BAB 02
Kaya dan Juna memiliki satu persamaan. Mereka tidak memiliki kenalan dekat di kelas IPA 3. Teman dekat mereka sama-sama berada di kelas lain yang menyebabkan mereka selalu keluar saat istirahat untuk bergabung kembali.
Sampai suatu hari, kelas mereka mendapatkan giliran istirahat telat. Kaya dan Juna tidak mungkin keluar untuk bertemu teman dekat mereka, karena pasti sudah pada masuk kelas. Lalu, Putri pun mengajak Kaya ke kantin. Juna yang tengah bermain ponsel tiba-tiba berkata,
"Eh, lo pada mau ke kantin? Gue titip Frestea rasa apel dong."
"Gak ada titip-titipan," sahut Kaya. Ia tidak menyangka bahwa itu adalah pertama kalinya mereka berbicara setelah pertarungan singkat pada hari pertama kelas 11.
"Itu bareng Dandi aja. Dia juga mau ke kantin kayaknya," timpal Putri sembari menunjuk cowok yang terlihat sedang mencari sesuatu di tasnya dengan dagu.
Juna sontak berdiri dan merangkul Dandi. "Dan, kantin, yuk."
Pada akhirnya mereka berempat pergi ke Kantin yang berada di lantai satu sekolah bersama. Putri dan Kaya berjalan tidak jauh di depan Dandi dan Juna. Dalam perjalan Juna tidak jarang menarik ujung rambut Kaya yang diikat seperti ekor kuda. Kadang Kaya harus menjambak rambut Juna ketika cowok itu melakukan tindakan paling dibencinya, yaitu menyentuh dan menarik maskernya.
Sejak saat itu juga mereka berempat menjadi dekat dan sering mengobrol bersama.
Namun, kejahilan Juna makin kesini makin menjadi.
Sejarah wajib adalah pelajaran yang dapat membuat Kaya merasa ngantuk lebih cepat dari saat ia berada di tengah pelajaran lainnya. Entah itu karena faktor gurunya, Pak Burhan, yang selalu duduk di meja, tidak bergerak, dan selalu berbicara dengan nada pelan dan halus seperti sebuah lullaby. Atau karena faktor Z lainnya.
Tidak sedikit siswa yang sengaja tidur waktu pelajaran Pak Burhan. Salah satunya Kaya. Saat gadis itu sedang enak tidur—masih memejamkan mata, belum masuk alam mimpi—tanpa ketahuan, Juna tiba-tiba menganggu kedamaiannya.
"Ada pertanyaan?" tanya Pak Burhan usai menjelaskan tentang proses masuk dan berkembangnya agama serta kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Juna yang sedari tadi bermain game FIFA Basketball 2016 tapi sesekali memerhatikan penjelasan Pak Burhan tiba-tiba mengangkat tangannya. "Pak, apa waktu zaman Kerajaan Majapahit sudah ada murid yang tidur sambil ngeces saat guru sedang menjelaskan, seperti siswa di sebelah saya?"
Sontak Kaya langsung membenahi posisi duduknya. Tangannya memegang mulutnya yang tertutup masker. Ia kembali dibodohi oleh cowok itu. Juna tidak mungkin bisa melihat mulut Kaya karena ia selalu pakai masker.
Siswa yang tadinya juga meletakkan kepala di atas meja ikut membenahi posisi tidur. Yang disindir hanya Kaya, tapi yang kesindir hampir semua.
Pak Burhan hanya tertawa. Jantung Kaya berdegup kencang ketika melihat Pak Burhan berjalan mendekatinya. Tamat sudah riwayatnya. Semuanya gara-gara Juna si biji onta!
"Kalau ngantuk, cuci muka dulu sana," tegur Pak Burhan. Untungnya ia tak pernah marah dan sangat baik dan halus orangnya.
"I-iya." Kaya tergugu.
"Itu Juna hapenya kok di atas meja, ya?" tanya Pak Burhan, masih dengan nada halus dan senyuman lebarnya.
"Tadi saya buat searching materi yang dijelasin Bapak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Masked Girl
Teen FictionKaya selalu menutupi identitas dirinya-terutama wajahnya- dari perhatian orang sekitarnya dengan masker. Khususnya media massa. Ia sangat tidak suka dengan wajahnya. Namun, makin kesini, ia makin tidak betah menggunakan masker tiap kali keluar rumah...