Bagian 1 - Ia Membawa Duniaku

108 6 3
                                    

'Siapa dia, gadis tomboy dengan gelang hitam itu' batinku.
Aku memperhatikan dia dari balik jendela kelas.
'Aku sering melihatnya, dua tahun bersekolah disini aku masih saja tak tahu namanya' batinku lagi.
Gadis itu duduk sambil memakai headphone hitam dan berjaket abu abu. Sambil melihat lihat ponselnya, ia nampak menikmati alunan musik dari headphone itu. Aku terdiam sambil melihat kearahnya. Gadis itu berbeda diantara teman temannya yang berkumpul dan gemar bersolek. Ia berpenampilan sederhana dengan seragam sekolah dan balutan jaket abu abu, dipadu sepatu kets hitam dan rambutnya yang selalu diikat satu ke belakang. Aku terhanyut melihat gadis itu, hingga aku terlarut dibuatnya.

'Sigit, tugas yang ini dibawa kamu saja ya'
'Sigit?'
'Sigit! Hei!'
Suara itu menyadarkanku dari duniaku. Sepertinya aku terhanyut dalam waktu yang cukup lama.

'Yaa, oh, iya, mana, biar aku yang selesaikan' ucapku pada Adnan, seketika itu pula aku mengalihkan pandanganku dari gadis itu.

'Banyak melamun lama lama kemasukan loh, apalagi sekolah kita angker, katanyaaa' ledek Adnan lagi.

Aku mengambil setumpuk tugas dari tangan Adnan lalu membereskannya kedalam map dekil kesayanganku, lalu bangkit dari tempat dudukku.

'Ia benar benar menarik hatiku, ia mencuri perhatianku dalam waktu yang cukup lama' aku membatin.
Aku melirik lagi ke luar jendela, berharap gadis itu masih diam di tempatnya, tetapi sepertinya ia sudah beranjak dari duduknya.

Aku pun keluar dari kelas dan menuruni tangga, sedangkan Adnan masih didalam kelas untuk konsultasi kepada guru mata pelajaran.
Aku mengorek saku jaketku, berharap masih ada sisa uang untuk membeli ganjal perutku yang sejak pagi belum kuisi.

'Ah masih ada sisa, mungkin bisa beli nasi supaya aku kuat kerjakan tugas sampai tengah malam'.
Aku berjalan ke arah bangku dekat perpustakaan, duduk sebentar sambil menunggu Adnan. Aku teringat akan gadis yang tadi mencuri perhatianku ketika pelajaran berlangsung. Ia sudah tidak terlihat lagi disekitar jurusan. Hanya terlihat ada beberapa orang didalam ruangan jurusan dan beberapa siswi yang sedang mengobrol dengan genitnya.

'Hei, kamu, Sigit kan?' suara itu membuat pikiranku kembali buyar untuk memikirkan gadis itu. Aku menoleh ke asal suara tersebut.

'Ini, tadi uangmu jatuh ketika kamu merogoh saku jaketmu. Aku kemari mau kembalikan, barangkali kamu butuh itu untuk ongkos pulang' tutur suara itu.
Aku melihat sebuah tangan menyodorkan dua lembar uang. Aku menerimanya

'Hm, makasih ya' ujarku sambil mencoba menatap kearah wajah orang tersebut.

'iya sama sama, aku duluan ya' tuturnya sambil tersenyum kecil.

'Ehh, ini kan gadis yang sejak tadi aku perhatikan!' batinku saat tersadar. Ah, sayang sekali aku tak sempat menanyakan namanya, bahkan melihat nama di seragamnya pun tak sempat karena ia memakai jaket. Gadis itu berjalan lurus dari koridor jurusan lalu duduk di taman tempat nongkrong para siswi tadi. Ia duduk di bangku paling kanan, menjauhi segerombolan siswi siswi tersebut.

Aku masih ingat senyumnya tadi, manis sekali. Ia tetap menawan meskipun berpenampilan sederhana. Menurutku, ia begitu indah dalam pikiranku. Mungkin aku telah jatuh hati padanya.

Sentuhan Adnan ke pundakku membuatku terkejut. Adnan hanya tertawa melihat ekspresiku. Aku terlalu banyak melamun hari ini.

'Kenapa ya, mereka terlalu fokus pada penampilan dibandingkan dengan mata pelajaran' ucap Adnan sambil menunjuk ke arah para siswi itu.

'Mungkin hanya dia yang berbeda, menyendiri saja dari tadi' ujarku.

'Oh, si Hanum. Memang sih orangnya sederhana, tapi dia pintar loh! Dia memang kurang sreg sama cewe cewe itu, tapi dia belum pernah menunjukan itu. Makanya dia menghindar terus' terang Adnan.

Aha! Tadi Adnan menyebutkan namanya.

'Siapa tadi namanya? Hanung? Harum? Kenapa aku baru tahu detik ini?' tanyaku

'Namanya Hanum. Dia kan anak kelas A. Masih satu jurusan dengan kita. Kamu baru tahu? Jadi, dua tahun jadi penghuni jurusan ini kamu kemana saja hah?' canda Adnan.

'Oh, Hanum. Aku baru ingat ya. Aku tidak terlalu peduli soalnya dengan anak kelas sebelah' tuturku lagi.

Adnan lalu menertawakanku, lalu ia menarikku pulang. Hm, gadis itu ternyata masih satu jurusan dengan kami. Pantas saja aku sering melihatnya. Hanum namanya. Gadis manis yang telah menarik perhatianku.

Hanum namanya...

Yang TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang