Awas banyak typo!
Revan Pov*
Aku melangkah masuk ke rumah dengan gontai kemana dia pergi... Batinku memberontak. Aku baru saja dari rumahnya dan katanya dia sudah pindah. Lalu aku ke apartemennya, dan tidak ada orang. Saat aku bertanya ke satpam pun katanya Valen sudah lama tidak kesana. Aku membanting tubuhku diatas sofa dan memijit pangkal hidungku pelan.
"Ada apa Van?"Aku membuka mataku pelan. Lagi-lagi Hana menggangguku.
"Jangan ganggu aku Han."
"Ada apa sebenarnya Van? Apa ini ada hubungannya dengan Valen? Kau itu calon suamiku! Jadi lupakan Valen. Kau hanya boleh melihatku Revan!" ucapnya lantang. Apa-apaan wanita ini.
"Ya! Ini ada hubungannya dengan Valentin dan akan selalu berhubungan dengannya! Kau itu hanya CALON istriku! Aku bisa saja membatalkan pernikahan kita. Dan asal kau tau Hana Adora Xander! Aku, Revan Haidar Arsenio mulai detik ini membatalkan semua rencana pernikahan kita!" aku muak harus berpura-pura mencintai Hana demi mama.
Plakkk.... Hana menamparku dengan keras. Aku hanya membiarkannya. Aku memang bodoh karena menyakiti 3 wanita sekaligus. Mama, Hana, valentin. Hana keluar dengan airmata yang mengir di pipinya. Dulu mungkin aku akan mengejarnya walau terpaksa. Tapi sekarang tidak lagi. Aku akan jujur dengan semuanya dan aku akan mengejar Valen.
"Revan..." suara mama tercekat, aku menatapnya memohon ampun.
"Maaf ma, tapi aku sama sekali tidak bisa berbohong kalau aku sangat mencintai Valen dan aku ingin menikahinya ma. Tapi mama memisahkanku dengannya, mama tau? Setiap hari aku bermimpi Valen selalu berjalan meninggalkanku, dengan kedua anaknya yang sudah kuanggap anakku sendiri. Mereka duniaku ma. Tapi mereka meninggalkanku.. Lalu bagaimana denganku?" aku berlutut dihadapannya. Mama menatapku sedih, jelas sekali dari matanya yang berkaca-kaca.
"Bangunlah nak, kau tau apa yang paling membahagiakan bagi seorang ibu? Sederhana saja, asal anaknya bahagia, seorang ibu bisa melakukan apa saja. Sekarang kau bebas memilih nak, mama merestui kalian." mama mengusap kepalaku dan menyuruhku bangkit.
Tanpa ba-bi-bu lagi aku langsung mengerahkan orang-orang ku untuj mencari Valen.
"Doakan aku bisa membawa menantu mama secepatnya ma." aku mencium pipinya dan berlari keluar rumah."Halo Yan, lo di kantor atau diapartemen?"
"Gue di kantor, ada apaan lo tumben nelpon." jawab Adrian dari seberang telpon.
"Bawel ah. Yodah gue kesana sekarang." aku menutup sambungan telpon sebelah pihak dan langsung melesat ke kantor Adrian.
Aku membuka pintu ruangannya tanpa permisi.
"Yan, lo tau dimana Valen?" tanyaku to the point."Kenapa gue harus tau? Dan kenapa lo nyari dia? Bukannya lo udah mau nikah?" Adrian bangkit menghampiriku dan memegang bahuku.
"Jangan cari dia kalo lo cuma mau nyakitin dia. Lo nggak puas dengan nyakitin dia? Lo masih pengen liat hidupnya lebih menderita karena lo?" desis Adrian tajam. Aku sedikit bergidik ngeri, karena ini pertama kalinya Adrian berkata setajam itu padaku tentang seorang perempuan.
"Gue tau gue salah udah ninggalin dia. Tapi percaya Yan, gue berubah pikiran dan gue pengen perjuangin Valen Yan." tegasku.
"Sekali lagi gue liat Valen nangis gara-gara lo, gue bersumpah bakal hancurin hidup lo. Kalo lo emang beneran mau perjuangin dia, silahkan cari dia dengan usaha lo sendiri dan tanpa bantuan dari gue." ancam Adrian. Aku mengangguk bakal gue buktiin ke elo dan semuanya kalo gue serius sama kata-kata gue. Batinku.
Dengan begitu aku mulai mencari Valen di seluruh penjuru Jakarta.
Revan Pov end*
Sudah 5 bulan berlalu sejak Valen pindah ke Bandung. Pagi ini seperti biasa, Valen sedang menyiapkan bekal makanan untuk Alea dan Nathan.
"Maaa.... Cepetan... Ntar telat.." teriak Nathan dari depan tv.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Amazing Nerd
Random"Satu-satunya alesan aku menutup diri adalah karena hanya untuk keselamatan anak -anakku, dan kamu seenaknya mengklaim bahwa aku adalah milikmu. Yang benar saja!" -Valentin Nathalie Adinata- "Gue gak nerima penolakan. Dan gue gak tau apa alesan lo...