Part 11

65.9K 3.3K 12
                                    

"Yak.. Lexia! Kenapa kamu membawa Revan sama Adrian kemari sih?" Tanya Valen frustasi rasanya ingin mengenggelamkan diri ke laut sekarang juga karena malu. Dan apa? Lexia malah dengan santainya menonton tv sambil memakan makanan ringan. Valen ingin menelan Lexia bulat-bulat.
"Kamu sendiri yang berpakaian vulgar di depan mereka." Jawabnya santai.
"Mana aku tau kamu akan membawa mereka Lexiaaa..." Valen mengacak rambutnya kesal. Percuma saja berdebat dengan Lexia karena hasilnya sama saja.
"Tapi kelihatannya mereka tidak keberatan dengan itu." Lexia mengedipkan sebelah matanya genit.
"Aishh aku yang keberatan." Akhirnya Valen memilih tidur daripada melanjutkan perdebatannya dengan Lexia.

Lexia bangun dan melihat Valen yang masih bergelung dalam selimutnya memeluk Alea dan Nathan. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Lexia tak habis pikir bagaimana bisa bocah seperti Valen dapat mengurus 2 bocah lain? Ck! Itu membuat kepala Lexia pusing.

"Valentin Nathalie Adinata, waktunya bangun. Kau mau tidur sampai jam berapa?!" Lexia menarik-narik kaki Valen dan berusaha berkata sepelan mungkin agar Alea dan Nathan tidak terbangun.
"Ngeungghh.. baiklah bailah aku bangun," Valen mengerang pelan merasa tidurnya terganggu.
Valen berjalan gontai ke kamar mandi karena kesadarannya belum sepenuhnya kembali. Lexia yang tidak sabar langsung mendorong Valen hingga Valen tersungkur di lantai nan dingin itu.
"Pffftthuahaha... Harusnya kamu lihat muka kamu saat kamu jatuh tadi Val." Lexia tidak dapat mengontrol tawanya saat lutut Valen mencium lantai dengan tidak indahnya.
"Duuuh didorong apaan sih tenaganya kuat banget mirip buldoser." Ringis Valen polos. Lexia yang mendengar Valen menyamakannya dengan buldoser menatap Valen nyalang.

"Siapa yang kamu sebut buldoser ha?!" Lexia berkacak pinggang. Yaah sikapnya pagi ini 11-12 lah sama emak yang ngomel-ngomel di pagi hari. Setelah mandi, Valen menghampiri Lexia yang sedang berkutat dengan laptopnya.
"Lexia.. hati ini kamu aja yah yang ngengokin proyeknya. Aku pengen jalan-jalan sama Nathan dan Alea ke pantai. Besok kita balik ke Jakarta." Kataku sambil mengeringkan rambut panjangku demgan handuk.

"Yaaa terserah kamu saja." Lexia membenarkan letak kacamatanya. Walau Valen tidak yakin jika kacamata yang dipakai Lexia akan melprot mengingat hidungnya yang mancung. Wajar saja Lexia adalah keturunan campuran Asia-Eropa. Tapi entah kenapa Lexia sangat senang membetulkan letak kacamatanya.

Valen beranjak dari sofa dan menuju ranjang tempat Alea dan Nathan sedang ha yut dalam mimpi mereka.
"Selamat pagi putri dan pangeran." Valen mengecup dahi Alea dan Nathan bergantian.
"Bangun yuk.. hari ini kita bakal main sepuasnya di pantai." Valen membelai lembut poni yang menutupi wajah Alea.

Alea dan Nathan mengucek mata mereka bersamaan.
"Maa." Nathan yang pertama kali bangun terduduk.
"Hmm?" Jawab Valen dengan nada keibuan. Valen kira Nathan akan segera turun dari ranjang. Ehh taunya Nathan malah m letakkan kepalanya di paha Valen dan kembali tidur. Terkadang Valen dibuat bingung dengan sifat Nathan yang berubah-ubah seperti ini. Valen menggendong tubuh Nathan dan mengusap-usap mata Nathan perlahan. Dulu saat Valen masih kecil mamanya sering melakukan ini jika Valen malas bangun. Dan sekarang Valen mempraktikkan warisan ini pada anak-anaknya.

Setelah perjuangan melawan kantuk akhirnya Nathan bangun 100%.
"Hmm anak mama udah bangun." Valen mengecup kedua mata Nathan dan menyuruhnya mandi. Giliran membangunkan Alea. Untungnya Alea tidak terlalu manja dalam urusan bangun.

"Lexia.. aku pergi dulu ya, ntar sarapannya diluar saja." Valen langsung keluar kamar hotel mengganteng Nathan dan Alea.

"Maaa.. Alea kangen sama om Rian." Kata Alea memandang lurus ke hamparan laut lepas. Valen hanya tersenyum membelai rambut Alea dengan sayang.

"Berenang aja yuk sayang." Valen mengajak Alea dan Nathan ke ruang ganti. Dia sudah memakai bikini di balik bajunya begitupun Alea dan Nathan. Setelah ganti baju Valen membiarkan anak-anaknya menikmati laut Bali sedangkan Valen hanya duduk di pinggir pantai. Tak jarang banyak pria yang menyapanya atau hanya mencuri pandang kearahnya namun Valen sama sekali tidak peduli dan hanya fokus ke 1 titik saya yaitu tempat dimana Alea dan Nathan berada.
"Nath, berenang kesana yuk." Ajak Alea kecil pada saudara kembarnya.

"Jangan Al.. Nathan gak bisa berenang." Tolak Nathan terang-terangan tapi Alea tidak menghiraukan peringatan Nathan dan tetap berenang ke tengah. Melihat saudaranya berenang menjauh mau tak mau Nathan juga mengikutinya.

"Nathalie?" Sapa Adrian ramah. Valen melepas kacamata yang bertengger manis di hidungnya.

"Ohh hai Yan, hai Revan" Valen ikut menyapa balik Revan yang seperti memperhatikan laut.

"Van. Lo denger Nathalie nyapa lo gak sih?!" Tegur Adrian karena Revan sama sekali tidak merespon apa yang Nathalie katakan.

"Nathan tenggelam!!" Revan melihat Nathan kesusahan untuk muncul ke permukaan panik dan langsung menerjang masuk ke laut dan berenang ke arah Nathan. Valen juga sama paniknya dengan Revan, juga ingin menyelamatkan anaknya.
"Biar aku saja. Kamu tunggu disini." Ucap Adrian tegas. Awalnya Valen menolak tapi akhirnya menurut juga.

Valen menggigiti jarinya khawatir jika sesuatu yang buruk terjadi pada Revan,  Adrian atau bahkan anak-anaknya. Revan berhasil menangakap Nathan dan berenang membawanya ke tepian. Dengan cekatan Revan memberi pertolongan pertama hingga Nathan terbatuk memuntahkan air yang tertelan.  Saat tahu Nathan dalam bahaya rasanya nafas Valen terhenti untuk beberapa saat dan kelegaan yang luar biasa saat tahi Nathan baik-baik saja. Valen memeluk Nathan dengan erat seolah takut siapapun akan mengambil Nathan darinya.
Adrian yang baru keluar dari air sambil menggendong Alea yang menangis di pundaknya. Adrian mengusap punggung gadis kecil itu untuk menenangkannya.
"It's okay Alea, Nathan baik-baik saja." Adrian terus mengusap punggung Alea hingga Alea berhenti menangis.

Valen mendudukkan Nathan di pangkuannya.
"Ada yang sakit sayang?" Tanya Valen mengusap wajah puteranya.

Nathan hanya menggeleng. Revan berinisiatif membuat Nathan ceria kembali dengan membuat istana pasir dengan penuh kerang. Revan ingat bagaimana Nathan sangat menyukai istana pasir yang pernah mereka buat. Alea dan Adrian juga ikut membantu membuat istana pasir.
"Nathaaaaaan... ayok main." Ajak Alea menarik-narik tangan Nathan.
Nathan dengan hati-hati berjalan degan bimbingan Alea.

"Kamu yang masang kerangnya." Revan memberikan kerang berbentuk runcing ada Nathan dan menyuruhnya meletakkan kerang itu di puncak istana pasir.
Adrian terjatuh karena tertabrak ombak laut yang sontak membuat Nathan tertawa terbahak-bahak sekaligus beberapa orang yang ada disana.

Thanks kalian udah bikin anak-anak gue seneng. Batin Valen menatap Revan dan Adrian penuh arti.
.
.
.
.
Tbc-

Pendek ya? Maaf ≧﹏≦ indah lagi pusing banget. Bye...

My Amazing NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang