Part 5

20 1 0
                                    

Kesibukan para pegawai di jam pulang kantor tak mengalihkan perhatian pria yang masih berkutat dengan beberapa berkas yang menumpuk dihadapannya. Wajah serius itu kelihatan lelah namun berkas-berkas itu menunggu untuk segera di selesaikan. Suara getar ponsel miliknya mengalihkan perhatian pria tersebut sambil melihat id 'mama' di layar ponselnya .

"Assalamu'alaikum Ma. Mama lagi dimana?" ucap pria itu menghentikan semua pekerjaannya.

"Wa'alaikumsalam nak. Ini mama lagi dirumah. Mama cuma mau bilang mungkin Naya lagi perjalanan nyusulin kamu." ucap wanita diujung telepon lainnya. Pria itu terlihat mengerutkan dahi mendengar suara wanita yang dipanggil 'mama' itu.

"Nyusul Arkan? Mau ngapain Naya nyusulin ke sini ma?" ucap pria berusaha tetap tenang setelah mendengar kabar dari mamanya.

"Tadi Ega bilang kalau Naya ngambek karena kamu seharian ini ga kabarin dia. Terus Naya minta supir buat nyusulin kamu dan mama ga bisa berbuat banyak. Anak gadismu itu pergi bareng Ega dan pak Juki." ucap wanita itu terdengar pasrah.

Arkan mengusap wajahnya berusaha menenangkan diri. Berusaha menghela nafas panjang sambil menatap ke arah langit senja yang terlihat cerah, mengalihkan pikiran was-was dengan keadaan putri semata wayangnya saat ini.

"Nak?" ucap wanita diujung telepon yang membuat Arkan kembali fokus mendengarkan suara mamanya.

"Ya ma. Nanti kalau ada kabar dari Naya mama langsung kabari Arkan ya." ucap Arkan terlihat tak konsen dengan apa yang harus dikerjakannya sekarang.

"Pasti, nanti mama kabarin kamu lagi ya. Sudah dulu ya Nak, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Arkan terlihat termenung setelah menutup telepon dan meletakkan hpnya di atas berkas yang masih menumpuk. Tak lama dia menekan tombol telepon kantor yang langsung tersambung.

"Silvi, tolong cancel rapat jam 7 malam nanti. Saya ada urusan penting." ucap Arkan ringkas mengakhiri perintahnya tanpa sempat dijawab oleh sekretarisnya.

Dia langsung mengambil jas serta kunci mobil dan bergegas ke parkiran tanpa menghiraukan sapaan sopan para pegawai bersiap pulang. Dia langsung masuk ke dalam mobil hitam miliknya dan tancap gas bergerak menjauh dari pusat kota Surabaya menuju jalur pantura yang akan membawanya menjemput putrinya di manapun nanti mereka bertemu.

Senja mulai beranjak menghilang ketika ponsel milik Arkan kembali bergetar dengan id 'mama' yang membuatnya bergegas mengangkat telepon tersebut.

"Assalamu'alaikum nak." ucap wanita di ujung telepon tersebut.

"Wa'alaikumsalam ma. Gimana Naya? Mereka udah sampai mana? Arkan lagi perjalanan jemput mereka." ucap Arkan berusaha tetap fokus menyetir.

"Jemput gimana maksud kamu? Mereka baru aja nyampe pelabuhan Banyuwangi tapi tadi pak Juki bilang Naya belum naik ke mobil." ucap wanita itu sambil menghela nafas pelan, terdengar pasrah.

"Maksud mama Naya diculik?" ucap Arkan terlihat gusar mendengar kabar anaknya tak kembali ke mobil yang dikemudikan pak Juki.

"Bukan, Naya ga di culik nak. Tadi mama dapet kabar dari Ega, dia bilang mereka ngikutin salah satu penumpang bis yang mau nolongin Naya karena asmanya Naya kambuh. Cuma pas Ega ngajak Naya buat kembali ke mobil, anak kamu itu ngeyel ikut orang itu. Ega juga ga bisa lakuin apa-apa. Kamu kan tahu sendiri gimana sifat Naya." ucap wanita itu penuh kehati-hatian menjelaskan kepada Arkan.

"Orang itu pasti udah ngerayu Naya sampai Naya ga mau balik ke mobil dan ngikutin dia. Aku juga dari awal ga pernah setuju kalau Ega yang jaga Naya karena Ega terlalu nurutin apa mau Naya tanpa bisa memaksa anak itu." seru Arkan dengan wajah penuh kekecewaan.

Beside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang