Part 15

66.3K 3.1K 26
                                    

Awas banyak typo!

Valen Pov-

Seperti biasa saat aku berjalan di koridor kampus pasti dengan terang-terangan mencibirku. Aku tidak merasa bersalah jadi aku hanya melenggang santai ke kelas.

"Hai, Valen ya?" Tanya seorang gadis cantik duduk disampingku. Aku mengernyit bingung. Aku tidak mengenal gadis ini. Jadi bagaimana dia bisa mengenalku?

"Hmm, siapa ya?" Tanyaku menatapnya lekat-lekat.

"Hana Val. Lo nggak inget gue?" Orang yang mengaku bernama Hana itu meletakkan kepalanya diatas meja dan menatapku.

"Hana?"

"Yaampun tega banget lo lupain gue Val. Gue Hana Adora Xander."

Hah? Hana siapa sih? Atau jangan-jangan Hana temen aku waktu SMA?

"Astaga...! Kamu Hana?! Yaampun Han, udah lama banget nggak ketemu. Apa kabar?" Tanyaku panjang lebar. Beginilah aku jika bersama Hana. Aku yang dingin selalu bisa berubah menjadi cerewet jika bersama Hana.

"Baik kok. Gue nggak nyangka ternyata Valen yang gue kenal brandalan dulu sekarang jadi cupu begini." Ucapnya menepuk bahuku.

"Dan Hana yang dulu anti feminimisasi berubah menjadi Hana Feminim" sindirku keras padanya. Dulu Hana sangat anti dengan sesuatu yang berbau feminim. Bahkan saat ibunya menyuruh dia memakai rok, Hana malah menjadikannya bantal tidur kucingnya. Tapi lihatlah Hana yang sekarang malah mengenakan rok setengah paha dan rambutnya yang dibiarkan panjang terurai. Dia sudah berubah 180°.

Tak lama kemudian dosen sastra inggris masuk kelas. Sumpah ini dosen paling ngeselin karena tingkahnya yang kubilang 'aneh' dosen botak dengan perut buncit yang hanya memperhatikan mahasiswi yang cantik saja. Jika tidak ya siap-siap saja untuk menerima kelakuannya yang super jutek + nyebelin itu.

Drrtt... ponselku bergetar pelan tanda ada pesan yang masuk.

Nathan masuk rumah sakit Val.

Deg.... mataku tak berkedip membaca 5 kata yang ditulis Lexia.

Aku bangkit dari duduk dan bergegas keluar. Tapi tanganku dicekal oleh Hana yang menatapku bingung.
"Lepasin Han! Aku harus pergi sekarang!" Aku mendelik kesal karena Hana tidak kunjung melepas cekalan tangannya. Ku hempas pelan tangan Hana dan berjalan ke pintu keluar.

"Nona Valentin! Anda sadar dengan yang anda lakukan?!" Ucap Mr. Tom dingin.

"Saya sadar dan saya harus pergi sekarang. Saya ada urusan penting." Ucapku berhenti diambang pintu dan tanpa menoleh sedikitpun.

"Urusan penting?! Tch! Mungkin dia harus mulai mengemis untuk dapat makan nanti malam. Dasar sampah murahan!" Celoteh Reni yang benar-benar menyulut emosiku. Sekarang anakku dalam bahaya dan dia malah mengataiku pergi karena untuk mengemis?! Sadarkah dia dengan siapa dia berbicara?! Aku berbalik dan menatapnya tapi dia malah tersenyum dan melihatku dengan tatapan merendahkan.

Aku berjalan cepat kearahnya kemudian berhenti tepat didepannya.
"Apa lo?! Gue salah ngomong ya? Ups! Sorry." Dia menutup mulutnya seolah merasa tidak pernah berkata apa-apa.

Plak... aku menampar pipi kanannya dengan keras. Persetan dengan mahasiswa atau bahkan Mr. Tom yang sedang menyaksikan adegan ini. Dia menatapku sengit. Aku hanya memandangnya tanpa emosi.
Plakk.... tamparan kedua berhasil mendarat dengan selamat di pipi kirinya. Dia berdiri dan menarik rambutku erat. Dasar nenek lampir!!

aku mencengkram rahangnya dengan kuat. Bersyukurlah karena Reni bukan termasuk perempuan yang tinggi jadi aku dapat dengan mudah menganiayanya.
"Denger ya jalang. Mulai sekarang jaga omongan lo! Apalagi itu tentang gue! Karena bisa saja gue yang buat lo ngemis di jalanan seperti yang lo bilang tadi." Desisku tajam tepat di telinganya. Kulihat ponselnya yang tergeletak diatas meja menyala-nyala. Tertulis nama 'papa' disana. Ku ambil ponsel itu dan membantingnya ke lantai. Dengan sekali injak ponselnya langsung remuk. Ponsel murahan! Persis seperti pemiliknya.

My Amazing NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang