalaku. Dia mengelusnya.

"Kau terlalu muda untuk jatuh cinta, gadis kecil," secara tak sadar, pipiku memanas begitu dia berkata seperti itu.

Jadi, kembali ke awal cerita. Halo, perkenalkan, aku Shafa, dan aku punya kisah jatuh cinta diam-diam yang indah.[]

TAMAT

~

(a/n)

halo semuaa! gimana feelsnya? dapet gaaa? //ENGGAAAA!

aku enggak tau mesti ngomong apaan huwee:" aku ngerjain ini karena terinspirasi dari kisah cintanya temen yang sering curhat aja *colek Shafa si pemilik cerita* kupikir bakal menarik nih jika aku tulis cerita dia di wattpad, jadi yaaa, beginilah! aku tulis!

aku enggak ngerti ini masuknya short-story atau teenfiction atau bahkan general fiction. tapi menurutku sih, short-story, karena tiap partnya pendek-pendek. duh bingung. seseorang, kasih tau akuu huweee '-'

dan satu lagi, aku berulang kali mengucapkan ini kepada readersku tersayang : TERIMAKASIH! karena aku enggak tau mesti ngomong apa lagi. cerita ini enggak akan sukses tanpa kalian. aku padamuuuu <3

Lots of love,
zahrashaffa

Kisah Cinta Diam-Diam | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang