Bagian 10 - Ingin Peduli Padamu

4 0 0
                                    

Aku yang sedang duduk didekatnya pun tak sengaja mendengar gumamnya. Sebenarnya apa yang terjadi antara Risa, Hanum, dan laki-laki bermotor besar bernama Rendy itu?

Aku menghampiri Hanum dan duduk disampingnya. Pandangannya masih tertuju pada catatan dan buku partitur bass lick yang pasti anak-anak instrumen bass wajib memiliki dan menguasainya.
Hanum melirik ke arahku dan menyapa
"Hai, mau ini?" ia menawariku permen jelly yang ada di sebelah kanannya
"Oh engga, nanti aja" jawabku, lalu aku membuka buku tugasku sambil mengecek barangkali ada yang terlupa. Beberapa pr harmonisasi sudah kukerjakan dan prakteknya sudah lumayan ku kuasai.
Hanum menyimpan bass-nya dan membereskan kedalam softcase, lalu ia duduk meluruskan kakinya sambil ngemil permen jelly di toples kecil yang ia bawa.

"Itu harmonisasi Pak Rendra ya? Aku sih baru dapet materinya kemarin. Tugas yang itu belum kusentuh sama sekali" katanya. Aku tersenyum saja.
"Aku juga pinjem buku tugas punya kakak kelas sih, soalnya ga begitu paham. Kamu ambil program kejuruan piano ya?" tambahnya lagi.
"Iya," kataku. "Padahal kan kamu bisa pinjam punyaku"

"EH IYA YA HAHAHA, tapi kalo punyamu udah diparaf yaa..." balasnya sambil terkekeh mengunyah permen jelly.
Aku lumayan lama mengobrol dengannya, dimulai tugas sampai ngobrol tentang Adnan.
"Eh si Adnan waktu kelas 1 dulu yang kebelet ke toilet pas upacara terus ga diizinin kan? Gila itu dia sampe jinjit-jongkok nahannya, hahaha" ujarnya sambil tertawa
"Iya parah sih itu saking banyaknya yang alesan ke toilet terus ga balik lagi masa sampe ga ngebolehin orang pengen ke toilet sih, si Ketos juga malah ngomelin si Adnan gabisa diem lagi udah tau lagi nahan" balasku. Ah, berarti saat itu aku berada dekat dengan Hanum. Tapi kenapa aku baru mengenalnya sekarang?
"Ketosnya yang cewek itu kan? Parah sih dia waktu itu juga upacara dia malah tiduran main hp loh di uks!  Hahaha" tandasnya lagi. Setelah sekian lama mengobrol akhirnya aku tahu dimana rumah Hanum. Rumahnya di salah satu komplek dekat dengan Adnan, mungkin hanya 100 meter, beda RT. Sedangkan rumah Adnan hanya 10 menit ke rumahku bila pakai motor. Ia mengikuti program kejuruan bass di jurusan kami, jurusan musik, alasannya karena ia suka nada2 rendah, lebih eargasm katanya.
Bila kuperhatikan lagi, kulitnya tidak gelap tapi tidak terang. Rambutnya ikal pada bagian bawahnya saja. Ujung matanya sayu dan bibirnya tidak menggunakan lipstik/liptint/atau apalah aku tak paham. Mungkin hanya menggunakan lipbalm. Bila senyum terlihat sedikit gingsul dan ada garis di pipinya. Manis sekali. Dan aku juga harus menyadari, sainganku bukan hanya sekedar si Rendy, tapi tidak sedikit kakak kelas atau anak lelaki jurusan lain yang sedang mengamati..

"Eh aku ke kelas duluan ya, kelasnya jauh di lantai tiga jadi aku dari sekarang biar ga engap, dadahh" sambil Hanum mengambil tasnya lalu bergabung dengan temannya.

Tak sengaja aku mendengar teman Hanum berkata.
"Sigit ya, Num?" bisik temannya.
"Iya Sar, kelas B"
"Ooouh, si Mitha tuh. Mitha, Mitha" colek temannya pada orang yang bernama Mitha.
"Eh, iya ya.." celetuk Hanum. Orang yang bernama Mitha itu melihat ke arahku, tak sengaja aku juga melihat e arahnya. Ia tampak kaget lalu memalingkan pandangannya dan berjalan menaiki tangga menuju lantai atas.
"Mitha, oh, sering lihat. Baru tau juga namanya Mitha. Kenapa ya?" gumamku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Yang TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang