Aku memasuki kamarku. Lelah. Tapi aku tidak bisa tidur sebelum tugas tugas ini selesai. Tugas yang sudah berminggu minggu ditunda karena kegiatan belajar mengajar kami tidak efektif sebab sekolah kami baru saja menyelesaikan sebuah event besar besaran. Alhasil, waktu waktu kami dipakai untuk mempersiapkan acara itu semaksimal mungkin.
Sambil merebahkan tubuhku di atas kasur, aku mulai mengerjakan tugas tugasku diiringi lagu yang kuputar melalui smarphone-ku. Aku memandangi langit langit kamar. Sepi. Sudah dua pekan ini kakakku tidak ada dirumah. Aku tinggal berdua bersama kakak perempuanku yang sudah melanjutkan ke perguruan tinggi. Sebulan lagi ia baru pulang ke rumah. Orangtua kami meninggal tiga bulan silam karena kecelakaan pesawat.
Malam ini tetap saja sendiri. Melakukan segala aktivitas dengan tanganku sendiri. Aku membuka album foto pada smarphone ku. Melihat lihat foto lama keluarga kami, terlihat masih lengkap. Ibu, bapa, kakak sulungku yang sekarang sudah berkeluarga, kakak perempuanku, dan aku, anak bungsu. Batinku tersentak. Daripada aku semakin terlarut, lebih baik aku menyelesaikan tugas sekolahku.
Setelah selesai, aku membuka akun media sosial.
'ah, hanya ada pesan dari grup dan iklan iklan selintas' gumamku.
Bosan. Aku terpejam lalu melepaskan smartphone dari genggamanku dan jatuh begitu saja di kasur.
Aku kembali terbayang sosok gadis itu. Kejadian tadi sore benar benar membayangiku. Tetap saja aku penasaran siapa laki laki yang sedang bersamanya. Mungkin aku memang tidak tahu diri. Aku ini siapa? Kenapa begitu khawatir? Aku menggelengkan kepala lalu menarik selimut dan tertidur.
Pagi ini aku kembali menjalankan rutinitasku yang sangat membosankan. Berjalan menuju jalan raya pun terasa berat. Aku bangun terlalu pagi. Dan sekarang aku pun terpaku sambil menunggu angkutan umum menuju sekolahku.
Dari kejauhan, aku melihat lelaki yang kemarin bersama Hanum sedang bersama seorang perempuan yang memakai seragam SMA. Mereka terlihat mesra di dekat lampu merah perempatan. Disitu hatiku sedikit lega.
'ah mungkin dia temannya Hanum' gumamku sedikit tersenyum.
Lalu aku menaiki bus dengan perasaan sedikit bersemangat.Sesampainya di sekolah, aku kembali diam di kursi dekat jurusan. Suasananya tidak terlalu ramai, baru terlihat beberapa orang yang datang. Hanya kulihat beberapa siswi dari jurusan lain yang duduk di depan perpustakaan.
Tak lama aku melihat seorang gadis dengan jaket abu, sepatu hitam dan rambut diikat satu berjalan terburu buru ke arah salahsatu siswi. Ya, ia Hanum yang menghampiri temannya sambil terlihat linglung. Tanpa sadar aku mendengar percakapan mereka.
'kenapa, Num? Kok buru buru?' tanya siswi itu.
'Loh ternyata belum masuk jam pelajaran ya?' tanya Hanum terlihat bingung.
'ini masih jam setengah tujuh. Kok keliatan buru buru? Tadi pergi sendiri?'
'iya'
'ngga diantar Rendy? Rendy kemana?'
'Aku pergi sendiri, Rendy bilang dia sakit' jawab gadis manis itu sambil berlalu.
Di batinku timbul kembali tanda tanya. Rendy? Maksudnya, siapa? Ahh. Aku tak perlu peduli. Aku mesti tahu diri. Tak ada untungnya juga aku memikirkan hal itu. Tetapi, ada yang mengganjal didalam batinku.
Hanum berjalan kearah bangku di dekatku. Aku tak begitu peduli. Aku kembali menyalakan headphone-ku dan kembali mendengar musik dari smartphone-ku.
Tiba tiba sebuah tangan hangat mengetuk pundakku. Ku pikir itu tangan si Adnan yang berniat menjahiliku. Refleks, aku menarik tangan itu dengan kasar. Tapi ini berbeda, tangan lembut yang sedang memegang bolpoin.
'Aaaahh' jeritnya.
Aku melihat Hanum terkaget karena tangannya ditarik begitu saja. Lalu ia kembali bangkit dan bertanya kepadaku.
'ehh maaf, aku kira si Adnan' tuturku sambil memperhatikan gadis itu yang sedang mengambil bukunya yang berserakan. Sangat manis bagiku.
'di ruang guru sudah ada Ibu Marsha?' tanyanya.
'tak tahu, tapi sudah ada orang didalam. Coba saja masuk' jawabku sambil menahan suaraku. Jantungku berdebar cepat. Rasanya sungguh hebat.
'tapi terlihat sepi. Kamu yakin? Aku malu kalau Bu Marsha ternyata belum ada. Aku tidak biasa masuk ruang guru' katanya.
Aku terdiam, aku merasakan hawa sekelilingku panas. Apa yang harus kujawab? Ini pertanyaan biasa, tapi kenapa aku sulit untuk berbicara?
Tak lama Bu Marsha pun datang dan masuk ke dalam ruang guru. Hanum langsung menghampirinya. Beberapa lama mereka berbincang. Lalu Hanum keluar dari ruangan itu. Aku beranikan diri untuk bertanya.
'ada kan Bu Marsha nya?' tanyaku.
'oh, ada, ada. Tadi baru masuk kok. Makasih ya.' ujarnya sambil membereskan buku buku didalam ranselnya. Lalu beranjak.
'Oh iya, Sigit. Aku duluan ya!' sahutnya sambil berjalan dengan cepat.
Dia benar benar menghentikan laju akalku. Aku terdiam. Rasanya ingin kudengar lagi saat ia menyebutkan namaku. Aku tak punya cukup nyali untuk membalas perkataannya. Aku hanya berkata perlahan...'iya sama sama, Hanum...'
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terakhir
Romance"Ia yang akan membubuhkan titik dalam ceritaku. Ia adalah tujuan hatiku" -Sigit