Zaa memperhatikan jam dinding diruang tengah yang menunjukkan pukul tujuh malam saat dirinya mengetuk pintu kamar kakaknya. Namun tak dengar jawaban atau suara apapun dari mereka.
"Mas Dita sama mbak Farah kemana si? Aku dirumah sendirian." rengut Zaa sambil berjalan menuju dapur mencari makanan yang bisa dimakan, perutnya gaduh menuntut untuk diisi. Zaa melihat note berwarna pink dengan tulisan yang sangat dikenalnya tertempel di pintu kulkas.
Za, mbak pergi belanja sama mas dita ya. Mbak udah buatin roti bakar buat kamu. Jangan lupa dimakan.
Zaa tersenyum membaca note dari Farah. Dia lalu mengambil susu coklat dari dalam kulkas dan membawanya bersama roti bakar yang sudah disiapkan Farah ke ruang tengah.
Tak lama terdengar suara salam dari arah pintu depan dan memperlihatkan Farah yang membawa dua kantong plastik besar berisi belanjaan. Zaa langsung berlari menghampiri dan meminta kantong belanjaan ditangan Farah.
"Mbak, kenapa ga minta mas Dita buat bawain si. Ini berat lho, mbak kan ga boleh capek." gerutu Zaa sambil membawa belanjaan tersebut ke ruang tengah.
Farah hanya tersenyum sambil menunggu Dita yang ternyata membawa belanjaan yang lebih banyak lagi, dua kardus di tambah beberapa kantong plastik lain. Zaa terperangah dengan apa yang dibawa Dita, Farah tersenyum santai melihat ekspresi Zaa.
"Mbak belanja sebanyak ini? Mau buat apa mbak?" Zaa sampai menggeleng-gelengkan kepala melihat belanjaan sebanyak itu.
Dita yang terlihat kelelahan membawa belanjaan langsung meletakkan semuanya didekat meja dapur kemudian tiduran di sofa panjang ruang tengah.
"Buat dibawa mudik dong Zaa. Minggu depan kita pulang ke Jogja, mbak mau ngadain acara mitoni disana." ucap Farah ikut bersantai di ruang tengah.
"Kok mbak ga cerita ke aku mau ngadain acara mitoni di Jogja? Aku kira kita mau ngadain acara mitoni di sini makanya mbak suruh aku jemput mak Ikmah..." ucap Zaa terhenti saat mengucapkan nama mak Ikmah dan wajahnya terlihat panik.
"Kamu ga perlu khawatir Zaa. Mbak udah kabarin mak Ikmah kamu ga jadi jemput ke Purwokerto, biar minggu depan mak Ikmah langsung ke Jogja aja. Kamu juga si, mbak minta buat jemput mak Ikmah malah nyasar ke Surabaya." canda Farah tanpa melihat ke arah Zaa yang semakin bingung dengan semua yang Farah ucapkan.
Kata-kata 'nyasar ke Surabaya' tak membuat Zaa ingat apa yang telah dia lewatkan . Yang terakhir Zaa ingat adalah dia memeluk Naya untuk menghindari amukan seorang wanita yang hendak memukul Naya dengan tongkat sapu. Dia menerima pukulan di beberapa bagian tubuh dan akhirnya tidak ingat apapun lagi.
"Kemarin pak Arkan anter kamu pulang. Kata beliau kamu nolongin anaknya cuma akhirnya kamu pingsan, pak Arkan akhirnya bawa kamu ke Surabaya karena takut kamu kenapa-napa. Tadi siang kamu baru sampai rumah." ucap Dita menjelaskan semua yang tak di ingat Zaa.
"Dan pasti kamu juga ga nyadar kalau pak Arkan gendong kamu nyampe kamar kan? Kan mas Dita belum pulang dari kantor dan ga ada orang lain yang bisa bawa kamu ke kamar jadinya ya pak Arkan yang gendong nyampe kamar." ucap Farah tanpa memperhatikan wajah shock Zaa mendengar semua perkataan Farah.
"Apa mbak??!!" seru Zaa meminta penjelasan lebih pada Farah. Namun Farah tetap tersenyum menggoda sambil menganggu meyakinkan. Zaa hanya terduduk lemas saat menatap Dita yang ikut mengangguk membenarkan bahwa apa yang Farah ucapkan adalah sebuah kebenaran yang tak mungkin terbantahkan.
***
Zaa masih dongkol dengan dirinya sendiri yang tak mengingat apapun yang telah terjadi. Apalagi Farah yang terus menggodanya membuat Zaa semakin badmood dan tak betah dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside Me
RomanceSetiap orang pasti mempunyai kriteria khusus untuk pasangan hidupnya kelak. Dan Zafira pun mempunyai kriteria khusus untuk calon suaminya kelak, harus seorang pria lajang bukan seorang duda bahkan yang telah memiliki anak. Kejadian masa lalu yang di...