Part 2

51 2 0
                                    

(Zafira POV)

Suasana rumah yang sempat ku tinggalkan selama 4 tahun menuntut ilmu sama sekali tak berubah. Semuanya masih sama bahkan teddy bear pink kado ulang tahun ke-17 masih duduk manis diatas ranjang menyambutku pulang merantau dari pulau seberang.

"Tenang Zaa, semua udah mbak beresin biar begitu kamu pulang kamar ini masih sama kayak pertama kamu tinggal kuliah ke Jawa." ucap mbak Farah sambil tersenyum berdiri didepan pintu kamarku.

"Makasih ya mbak. Maafin Zaa ya selalu buat repot mbak Farah kayak gini." balasku menatapnya yang terlihat cantik walau sedang hamil.

"Zaa, hari ini kamu ga ada acara kan? Temenin mbak ke dokter kandungan ya. Mas Dita lagi ada kerjaan jadi ga bisa nemenin. Habis itu kita jalan-jalan. Okeh?" senyum mbak Farah sambil berlalu meninggalkan kamarku.

Rumah sakit tempat mbak Farah memeriksakan kandungan letaknya tak begitu jauh dari rumah. Hanya sekitar 30 menit dari rumah itupun karena jalanan mulai ramai. Aku dan mbak Farah langsung menuju bagian dokter kandungan. Banyak ibu-ibu yang sudah mengantri, benar kata mbak Farah hari ini banyak yang cek kandungan.

"Kira-kira ponakan aku ini cewek apa cowok ya mbak?" ucapku sambil mengusap perut mbak Farah yang sudah hamil 5 bulan. Walau terlihat gendut tapi mbak Farah semakin cantik.

"Mau cewek atau cowok, yang penting sehat Zaa." ucap mbak Farah.

"Jadi mbak belum USG?" tanyaku penasaran.

"Udah dong, tapi mbak minta ke dokternya supaya ga kasih tahu apa jenis kelamin baby dalam perut mbak. Itu permintaan mas Dita. Toh selama ini mas Dita ga pernah permasalahkan dia pengin punya anak cewek atau cowok." ucap mbak Farah memberi penjelasan. Aku hanya mengangguk-angguk setelah mendengarnya.

"Zaa, kalau kamu lapar kamu ke cafetaria aja. Sekalian jalan-jalan. Mbak juga kayaknya masih lama." kata mbak Farah yang kembali fokus ke majalah yang sedang dibacanya.

Aku akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan sebentar sambil melemaskan kaki dan bokong karena terlalu lama duduk. Aku menuju cafetaria untuk sekedar membeli cemilan dan minuman. Begitu sampai aku langsung memilih beberapa jajan basah, jus alpukat dan air mineral untuk mbak Farah. Ku pilih tempat duduk paling pojok agar aku bisa menikmati semilir angin tanpa gangguan hilir mudik orang.

Tak lama ada sms dari mbak Farah yang mengatakan bahwa dia sudah selesai cek kandungan. Jus alpukat yang ku pesan baru habis separuh, tapi jajannya sudah ludes dari tadi. Harap maklum sebab seberapa banyak makanan yang ku makan tak akan mudah membuatku gendut. Jadi aku tak pernah membatasi apa yang ku makan.

Suasana cafetaria sedikit lebih ramai, mungkin karena sudah mulai jam makan siang. Aku segera beranjak dan kembali ke bagian dokter kandungan. Aku mencari hp didalam tas, sepertinya tadi ada tanda sms masuk.

Bruuukk!

Arghhh, bisa ku rasakan jus alpukat yang tadi ku pegang tumbah ke baju dan celana jins ku. Bahkan sepatu kesayanganku juga ikut terkena jus. Orang dihadapanku, ya dia yang menabrakku hanya melihatku tanpa respon apapun.

"Eh, kamu! Lihat ini, jusnya jadi tumpah ke baju ma celana jins aku. Jadi kotor semua!" bentak aku tanpa peduli tatapan orang-orang disekitar. Orang itu malah diam, menatapku lalu kembali menatap ke hp yang sedang dipegangnya.

Beside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang