"kok lama?" tanya kakakku saat aku membuka pintu rumah.
"tadi aku nunggu Hanum dijemput kakaknya dulu"
Aku memasuki kamar mandi lalu membasuh muka dan kakiku. Lalu aku kembali ke kamar dan segera tidur.
Keesokan paginya, kakakku sudah pergi sebelum aku bangun. Ia hanya meninggalkan sepucuk surat kecil yang mengatakan bahwa ia harus pergi lebih pagi karena akan menghadap dosen. Ia juga sudah menyiapkan sarapan dan bekal untukku walau cuma sekedar camilan. Aku pun segera bersiap siap, karena aku akan naik bus sekolah lagi.
Sesampainya di halte, disana masih terlihat sepi dan hanya ada aku beserta seorang siswi SMA. Aku duduk di sudut kanan halte sambil melihat banyak poster yang terpajang sambil mendengarkan musik dari handphone ku. Tak berapa lama halte sudah penuh dan bus sekolah pun datang.
Aku duduk di bagian paling belakang, supaya sepi. Aku ingin memandangi jalan lewat jendela tanpa ada siapapun di sebelahku. Bus masih diam di halte untuk 10 menit ke depan. Untuk memastikan supaya tidak ada penumpang yang terlewat.
Saat bus hendak berangkat, seorang gadis menaiki bus lewat pintu belakang dan duduk tepat di sampingku. Sebenarnya aku merasa kurang 'sreg' saat gadis itu duduk disebelahku, tapi tak apalah, angkutan ini hak umum.Gadis itu yang kemarin duduk disebelahku ketika pulang saat hujan. Aku masih mengingatnya karena membaca name tag pada seragam yang ia pakai. Ia kembali menyapaku dan mengajakku berbincang. Iya, dia adalah Risa. Siswi SMA 20 yang kemarin kutemui di tempat yang sama meskipun suasana telah berbeda. Gadis itu sempat memainkan smartphone-nya, lalu menutupnya kembali, hingga terus berulang beberapa kali, sampai akhirnya ia memasukkan smartphone nya kedalam ransel diatas pangkuannya.
Aku melihat kearah luar jendela dan melihat keadaan jalanan.
Tumben macet, gumamku."macet ya?" tutur gadis yang duduk disebelahku. Ya, ialah Risa.
"Hmm, iya" jawabku.
Ia melirik jam tangannya dan kembali membuka ponselnya, lalu ia tutup lagi.
"aku ngga yakin kalau setengah tujuh kita sudah tiba di halte yang dekat sekolah" ujarnya. "mungkin lebih baik kalau cari angkutan lain, mungkin bisa turun di halte depan"
Benar juga katanya, gumamku. Tapi aku tidak yakin apabila aku turun aku juga akan dapat angkutan lagi dan sampai ke sekolah tepat waktu.
"kamu sekolah di SMK 10 kan? Sekolah kita berarti tidak saling jauh, kita turun saja di halte depan" saran gadis itu padaku.
Aku hanya diam dan menganggukan kepala namun masih ragu. Saat bus berhenti sejenak di halte depan, tak kusangka gadis itu langsung menggenggam tanganku dan kamipun turun dari bus. Aku yang kaget dengan tindakan gadis itu langsung menghempaskan tangannya yang memegangku. Ia sejenak menatapku tajam, namun aku tidak balas menatapnya. Aku membuka kacamataku yang berembun lalu memakainya lagi.
"Loh, kenapa? Kamu ngga suka kalau dipegang" tanya gadis itu.
"emm, aku hanya tidak terbiasa" jawabku.
Ia lalu membuka ponselnya, aku membuka ponselku dan mengira ngira berapa lama lagi waktu yang tersisa untuk perjalanan ke sekolah. Gadis itu tampak sibuk sekali dengan ponselnya dan melihat kearah jalan seolah menanti sesuatu. Sedangkan aku bingung akan naik kendaraan apa agar cepat sampai disekolah. Gadis itu tampak menanti sesuatu yang datang dari arah jalan.
"kamu menunggu sesuatu?" tanyaku.
"hmm, iyaa. Ahh, itu dia" sambil menunjuk sebuah mobil tipe city car yang berhenti didepan kami berdua. Tampak sopir mobil tersebut segera menghampiri gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terakhir
Любовные романы"Ia yang akan membubuhkan titik dalam ceritaku. Ia adalah tujuan hatiku" -Sigit